MEMBACA KRITIS
TULISAN/ ARTIKEL POPULER
OLEH
ROBI TANDIALA(1111040018)
SANDRA SETIAWAN(111040043)
A. Pengertian Membaca
Membaca pada hakikatnya tidak hanya melafalkan tulisan tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulisan. Suatu proses dimana kelompok
kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas
dan makna kata secara undividual akan dapat diketahui.
Dalam membaca dikenal jenis membaca telaah isi yang memiliki pengertian membaca dengan cara meneliti bahan yang tersedia dengan tidak mengesampingkan ketelitian, pemahaman, serta kekritisan dalam berfikir. Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai pelajar yang dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. Oleh sebab itu, belajar ini tentu akan sangat bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil pembacaan kita yang cermat dan matang. Hakikat membaca kritis ini merupakan kegiatan belajar yang penting dan wajib dikuasai oleh pelajar. Melalui kegiatan belajar ini, kita sebagai pelajar dibekali dengan kompetensi yang berkenaan dengan kemampuan untuk menerapkan metode membaca kritis. Untuk menguasai kompetensi tersebut, kita wajib menjelaskan bagaimana sebenarnya membaca kritis. Selain itu, lewat kegiatan belajar ini kita sebagai mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan membaca kritis dengan langkah awal menjelaskan pengertian membaca kritis, dan karakteristik membaca kritis. Tentunya dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini; Memangagaksulitmembacatulisaninikarenatan patitikdankomadanjugapastilamakelamaanand apastijaditerbiasawalaupunjarangadaorangyangmembacasepertiini.
Dalam membaca dikenal jenis membaca telaah isi yang memiliki pengertian membaca dengan cara meneliti bahan yang tersedia dengan tidak mengesampingkan ketelitian, pemahaman, serta kekritisan dalam berfikir. Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai pelajar yang dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. Oleh sebab itu, belajar ini tentu akan sangat bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil pembacaan kita yang cermat dan matang. Hakikat membaca kritis ini merupakan kegiatan belajar yang penting dan wajib dikuasai oleh pelajar. Melalui kegiatan belajar ini, kita sebagai pelajar dibekali dengan kompetensi yang berkenaan dengan kemampuan untuk menerapkan metode membaca kritis. Untuk menguasai kompetensi tersebut, kita wajib menjelaskan bagaimana sebenarnya membaca kritis. Selain itu, lewat kegiatan belajar ini kita sebagai mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan membaca kritis dengan langkah awal menjelaskan pengertian membaca kritis, dan karakteristik membaca kritis. Tentunya dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini; Memangagaksulitmembacatulisaninikarenatan patitikdankomadanjugapastilamakelamaanand apastijaditerbiasawalaupunjarangadaorangyangmembacasepertiini.
Bacaan ini mungkin agak sulit
daripada bacaan pertama karena jarang menemukan tulisan tanpa tanda baca,
perbedaan huruf besar/kecil, dan tanpa spasi, seperti itu. Akan tetapi,
akhirnya kita tetap dapat membacanya bukan? Setelah kita membaca bacaan
di atas, mungkin dalam diri kita timbul pertanyaan “Apa maksud penulis?” jadi,
sebenarnya, sewaktu membaca bahan bacaan, dalam diri pembaca akan timbul
pertanyaan, “Mengapa penulis menulis seperti itu? Apa maksudnya? Dan
sebagainya.” Jika itu yang terjadi pada Anda, berarti Anda telah bersikap
kritis terhadap bacaan dan penulisnya.
1.
Pengertian Membaca Kritis
Kegiatan
membaca kritis untuk menulis pada dasarnya kegiatan untuk mendapatkan informasi
yang relevan sesuai kebutuhan untuk mengembangkan tulisan yang akan dibuat.
Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja kebenaran
informasi tetapi kita harus bersikap skeptis yaitu bertanya terus menerus dan
berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi tersebut.
Pengertian lain
mengenai membaca kritis adalah: (1) membaca kritis (critical reading) adalah
aktifitas membaca yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif, serta
analisis dan bukan sekedar mencari-cari kesalahan isi atau pilihan kata yang
terdapat dalam objek kajian. (2) membaca kritis sebagaimana membaca intensif
merupakan modal utama bagi mahasisiwa untuk mencapai kesuksesan studi.
2. Tujuan Membaca Kritis
a. Memahami maksud penulis
b. Memahami organisasi dasar tulisan dan menilai penyajian
penulis
c. Menerapkan prinsip-prinsip kritis dalam suatu bacaan
d. Meningkatkan minat keterampilan membaca serta selalu
berfikir kritis
e. Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan
dengan memanfaatkan penerbitan buku-buku ilmiah
3. Pengertian Membaca Kritis untuk Menulis
Membaca
merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis. Dengan banyak
membaca kita akan banyak mendapatkan gagasan yang berguna bagi tulisan kita.
Tulisan yang baik memberikan pengetahuan bagi pembacanya.
4. Membaca Kritis Tulisan/Artikel Populer
Membaca kritis
tulisan populer lebih mudah dipahami karena sifatnya yang terbaru hangat
dibicarakan dan bahasa yang digunakan juga bahasa komunikatif yang mudah
dimengerti pembaca.
a. Mengenali persoalan utama atau isu
yang dibahas dalam artikel populer
Perlu diperhatikan dalam membaca
tulisan populer adalah mengenali persoalan utama atau isu yang dibahas.
b. Menentukan signifikansi/relevansi isu
dengan tulisan yang akan dihasilkan
Isu yang dibicarakan dalam sebuah
tulisan mungkin tidak mempunyai relevansi untuk tulisan yang akan kita buat.
c. Memanfaatkan isu artikel populer
untuk bahan/inspirasi dalam menulis
Isi artikel populer dapat menjadi
inspirasi karena isu artikel populer biasanya tentang masalah sosial.
d. Membedakan isi artikel populer dengan isi
artikel ilmiah dan buku ilmiah
Artikel populer biasanya berisi
pemahaman tentang sebuah isu yang sedang diminati masyarakat, dan tidak
mementingkan teori dan data. Artikel/buku ilmiah biasanya berisi tentang
pemahaman tentang isu yang tidak diminati masyarakat, peranan teori dan data
sangat penting dalam artikel ini.
5. Contoh Tulisan/ Artikel Populer
Isu Kenaikan Harga BBM
Isu kenaikan harga BBM yang direncanakan pemerintah
pada tanggal 1 april yang lalu,yang mana rencana Kenaikan harga BBM tersebut
telah menimbulkan ketegangan dan kepanikan masyarakat.Masyarakat merespon isu
kenaikan BBM dengan demo yang dilakukan secara sporadis di berbagai daerah
Indonesia. Drama politik kenaikan harga BBM ini akhirnya berakhir lewat
panggung rapat paripurna. Sebagimana diketahui sehubungan keputusan sidang
paripurna DPR RI yang intinya harga BBM yang semula direncanakan naik per 1
April 2012 tidak jadi melainkan hanya dimungkinkan apabila fluktuasi harga 15
persen rata-rata dalam enam bulan. Hasil rapat paripurna DPR RI yang menunda
kenaikan harga BBM ternyata mampu mengakhiri gejolak massa yang selama ini
berkembang di masyarakat luas,debu ketegangan seolah sudah mengendap. Apa
memang Tuntutan sebagian masyarakat terutama para pengunjuk rasa dan elit
politik untuk menolak rencana kenaikan harga BBM sudah “terkabul” dengan
penundaan kenaikan BBM ini.?
Terkait opsi pasal 7 ayat 6a yang menyatakan bahwa
harga BBM bisa dinaikkan kalau harga minyak mentah dunia mencapai 15% dalam
rentang 6 bulan, Pasal 7 ayat 6a memang menandakan harga BBM tidak naik Per
tanggal 1 April, tetapi bukankah opsi pasal ini memberikan celah untuk
pemerintah menaikkan harga BBM.? memang sampai saat ini rencana kenaikan harga
BBM menjadi teki-teki yang akan menimbulkan ketegangan dalam birokrasi bangsa
ini. Disatu sisi kita akan melihat pemerintah yang berkuasa mengatasnamakan
rakyat akan menaikkan harga BBM dan disisi lain juga partai oposisi akan
melakukan penolakan kenaikan harga BBM,dalam hal ini memang pihak pemerintah
yang berkuasa maupun partai oposisi mempunyai tujuan sama, yakni sama-sama
untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Begitu juga masyarakat kita,banyak sekali argumen
serta silang pendapat tentang keharusan dan manfaat penaikan harga BBM. Namun
di tengah kesenjangan hak politik dan ekonomi rakyat yang memprihatinkan saat
ini, Drama politik kenaikan BBM yang terjadi saat ini hanyalah realitas nyata
dari kemenangan politik yang mengatasnamakan rakyat, bukan kemenangan
demonstrasi yang turun ke jalan yang mewakili hati nurani rakyat. Realitas
politik bangsa kita mencerminkan perang kepentingan dan perang politik dalam
isu kenaikan harga BBM. hal ini sangat rentan menipu dan menyesatkan rakyat
berkat kelihaian aktor politik yang memainkan perannya dengan sangat sempurna.
Ervin Goffman, sosiolog Kanada mengibaratkan realitas ibarat panggung
sandiwara, dimana disana memang dipamerkan serta disajikan kehidupan/realitas
kita, dan memang itulah seluruh yang kita miliki. Goffman membedakan dua ruang
penampilan yang penting untuk dibedakan, yaitu panggung depan (front stage) dan
panggung belakang (back stage). Manusia merupakan aktor hidup atas realitas
yang dijalaninya setiap hari. Manusia selalu berupaya mengadaptasi atau
menggabungkan karakter persoanal dan sosial lewat action dan skenario.
Dalam drama hidup yang diperankan, manusia selalu menampilkan realitas yang berbeda. Ibarat panggung teater, panggung depan selalu berbeda dengan panggung belakang. Panggung depan selalu menampilkan realitas parsial-sementara nan penuh skenario. Sementara panggung belakang adalah realitas yang subtansil. Goffman memandang panggung depan sebagai realitas semu dan penuh kepura-puraan sementara panggung belakang adalah keaslian, hakikat tanpa manipulasi. Konteks drama politik kenaikan BBM, terlihat dalam rapat paripurna dan aksen yang ditampilkan partai politik atau elit penguasa. Elit penguasa melakonkan karakter lihai dan cerdas dalam memancing opini publik; menampilkan kesan komunikatif, terlihat sensitif sosial, tetapi realitas yang sebenarnya adalah menggerakkan opini publik, menyeret keberpihakan rakyat kecil demi tujuan jangka panjang.
Dalam drama hidup yang diperankan, manusia selalu menampilkan realitas yang berbeda. Ibarat panggung teater, panggung depan selalu berbeda dengan panggung belakang. Panggung depan selalu menampilkan realitas parsial-sementara nan penuh skenario. Sementara panggung belakang adalah realitas yang subtansil. Goffman memandang panggung depan sebagai realitas semu dan penuh kepura-puraan sementara panggung belakang adalah keaslian, hakikat tanpa manipulasi. Konteks drama politik kenaikan BBM, terlihat dalam rapat paripurna dan aksen yang ditampilkan partai politik atau elit penguasa. Elit penguasa melakonkan karakter lihai dan cerdas dalam memancing opini publik; menampilkan kesan komunikatif, terlihat sensitif sosial, tetapi realitas yang sebenarnya adalah menggerakkan opini publik, menyeret keberpihakan rakyat kecil demi tujuan jangka panjang.
Di tengah ketegangan antara partai koalisi dan
oposisi yang bersikukuh dengan prinsipnya masing-masing. Bagaimana pun, ruang
wacana penaikan harga BBM yang diinisiasi pemerintah, kemudian direspons oleh
para elite politik senayan dan masyarakat umumnya dalam dinamika sebulan
terakhir menjelang 1 April setidaknya menjadi refleksi berdemokrasi kita. Semua
pernyataan, perilaku, keputusan politik yang terjadi saat ini.yang hanya
dikelola dengan kelangkaan nilai-nilai politik yang membuat para elite politik
selalu gagal mendalami demokrasi sebagaimana mestinya sehingga yang tersisa
cuma akumulasi prasangka dan kecurigaan.
Karena Bagaimana pun harga BBM, nafas rakyat,tidak
bisa seenaknya dinaikkan sementara pemerintah tak pernah berpikir visioner
menciptakan sumber energi alternatif dan menyelamatkan cadangan energi kita
selama 14 tahun terakhir ini. Lalu para mafia minyak, koruptor di partai,
birokrat, yang memakan anggaran kesejahteraan rakyat dibiarkan begitu saja.
Rakyat tidak bodoh,rakyat tahu bahwa Kecenderungan yang terlihat dari keinginan
penaikan BBM semata-mata karena ketidakmampuan pemerintah keluar dari jebakan
intervensi kapitalis asing yang ingin menghapus subsidi dan membiarkan harga
BBM berjalan sesuai harga pasar.Untuk itu ditengah Perang politik dan
kepentingan dalam arena kenaikan harga BBM menjadi bahan renungan kita sebagai
warga Negara bangsa ini untuk menumbuhkan kritisisme sosial dan politik di
tengah politik transaksional. Tidak cukup memberikan penilaian dan penjelasan
sebatas apa yang terlihat, karena di balik panggung drama kenaikan BBM, ada
investasi politik jangka panjang yang sedang di-design para elit politik kita.
Isu kenaikan harga BBM menjadi bom waktu yang meledak di tengah masyarakat
dan menimbulkan kepanikan dan ketakutan berlebihan dalam masyarakat. Kepanikan
dan ketakuan yang ditimbulkan akibat isu kenaikan BBM terlihat dalam dua hal;
penimbunan minyak dan aksi demonstrasi, baik mahasiswa atau masyarakat.
Kenaikan harga BBM telah menjadi bola salju yang menggelinding semakin besar. Efek domino dari kenaikan harga BBM memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap masyarakat. Ketakutan akan naiknya bahan sembako menjadi isu yang melingkupi kenaikan harga BBM. Tak ayal, kenaikan harga BBM, menimbulkan aksi demonstrasi yang begitu besar dari masyarakat dan mahasiswa.
Aksi demonstrasi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM tidak jarang berakhir dengan anarkisme dan premanisme. Kekerasan dalam demonstrasi menjadi persoalan yang pelik, karena dilakukan oleh mahasiswa yang nota benenya dibekali kemampuan akademis, nalar kritis dan logika berpikir yang jernih. Demontrasi anarkis hanya akan menimbulkan stigma dan stereotipe bagi mahasiswa. Hal ini, akan menimbulkan persepsi, mahasiswa sebagai masyarakat akademis sudah tidak menjunjung tinggi asas kedamaian dan keteraturan.
Kekerasan dan anarkisme dalam demonstrasi memang bukan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai humanisme, karena tidak sedikit masyarakat menjadi korban aksi massa demonstrasi. Kita lihat misalnya, ketika terjadi demonstrasi, aksi menutup jalan, perusakan traffic light, sarana umum bahkan penjarahan sarana prasarana umum. Contoh yang bisa kita jadikan sebagai bahan pertimbangan adalah demonstrasi yang terjadi di Makassar dan Jogja. Di Makassar, mahasiswa melakukan penjarahan SPBU, sabotase tabung gas dan pembakaran mobil. Sementara di Jogja, aksi massa mahasiswa telah mengakibatkan aktivitas jalan raya terganggu, perusakan traffic light, saling lempar batu dengan aparat hingga aksi saling pukul antara mahasiswa dan polisi.
Pertanyaannya, haruskah demonstrasi selalu berujung dengan kekerasan dan anarkisme? Demonstrasi memang bentuk ekspresi kebebasan berpendapat yang diatur dalam negara demokrasi, tetapi demonstrasi anarkis perlu dipertanyakan, terlebih dilakukan oleh mahasiswa yang menyandang titel ujung tombak perubahan bangsa. Mahasiswa yang selalu menjadi katalisator di tengah problematika kebangsaan.
Mahasiswa yang menyandang status sosial yang cukup prestisius karena dibekali dengan kemampuan pengetahuan, nalar kritis dan logika berpikir yang lebih bijaksana, ternyata mampu bersikap layaknya preman yang mengedepankan asas premanisme dan kekerasan dalam setiap tindakan dan sikapnya.
Secara personal tulisan ini, bukan bermaksud menyudutkan aksi mahasiswa atau demonstrasi, tetapi kekerasan dan efek yang ditimbulkan dari anarkisme itulah yang menjadi perhatian publik. Masyarakat umum pun, begitu menyayangkan, aksi mahasiswa yang banyak merusak sarana dan prasarana umum milik masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri, aksi mahasiswa memang tidak berangkat dari ruang kosong tanpa tujuan. Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi karena digerakkan oleh situasi sosial-politik bangsa yang carut marut. Mahasiswa tergerak oleh kebijakan pemerintah dan elite yang banyak mendiskriminasi kepentingan rakyat kecil. Aksi mahasiswa terjadi karena memperjuangkan nasib rakyat kecil yang tertindas oleh kesewenang-wenangan pemerintah.
Ada tujuan luhur. Ada nilai kemanusiaan yang dibawa mahasiswa. Tetapi kenapa nilai-nilai luhur yang diperjuangkan harus dicederai oleh aksi-aksi yang justru membuat masyarakat tidak menaruh perhatian kepada mahasiswa. Masyarakat justru mengecam kekerasan dan anarkisme yang ditimbulkan demonstrasi tersebut.
Nilai dan ideologi memperjuangkan hak rakyat kecil seharusnya tetap dijaga utuh seraya memberikan citra yang baik bagi publik. Memang tujuan luhur tersebut tidak akan hilang, tetapi rasa ilfill masyarakat akan aksi anarkisme itu akan menimbulkan citra buruk mahasiswa di depan publik. Begitu naifnya kemudian kalau masyarakat menstigma mahasiswa dengan preman atau masyarakat tak berpendidikan, hanya karena persoalan anarkisme demonstrasi yang secara subtansial memperjuangkan rakyat kecil.
Hilangnya kepercayaan publik terhadap aksi mahasiswa adalah ironi gerakan mahasiswa. Nilai dan ideologi proletarianisme menjadi bumerang yang membunuh eksistensi gerakan mahasiswa. Meminjam istilah Frans Magnis Suseno aksi mahasiswa harus mampu berfungsi mempolakan, mengonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat. Melahirkan atau menimbulkan arti bagi masyarakat dibutuhkan sistem nilai, landasan berpikir, refleksi dan renungan mendalam perihal geo-politik nasional dan sensitifitas sosial yang tinggi.
Ketiadaan sensitifitas sosial dan ketidakpahaman kondisi geo-politik akan menjerumuskan mahasiwa dalam kubangan romantisme sejarah. Sejarah yang mendeskripsikan nilai luhur perjuangan terhadap bangsa di masa lalu, sementara realitas terkini, mahasiswa justru menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Melihat ironitas tersebut, mahasiswa perlu merekonstruksi format gerakannya, agar perjuangan kemanusiaan dan nilai proletarianisme yang diusung tak pernah pudar dalam masyarakat. Format gerakan aksi massa dibutuhkan demi terciptanya aksi massa yang sistemik dan masif antara masyarakat dan buruh bersatu di bawah komando mahasiswa sebagai katalisator perubahan.
Untuk menggerakkan massa, menurut Sartono Kartodirdjo dalam psikologi sosialnya, dibutuhkan ‘nilai baru’ yang mampu menjadi motivasi sebagai “bahan peledak” massa. Kenaikan harga BBM adalah sistem yang bisa berpotensi besar untuk digunakan memobilisasi rakyat. Penciptaan “kambing hitam” berupa menanamkan kebencian, akan sangat urgen untuk memantik semangat membara perjuangan melawan rezim penguasa.
Mahasiswa-lah aktor individu atau kelompok yang akan menjadi motivator, agitator, inisiator, propagandis, katalisator dan organisator dalam memberangus ketidakadilan dan diskriminasi bagi rakyat kecil. Mahasiwa seharusnya tidak menimbulkan ketegangan di masyarakat dan menciptakan kebencian dengan aksi yang merusak sarana prasarana publik. Inilah yang sepertinya dilupakan dalam aksi mahasiwa menentang kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM telah menjadi bola salju yang menggelinding semakin besar. Efek domino dari kenaikan harga BBM memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap masyarakat. Ketakutan akan naiknya bahan sembako menjadi isu yang melingkupi kenaikan harga BBM. Tak ayal, kenaikan harga BBM, menimbulkan aksi demonstrasi yang begitu besar dari masyarakat dan mahasiswa.
Aksi demonstrasi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM tidak jarang berakhir dengan anarkisme dan premanisme. Kekerasan dalam demonstrasi menjadi persoalan yang pelik, karena dilakukan oleh mahasiswa yang nota benenya dibekali kemampuan akademis, nalar kritis dan logika berpikir yang jernih. Demontrasi anarkis hanya akan menimbulkan stigma dan stereotipe bagi mahasiswa. Hal ini, akan menimbulkan persepsi, mahasiswa sebagai masyarakat akademis sudah tidak menjunjung tinggi asas kedamaian dan keteraturan.
Kekerasan dan anarkisme dalam demonstrasi memang bukan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai humanisme, karena tidak sedikit masyarakat menjadi korban aksi massa demonstrasi. Kita lihat misalnya, ketika terjadi demonstrasi, aksi menutup jalan, perusakan traffic light, sarana umum bahkan penjarahan sarana prasarana umum. Contoh yang bisa kita jadikan sebagai bahan pertimbangan adalah demonstrasi yang terjadi di Makassar dan Jogja. Di Makassar, mahasiswa melakukan penjarahan SPBU, sabotase tabung gas dan pembakaran mobil. Sementara di Jogja, aksi massa mahasiswa telah mengakibatkan aktivitas jalan raya terganggu, perusakan traffic light, saling lempar batu dengan aparat hingga aksi saling pukul antara mahasiswa dan polisi.
Pertanyaannya, haruskah demonstrasi selalu berujung dengan kekerasan dan anarkisme? Demonstrasi memang bentuk ekspresi kebebasan berpendapat yang diatur dalam negara demokrasi, tetapi demonstrasi anarkis perlu dipertanyakan, terlebih dilakukan oleh mahasiswa yang menyandang titel ujung tombak perubahan bangsa. Mahasiswa yang selalu menjadi katalisator di tengah problematika kebangsaan.
Mahasiswa yang menyandang status sosial yang cukup prestisius karena dibekali dengan kemampuan pengetahuan, nalar kritis dan logika berpikir yang lebih bijaksana, ternyata mampu bersikap layaknya preman yang mengedepankan asas premanisme dan kekerasan dalam setiap tindakan dan sikapnya.
Secara personal tulisan ini, bukan bermaksud menyudutkan aksi mahasiswa atau demonstrasi, tetapi kekerasan dan efek yang ditimbulkan dari anarkisme itulah yang menjadi perhatian publik. Masyarakat umum pun, begitu menyayangkan, aksi mahasiswa yang banyak merusak sarana dan prasarana umum milik masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri, aksi mahasiswa memang tidak berangkat dari ruang kosong tanpa tujuan. Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi karena digerakkan oleh situasi sosial-politik bangsa yang carut marut. Mahasiswa tergerak oleh kebijakan pemerintah dan elite yang banyak mendiskriminasi kepentingan rakyat kecil. Aksi mahasiswa terjadi karena memperjuangkan nasib rakyat kecil yang tertindas oleh kesewenang-wenangan pemerintah.
Ada tujuan luhur. Ada nilai kemanusiaan yang dibawa mahasiswa. Tetapi kenapa nilai-nilai luhur yang diperjuangkan harus dicederai oleh aksi-aksi yang justru membuat masyarakat tidak menaruh perhatian kepada mahasiswa. Masyarakat justru mengecam kekerasan dan anarkisme yang ditimbulkan demonstrasi tersebut.
Nilai dan ideologi memperjuangkan hak rakyat kecil seharusnya tetap dijaga utuh seraya memberikan citra yang baik bagi publik. Memang tujuan luhur tersebut tidak akan hilang, tetapi rasa ilfill masyarakat akan aksi anarkisme itu akan menimbulkan citra buruk mahasiswa di depan publik. Begitu naifnya kemudian kalau masyarakat menstigma mahasiswa dengan preman atau masyarakat tak berpendidikan, hanya karena persoalan anarkisme demonstrasi yang secara subtansial memperjuangkan rakyat kecil.
Hilangnya kepercayaan publik terhadap aksi mahasiswa adalah ironi gerakan mahasiswa. Nilai dan ideologi proletarianisme menjadi bumerang yang membunuh eksistensi gerakan mahasiswa. Meminjam istilah Frans Magnis Suseno aksi mahasiswa harus mampu berfungsi mempolakan, mengonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat. Melahirkan atau menimbulkan arti bagi masyarakat dibutuhkan sistem nilai, landasan berpikir, refleksi dan renungan mendalam perihal geo-politik nasional dan sensitifitas sosial yang tinggi.
Ketiadaan sensitifitas sosial dan ketidakpahaman kondisi geo-politik akan menjerumuskan mahasiwa dalam kubangan romantisme sejarah. Sejarah yang mendeskripsikan nilai luhur perjuangan terhadap bangsa di masa lalu, sementara realitas terkini, mahasiswa justru menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Melihat ironitas tersebut, mahasiswa perlu merekonstruksi format gerakannya, agar perjuangan kemanusiaan dan nilai proletarianisme yang diusung tak pernah pudar dalam masyarakat. Format gerakan aksi massa dibutuhkan demi terciptanya aksi massa yang sistemik dan masif antara masyarakat dan buruh bersatu di bawah komando mahasiswa sebagai katalisator perubahan.
Untuk menggerakkan massa, menurut Sartono Kartodirdjo dalam psikologi sosialnya, dibutuhkan ‘nilai baru’ yang mampu menjadi motivasi sebagai “bahan peledak” massa. Kenaikan harga BBM adalah sistem yang bisa berpotensi besar untuk digunakan memobilisasi rakyat. Penciptaan “kambing hitam” berupa menanamkan kebencian, akan sangat urgen untuk memantik semangat membara perjuangan melawan rezim penguasa.
Mahasiswa-lah aktor individu atau kelompok yang akan menjadi motivator, agitator, inisiator, propagandis, katalisator dan organisator dalam memberangus ketidakadilan dan diskriminasi bagi rakyat kecil. Mahasiwa seharusnya tidak menimbulkan ketegangan di masyarakat dan menciptakan kebencian dengan aksi yang merusak sarana prasarana publik. Inilah yang sepertinya dilupakan dalam aksi mahasiwa menentang kenaikan harga BBM.