Selasa, 24 April 2012

MEMBACA KRITIS TULISAN/ARTIKEL ILMIAH


Membaca Kritis Tulisan/Artikel Ilmiah

Oleh
Muh Yamin
Wisnur

A. Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis adalah aktifitas membaca yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif,serta analisis bukan sekedar mencari-cari kesalahan isi atau pilihan kata yang dalam objek kajian dan membaca kritis sebagaimana membaca intensif merupakan modal utama bagi mahasiswa dalam mencapai kesuksesan studi.
Pemilihan Masalah
Salah satu tahapan yang biasa dirasakan paling sulitdalam menulis artikel ilmiah adalah memilih masalah. Hal itu disebabkan oleh kebiasaan sikap sebagian besar kita pada sesuatu yang ada di hadapan kita, sebagai suatu fenomena yang sebenarnya merupakan masalah, kita biarkan, akhirnya kita permisif terhadap masalah. Dalam konteks yang demikian tidak saja terjadi kesulitan memilih masalah, tetapi kesulitan menemukan masalah. Selain itu, mungkin pula disebabkan oleh pemahaman terhadap hakikat penalaran keilmuan dan pemecahan masalah secara sistematis, sehingga cenderung adanya pemilihan masalah yang terlalu luas atau terlalu sempit (spesifik). Pemilihan masalah yang demikian, dapat menyebabkan penulis mengalami kesulitan dalam mengembangkannya menjadi artikel.
Ilustrasi tersebut memberikan implikasi bahwa pemilihan masalah memerlukan kecermatan dan pemahaman tersendiri dalam kaitannya dengan berbagai fenomena untuk diangkat atau dielaborasi menjadi artikel ilmiah. Keluasan dan kedalaman sesuai dengan hakikat penalaran keilmuan dan pemecahan secara sistematis dapat menjadi panduan pemilihan masalah dikembangkan menjadi artikel ilmiah.
Secara umum suatu masalah secara substatansial merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada, serta mengambil manfaatnya. Oleh karenanya, masalah cende-rung menggambarkan adanya suatu fenomena seperti kesenjangan (gap), ketimpangan (disparirty), ketidakcukupan (inadequacy), ketidak sesuaian (disegreement), ketidak-laziman (unfamiliartity), dan keunikan (uniqueness). Fenomena tersebut terjadi atau ada karena adanya sesuatu yang diharapkan tidak sama dengan kenyataan yang dihadapi.
Permasalah yang diangkat dalam artikel ilmiah dapat digali dari dan bersumber pada kebudayaan menusia secara keseluruhan. Untuk memilih dan menetapkan suatu masalah itu layak, tepat atau tidak, perlu diajukan berbagai pertanyaan. Jika jawaban atas pertanyaan itu positif, berarti dapat dikatakan bhwa masalah itu perlu dielaborasi menjadi suatu artikel. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan antara lain dapat disebutkan berikut ini.
1) Dapatkah masalah tersebut ditulis secara ilmiah?
2) Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menguji teori atau
memecahkan masalah tersebut?
3) Apakah pembahasan masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
4) Apakah masalah tersebut memang baru dan aktual?
5) Sudah adakah orang lain yang mengungkapkan pemecahan masalah tersebut?
6) Apakah masalah tersebut layak dikembangkan menjadi artikel?
Meski keputusan atas masalah memberikan suatu kesimpulan yang positif yang berarti perlu dielaborasi menjadi artikel ilmiah, tidak serta merta kegiatan penulisan artikel dapat dilakukan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan pengembangan artikel ilmiah, antara lain (a) kemampuan yang dimiliki, (b) akses untuk memperoleh informasi yang diperlukan, (c) ketersediaan dana (jika diperlukan) untuk menemukan berbagai informasi, dan ketersediaan waktu atau kesempatan.
Masalah dapat juga diambil dari hasil kajian atau hasil penelitian. Bila masalah diangkat dari sebuah hasil penelitian, permasalah yang dirumuskan dalam penelitian dapat diambil semua, atau sebagian disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman kajian. Dalam hal yang demikian, penulis artikel harus mengedit sesuai dengan keperluan. Format laporan penelitian biasanya agak berbeda dengan format artikel. Bahkan, sisi mekanik penulisan juga dapat berbeda antara laporan penelitian dan artikel. Selain itu, jumlah halaman atau panjuang artikel biasanya dibatasi sekitar 15 sampai 20 halaman bergantung pada jurnalnya. Penulis artikel mesti bersedia menyesuaiakan dengan aturan yang berlaku yang biasa disebut gaya selingkung. Biasanya, aturan yang bersifat selingkung tersebut disajikan pada setiapterbitan atau edisi jurnal.

B.  Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah dpapat diangkat dari hasil penelitian, dapat pula berupa hasil kajian kritis atas suatu bidang keilmuan. Berikut disajikan garis besar artikel yang biasa dimuat dalam jurnal.
Bagian pertama, judul. Biasanya yang pertama dibaca orang adalah judul. Rasa ketertarikan orang terhadap sebuah artikel biasanya sangat ditentukan pada saat membaca judul. Oleh karena itu, judul sebaiknya diusahakan singkat, padat, menarik, profokatif, jelas, dan mencerminkan permasalahan atau tujuan yang akan dibahas. Judul sebaiknya tidak terlalu pendek, atau tidak terlalu panjang, biasanya antara 8 s.d. 12 kata. Judul yang terlalu pendek cenderung sangat umum, sedangkan yang terlalu panjang sangat spesifik. Judul hendaknya benar-benar menggambarkan atau memayungi isi artikel. Di bawah judul dituliskan nama penulis artikel, biasanya tanpa sebutan gelar, dan diikuti nama lembaga asal penulis.
Bagian kedua, abstrak. Abstrak merupakan intisari artikel yang akan dikemukakan. Abstrak harus singkat, padat, dan harus telah mencerminkan isi artikel. Oleh karena itu, dengan membaca abstrak saja pun, orang sudah dapat memiliki pemahaman isi artikel. Abstrak artikel dari hasil penelitian biasanya terdiri atas tiga paragraph (meski ada pula yang hanya satu paragraph). Paragraf pertama berisi tujuan, kedua berisi cara penelitian, dan ketiga berisi hasil atau kesimpulan. Abstrak artikel ilmiah nonhasil penelitian jumlah paragraf tidak dipersoalkan, yang penting berisi intisari artikel. Panjang abstrak artikel berkisar antara 100 – 150 kata, ada pula yang membatasi maksimum 200 kata. Bahasa dalam penulisan abstrak bergantung pada ketentuan selingkung jurnal atau majalahnya. Abstrak ada yang ditulis dalam dua bahasa, ada pula yang dalam satu bahasa sesuai dengan bahasa naskah/artikel, ada pula yang dalam bahasa yang berbeda dengan bahasa naskah/artikel. Di bagian bawah abstrak, tuliskan kata kunci. Kata kunci merupakan istilah penting yang terkait dengan artikel, tersebut harus terdapat dalam abstrak.
Bagian ketiga, pendahuluan. Pendahuluan seringkali dijadikan subjudul pertama artikel ilmiah (dengan berbagai variasi bergantung pada gaya selingkung jurnal atau majalahnya). Pada bagian ini permasalahan diperkenalkan pada pembaca sebaikbaiknya, dari latar belakang, identifikasi, pembatasan, perumusan, tujuan, dan manfaat penulisan. Bagian pendahuluan ini akan berfungsi secara baik bila pembaca tidak menjadi penerima yang pasif, tetapi mereka akan menjadi bergairah dalam mencari informasi baru. Khusus artikel yang diangkat dari hasil penelitian pada bagian ini disajikan landasan teori yang digunakannya secara singkat saja. Uraian teori tidak perlu panjang lebar seperti dalam laporan penelitiannya, tetapi cukup disajikan yang substansial dan jika perlu disajikan rasionalnya. Ada pula jurnal yang menjadikan bagian teori ini menjadi bab tersendiri, dengan judul kajian teori atau landasan teori atau judul yang lainnya sesuai dengan subtansi teori yang digunakan.
Bagian keempat, cara penelitian. Bagian ini khusus diperlukan untuk artikel dari hasil penelitian. Pada jurnal tertentu, bagian ini disatukan pada bagian pendahuluan sehingga tidak menjadi bab tersendiri. Pada bagian ini dijelaskan secara singkat prosedur penelitian yang telah dilakukannya. Hal-hal yang perlu disajikan pada bagian ini antara lain subjek penelitian, sumber data, informan, responden atau istilah lainnya; populasi dan sampel, cara penyampelan, besaran sampel dan lain-lain; cara pemerolehan data, instrumen, keabsahan, keandalan; dan teknik analisis yang digunakan.
Bagian kelima, isi atau “batang tubuh”. Bagian ini berisi uraian atau pembahasan terkait dengan masalah yang dimunculkan dalam pendahuluan. Bagian ini dapat terdiri atas beberapa subjudul. Nama subjudul biasanya terkait dengan butir-butir masalah yang diangkat, yang kadang-kadang tergambarkan pula pada judul artikel. Yang diuraikan pada bagian ini biasanya yang termasuk ke dalam D-nya judul artikel, yaitu bagian yang diterangkan atau inti judul. Selanjutnya, bagian D ini dapat diuraikan berdasarkan aspek yang dipandang perlu untuk diungkapkan, yang perlu disampaikan pada pembaca. Aspek yang dimaksud dapat meliputi konsep, ciri-ciri, kategori atau jenis, fungsi, prosedur, konteks, dan sebagainya. Bila artikel diangkat dari hasil penelitian ada yang hanya menuliskan “Hasil penelitian dan Pembahasan”. Bagian keenam, penutup. Bagian ini merupakan subjudul yang “penamaannya” bervariasi. Misalnya, penutup, simpulan, kesimpulan, simpulan dan saran, kesimpulan dan saran. Semua itu bergantung pada gaya selingkung pula. Secara substansial bagian ini berisi simpulan, yang dapat diikuti atau dilengkapi dengan saran. Saran yang disampaikan harus relevan dengan masalah yang disajikan dalam artikel. Bila berupa artikel dari hasil penelitian, saran harus sesuai dengan temuan penelitian.

C. Membaca tulisan/artikel ilmiah
Membaca tulisan/artikel ilmiah berbeda dengan membaca jenis tulisan lain karena jenis informasinya yang berbeda. Tulisan ilmiah biasanya berisi informasi yang merupakan hasil penelitian. Ini berbeda dengan jenis tulisan lain yang informasinya bisa berupa pendapat dan kesan pribadi yang belum dibuktikan melalui penelitian dan prosedur ilmiah. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan/artikel ilmiah.
1. Menggali tesis/ pernyataan masalah
Tulisan/artikel ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum tentang masalah yang dibahas. Sebuah tesis biasanya diungkapkan   dengan sebuah kalimat  dan menilai apakah penulisannya berhasil atau tidak dalam membahas atau memecahkan masalah yang diajukan.
2. Meringkas butir-butir penting setiap artikel
Meringkas butir-butir penting setiap artikel yang kit abaca perlu dilakukan karena ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataan yang kita buat. Dengan adanya  ringkasan, kita juga tidak perlu lagi membaca artikel secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi dari artikel yang bersangkutan.
3.  Menyetir konsep-konsep penting ( pandangan ahli, hasil penelitian,dan teori)
        Menyetir konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk mendukung butir-butir penting pada tesis tulisan kita. Dengan memahmi konsep-konsep penting dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga dapat lebih memahami konsep-konsep yang akan kita kembangkan dalam tulisan  kita.
4. Menentukan bagian yang akan dikutip
        Mengutip pendapat orang lain merupakan kegiatan yang sering kita lakukan dalam menulis. Dalam mengutip bagian dari sebuah tulisan ilmiah,kita juga perlu memperhatikan relevansi bagian tersebut dengan tulisan kita. Butiran-butir yang di anggap tidak relevan tidak perlu di kutip.
5. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang di kutip
             Dalam mengutip bagian dari sebuah artikel, kita perlu menyadari implikasinya,   apakah kutipan itu mendukung gagasan yang akan kita kembangkan dalam tulisan atau sebaliknya?
6. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip
             Dalam mengutip pernyataan yang ada sebuah artikel, kita perlu secara jelas meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui, atau tidak menyetujiu pernyataan yang kita kutip?
Tujuan Membaca Kritis
Tujuan dilakukannya membaca kritis antara lain:
1. Memahami maksud penulis.
2. Memahami organisasi dasar tulisan dan menilai penyajian penulis.
3. Menerapkan prinsip-prinsip kritis dalam suatu bacaan.
4. Meningkatkan minat dan keterampilan membacanya.
5. Mengetahui prinsi-prinsip pemilihan bahan dengan memanfaatkan penerbitan buku-buku ilmiah .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar