Selasa, 24 April 2012

MEMBACA KRITIS TULISAN/ ARTIKEL POPULER



MEMBACA KRITIS TULISAN/ ARTIKEL POPULER

OLEH
ROBI TANDIALA(1111040018)
SANDRA SETIAWAN(111040043)

A.    Pengertian Membaca
Membaca pada hakikatnya tidak hanya melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulisan. Suatu proses dimana kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata secara undividual akan dapat diketahui.
Dalam membaca dikenal jenis membaca telaah isi yang memiliki pengertian membaca dengan cara meneliti bahan yang tersedia dengan tidak mengesampingkan ketelitian, pemahaman, serta kekritisan dalam berfikir.
 Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai pelajar yang dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. Oleh sebab itu, belajar ini tentu akan sangat bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil pembacaan kita yang cermat dan matang. Hakikat membaca kritis ini merupakan kegiatan belajar yang penting dan wajib dikuasai oleh pelajar. Melalui kegiatan belajar ini, kita sebagai pelajar dibekali dengan kompetensi yang berkenaan dengan kemampuan untuk menerapkan metode membaca kritis. Untuk menguasai kompetensi tersebut, kita wajib menjelaskan bagaimana sebenarnya membaca kritis. Selain itu, lewat kegiatan belajar ini kita sebagai mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan membaca kritis dengan langkah awal menjelaskan pengertian membaca kritis, dan karakteristik membaca kritis. Tentunya  dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini; Memangagaksulitmembacatulisaninikarenatan patitikdankomadanjugapastilamakelamaanand apastijaditerbiasawalaupunjarangadaorangyangmembacasepertiini.
    Bacaan ini mungkin agak sulit daripada bacaan pertama karena  jarang menemukan tulisan tanpa tanda baca, perbedaan huruf besar/kecil, dan tanpa spasi, seperti itu. Akan tetapi, akhirnya kita tetap dapat membacanya bukan? Setelah kita membaca  bacaan di atas, mungkin dalam diri kita timbul pertanyaan “Apa maksud penulis?” jadi, sebenarnya, sewaktu membaca bahan bacaan, dalam diri pembaca akan timbul pertanyaan, “Mengapa penulis menulis seperti itu? Apa maksudnya? Dan sebagainya.” Jika itu yang terjadi pada Anda, berarti Anda telah bersikap kritis terhadap bacaan dan penulisnya.

1.      Pengertian Membaca Kritis
Kegiatan membaca kritis untuk menulis pada dasarnya kegiatan untuk mendapatkan informasi yang relevan sesuai kebutuhan untuk mengembangkan tulisan yang akan dibuat. Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja kebenaran informasi tetapi kita harus bersikap skeptis yaitu bertanya terus menerus dan berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi tersebut.
Pengertian lain mengenai membaca kritis adalah: (1) membaca kritis (critical reading) adalah aktifitas membaca yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif, serta analisis dan bukan sekedar mencari-cari kesalahan isi atau pilihan kata yang terdapat dalam objek kajian. (2) membaca kritis sebagaimana membaca intensif merupakan modal utama bagi mahasisiwa untuk mencapai kesuksesan studi.
2.      Tujuan Membaca Kritis
a.         Memahami maksud penulis
b.         Memahami organisasi dasar tulisan dan menilai penyajian penulis
c.         Menerapkan prinsip-prinsip kritis dalam suatu bacaan
d.         Meningkatkan minat keterampilan membaca serta selalu berfikir kritis
e.     Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan dengan memanfaatkan penerbitan buku-buku ilmiah
3.      Pengertian Membaca Kritis untuk Menulis
Membaca merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis. Dengan banyak membaca kita akan banyak mendapatkan gagasan yang berguna bagi tulisan kita. Tulisan yang baik memberikan pengetahuan bagi pembacanya.
4.      Membaca Kritis Tulisan/Artikel Populer
Membaca kritis tulisan populer lebih mudah dipahami karena sifatnya yang terbaru hangat dibicarakan dan bahasa yang digunakan juga bahasa komunikatif yang mudah dimengerti pembaca.
a.       Mengenali persoalan utama atau isu yang dibahas dalam artikel populer
Perlu diperhatikan dalam membaca tulisan populer adalah mengenali persoalan utama atau isu yang dibahas.
b.      Menentukan signifikansi/relevansi isu dengan tulisan yang akan dihasilkan
Isu yang dibicarakan dalam sebuah tulisan mungkin tidak mempunyai relevansi untuk tulisan yang akan kita buat.
c.       Memanfaatkan isu artikel populer untuk bahan/inspirasi dalam menulis
Isi artikel populer dapat menjadi inspirasi karena isu artikel populer biasanya tentang masalah sosial.
d.      Membedakan isi artikel populer dengan isi artikel ilmiah dan buku ilmiah
Artikel populer biasanya berisi pemahaman tentang sebuah isu yang sedang diminati masyarakat, dan tidak mementingkan teori dan data. Artikel/buku ilmiah biasanya berisi tentang pemahaman tentang isu yang tidak diminati masyarakat, peranan teori dan data sangat penting dalam artikel ini.

5. Contoh Tulisan/ Artikel Populer
Isu Kenaikan Harga BBM
Isu kenaikan harga BBM yang direncanakan pemerintah pada tanggal 1 april yang lalu,yang mana rencana Kenaikan harga BBM tersebut telah menimbulkan ketegangan dan kepanikan masyarakat.Masyarakat merespon isu kenaikan BBM dengan demo yang dilakukan secara sporadis di berbagai daerah Indonesia. Drama politik kenaikan harga BBM ini akhirnya berakhir lewat panggung rapat paripurna. Sebagimana diketahui sehubungan keputusan sidang paripurna DPR RI yang intinya harga BBM yang semula direncanakan naik per 1 April 2012 tidak jadi melainkan hanya dimungkinkan apabila fluktuasi harga 15 persen rata-rata dalam enam bulan. Hasil rapat paripurna DPR RI yang menunda kenaikan harga BBM ternyata mampu mengakhiri gejolak massa yang selama ini berkembang di masyarakat luas,debu ketegangan seolah sudah mengendap. Apa memang Tuntutan sebagian masyarakat terutama para pengunjuk rasa dan elit politik untuk menolak rencana kenaikan harga BBM sudah “terkabul” dengan penundaan kenaikan BBM ini.?
Terkait opsi pasal 7 ayat 6a yang menyatakan bahwa harga BBM bisa dinaikkan kalau harga minyak mentah dunia mencapai 15% dalam rentang 6 bulan, Pasal 7 ayat 6a memang menandakan harga BBM tidak naik Per tanggal 1 April, tetapi bukankah opsi pasal ini memberikan celah untuk pemerintah menaikkan harga BBM.? memang sampai saat ini rencana kenaikan harga BBM menjadi teki-teki yang akan menimbulkan ketegangan dalam birokrasi bangsa ini. Disatu sisi kita akan melihat pemerintah yang berkuasa mengatasnamakan rakyat akan menaikkan harga BBM dan disisi lain juga partai oposisi akan melakukan penolakan kenaikan harga BBM,dalam hal ini memang pihak pemerintah yang berkuasa maupun partai oposisi mempunyai tujuan sama, yakni sama-sama untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Begitu juga masyarakat kita,banyak sekali argumen serta silang pendapat tentang keharusan dan manfaat penaikan harga BBM. Namun di tengah kesenjangan hak politik dan ekonomi rakyat yang memprihatinkan saat ini, Drama politik kenaikan BBM yang terjadi saat ini hanyalah realitas nyata dari kemenangan politik yang mengatasnamakan rakyat, bukan kemenangan demonstrasi yang turun ke jalan yang mewakili hati nurani rakyat. Realitas politik bangsa kita mencerminkan perang kepentingan dan perang politik dalam isu kenaikan harga BBM. hal ini sangat rentan menipu dan menyesatkan rakyat berkat kelihaian aktor politik yang memainkan perannya dengan sangat sempurna. Ervin Goffman, sosiolog Kanada mengibaratkan realitas ibarat panggung sandiwara, dimana disana memang dipamerkan serta disajikan kehidupan/realitas kita, dan memang itulah seluruh yang kita miliki. Goffman membedakan dua ruang penampilan yang penting untuk dibedakan, yaitu panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Manusia merupakan aktor hidup atas realitas yang dijalaninya setiap hari. Manusia selalu berupaya mengadaptasi atau menggabungkan karakter persoanal dan sosial lewat action dan skenario.

Dalam drama hidup yang diperankan, manusia selalu menampilkan realitas yang berbeda. Ibarat panggung teater, panggung depan selalu berbeda dengan panggung belakang. Panggung depan selalu menampilkan realitas parsial-sementara nan penuh skenario. Sementara panggung belakang adalah realitas yang subtansil. Goffman memandang panggung depan sebagai realitas semu dan penuh kepura-puraan sementara panggung belakang adalah keaslian, hakikat tanpa manipulasi. Konteks drama politik kenaikan BBM, terlihat dalam rapat paripurna dan aksen yang ditampilkan partai politik atau elit penguasa. Elit penguasa melakonkan karakter lihai dan cerdas dalam memancing opini publik; menampilkan kesan komunikatif, terlihat sensitif sosial, tetapi realitas yang sebenarnya adalah menggerakkan opini publik, menyeret keberpihakan rakyat kecil demi tujuan jangka panjang.
Di tengah ketegangan antara partai koalisi dan oposisi yang bersikukuh dengan prinsipnya masing-masing. Bagaimana pun, ruang wacana penaikan harga BBM yang diinisiasi pemerintah, kemudian direspons oleh para elite politik senayan dan masyarakat umumnya dalam dinamika sebulan terakhir menjelang 1 April setidaknya menjadi refleksi berdemokrasi kita. Semua pernyataan, perilaku, keputusan politik yang terjadi saat ini.yang hanya dikelola dengan kelangkaan nilai-nilai politik yang membuat para elite politik selalu gagal mendalami demokrasi sebagaimana mestinya sehingga yang tersisa cuma akumulasi prasangka dan kecurigaan.
Karena Bagaimana pun harga BBM, nafas rakyat,tidak bisa seenaknya dinaikkan sementara pemerintah tak pernah berpikir visioner menciptakan sumber energi alternatif dan menyelamatkan cadangan energi kita selama 14 tahun terakhir ini. Lalu para mafia minyak, koruptor di partai, birokrat, yang memakan anggaran kesejahteraan rakyat dibiarkan begitu saja. Rakyat tidak bodoh,rakyat tahu bahwa Kecenderungan yang terlihat dari keinginan penaikan BBM semata-mata karena ketidakmampuan pemerintah keluar dari jebakan intervensi kapitalis asing yang ingin menghapus subsidi dan membiarkan harga BBM berjalan sesuai harga pasar.Untuk itu ditengah Perang politik dan kepentingan dalam arena kenaikan harga BBM menjadi bahan renungan kita sebagai warga Negara bangsa ini untuk menumbuhkan kritisisme sosial dan politik di tengah politik transaksional. Tidak cukup memberikan penilaian dan penjelasan sebatas apa yang terlihat, karena di balik panggung drama kenaikan BBM, ada investasi politik jangka panjang yang sedang di-design para elit politik kita.
Isu kenaikan harga BBM menjadi bom waktu yang meledak di tengah masyarakat dan menimbulkan kepanikan dan ketakutan berlebihan dalam masyarakat. Kepanikan dan ketakuan yang ditimbulkan akibat isu kenaikan BBM terlihat dalam dua hal; penimbunan minyak dan aksi demonstrasi, baik mahasiswa atau masyarakat.
Kenaikan harga BBM telah menjadi bola salju yang menggelinding semakin besar. Efek domino dari kenaikan harga BBM memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap masyarakat. Ketakutan akan naiknya bahan sembako menjadi isu yang melingkupi kenaikan harga BBM. Tak ayal, kenaikan harga BBM, menimbulkan aksi demonstrasi yang begitu besar dari masyarakat dan mahasiswa.
Aksi demonstrasi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM tidak jarang berakhir dengan anarkisme dan premanisme. Kekerasan dalam demonstrasi menjadi persoalan yang pelik, karena dilakukan oleh mahasiswa yang nota benenya dibekali kemampuan akademis, nalar kritis dan logika berpikir yang jernih. Demontrasi anarkis hanya akan menimbulkan stigma dan stereotipe bagi mahasiswa. Hal ini, akan menimbulkan persepsi, mahasiswa sebagai masyarakat akademis sudah tidak menjunjung tinggi asas kedamaian dan keteraturan.
Kekerasan dan anarkisme dalam demonstrasi memang bukan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai humanisme, karena tidak sedikit masyarakat menjadi korban aksi massa demonstrasi. Kita lihat misalnya, ketika terjadi demonstrasi, aksi menutup jalan, perusakan traffic light, sarana umum bahkan penjarahan sarana prasarana umum. Contoh yang bisa kita jadikan sebagai bahan pertimbangan adalah demonstrasi yang terjadi di Makassar dan Jogja. Di Makassar, mahasiswa melakukan penjarahan SPBU, sabotase tabung gas dan pembakaran mobil. Sementara di Jogja, aksi massa mahasiswa telah mengakibatkan aktivitas jalan raya terganggu, perusakan traffic light, saling lempar batu dengan aparat hingga aksi saling pukul antara mahasiswa dan polisi.
Pertanyaannya, haruskah demonstrasi selalu berujung dengan kekerasan dan anarkisme? Demonstrasi memang bentuk ekspresi kebebasan berpendapat yang diatur dalam negara demokrasi, tetapi demonstrasi anarkis perlu dipertanyakan, terlebih dilakukan oleh mahasiswa yang menyandang titel ujung tombak perubahan bangsa. Mahasiswa yang selalu menjadi katalisator di tengah problematika kebangsaan.
Mahasiswa yang menyandang status sosial yang cukup prestisius karena dibekali dengan kemampuan pengetahuan, nalar kritis dan logika berpikir yang lebih bijaksana, ternyata mampu bersikap layaknya preman yang mengedepankan asas premanisme dan kekerasan dalam setiap tindakan dan sikapnya.
Secara personal tulisan ini, bukan bermaksud menyudutkan aksi mahasiswa atau demonstrasi, tetapi kekerasan dan efek yang ditimbulkan dari anarkisme itulah yang menjadi perhatian publik. Masyarakat umum pun, begitu menyayangkan, aksi mahasiswa yang banyak merusak sarana dan prasarana umum milik masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri, aksi mahasiswa memang tidak berangkat dari ruang kosong tanpa tujuan. Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi karena digerakkan oleh situasi sosial-politik bangsa yang carut marut. Mahasiswa tergerak oleh kebijakan pemerintah dan elite yang banyak mendiskriminasi kepentingan rakyat kecil. Aksi mahasiswa terjadi karena memperjuangkan nasib rakyat kecil yang tertindas oleh kesewenang-wenangan pemerintah.
Ada tujuan luhur. Ada nilai kemanusiaan yang dibawa mahasiswa. Tetapi kenapa nilai-nilai luhur yang diperjuangkan harus dicederai oleh aksi-aksi yang justru membuat masyarakat tidak menaruh perhatian kepada mahasiswa. Masyarakat justru mengecam kekerasan dan anarkisme yang ditimbulkan demonstrasi tersebut.
Nilai dan ideologi memperjuangkan hak rakyat kecil seharusnya tetap dijaga utuh seraya memberikan citra yang baik bagi publik. Memang tujuan luhur tersebut tidak akan hilang, tetapi rasa ilfill masyarakat akan aksi anarkisme itu akan menimbulkan citra buruk mahasiswa di depan publik. Begitu naifnya kemudian kalau masyarakat menstigma mahasiswa dengan preman atau masyarakat tak berpendidikan, hanya karena persoalan anarkisme demonstrasi yang secara subtansial memperjuangkan rakyat kecil.
Hilangnya kepercayaan publik terhadap aksi mahasiswa adalah ironi gerakan mahasiswa. Nilai dan ideologi proletarianisme menjadi bumerang yang membunuh eksistensi gerakan mahasiswa. Meminjam istilah Frans Magnis Suseno aksi mahasiswa harus mampu berfungsi mempolakan, mengonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat. Melahirkan atau menimbulkan arti bagi masyarakat dibutuhkan sistem nilai, landasan berpikir, refleksi dan renungan mendalam perihal geo-politik nasional dan sensitifitas sosial yang tinggi.
Ketiadaan sensitifitas sosial dan ketidakpahaman kondisi geo-politik akan menjerumuskan mahasiwa dalam kubangan romantisme sejarah. Sejarah yang mendeskripsikan nilai luhur perjuangan terhadap bangsa di masa lalu, sementara realitas terkini, mahasiswa justru menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Melihat ironitas tersebut, mahasiswa perlu merekonstruksi format gerakannya, agar perjuangan kemanusiaan dan nilai proletarianisme yang diusung tak pernah pudar dalam masyarakat. Format gerakan aksi massa dibutuhkan demi terciptanya aksi massa yang sistemik dan masif antara masyarakat dan buruh bersatu di bawah komando mahasiswa sebagai katalisator perubahan.
Untuk menggerakkan massa, menurut Sartono Kartodirdjo dalam psikologi sosialnya, dibutuhkan ‘nilai baru’ yang mampu menjadi motivasi sebagai “bahan peledak” massa. Kenaikan harga BBM adalah sistem yang bisa berpotensi besar untuk digunakan memobilisasi rakyat. Penciptaan “kambing hitam” berupa menanamkan kebencian, akan sangat urgen untuk memantik semangat membara perjuangan melawan rezim penguasa.
Mahasiswa-lah aktor individu atau kelompok yang akan menjadi motivator, agitator, inisiator, propagandis, katalisator dan organisator dalam memberangus ketidakadilan dan diskriminasi bagi rakyat kecil. Mahasiwa seharusnya tidak menimbulkan ketegangan di masyarakat dan menciptakan kebencian dengan aksi yang merusak sarana prasarana publik. Inilah yang sepertinya dilupakan dalam aksi mahasiwa menentang kenaikan harga BBM.

MEMBACA KRITIS TULISAN/ARTIKEL ILMIAH


Membaca Kritis Tulisan/Artikel Ilmiah

Oleh
Muh Yamin
Wisnur

A. Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis adalah aktifitas membaca yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif,serta analisis bukan sekedar mencari-cari kesalahan isi atau pilihan kata yang dalam objek kajian dan membaca kritis sebagaimana membaca intensif merupakan modal utama bagi mahasiswa dalam mencapai kesuksesan studi.
Pemilihan Masalah
Salah satu tahapan yang biasa dirasakan paling sulitdalam menulis artikel ilmiah adalah memilih masalah. Hal itu disebabkan oleh kebiasaan sikap sebagian besar kita pada sesuatu yang ada di hadapan kita, sebagai suatu fenomena yang sebenarnya merupakan masalah, kita biarkan, akhirnya kita permisif terhadap masalah. Dalam konteks yang demikian tidak saja terjadi kesulitan memilih masalah, tetapi kesulitan menemukan masalah. Selain itu, mungkin pula disebabkan oleh pemahaman terhadap hakikat penalaran keilmuan dan pemecahan masalah secara sistematis, sehingga cenderung adanya pemilihan masalah yang terlalu luas atau terlalu sempit (spesifik). Pemilihan masalah yang demikian, dapat menyebabkan penulis mengalami kesulitan dalam mengembangkannya menjadi artikel.
Ilustrasi tersebut memberikan implikasi bahwa pemilihan masalah memerlukan kecermatan dan pemahaman tersendiri dalam kaitannya dengan berbagai fenomena untuk diangkat atau dielaborasi menjadi artikel ilmiah. Keluasan dan kedalaman sesuai dengan hakikat penalaran keilmuan dan pemecahan secara sistematis dapat menjadi panduan pemilihan masalah dikembangkan menjadi artikel ilmiah.
Secara umum suatu masalah secara substatansial merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada, serta mengambil manfaatnya. Oleh karenanya, masalah cende-rung menggambarkan adanya suatu fenomena seperti kesenjangan (gap), ketimpangan (disparirty), ketidakcukupan (inadequacy), ketidak sesuaian (disegreement), ketidak-laziman (unfamiliartity), dan keunikan (uniqueness). Fenomena tersebut terjadi atau ada karena adanya sesuatu yang diharapkan tidak sama dengan kenyataan yang dihadapi.
Permasalah yang diangkat dalam artikel ilmiah dapat digali dari dan bersumber pada kebudayaan menusia secara keseluruhan. Untuk memilih dan menetapkan suatu masalah itu layak, tepat atau tidak, perlu diajukan berbagai pertanyaan. Jika jawaban atas pertanyaan itu positif, berarti dapat dikatakan bhwa masalah itu perlu dielaborasi menjadi suatu artikel. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan antara lain dapat disebutkan berikut ini.
1) Dapatkah masalah tersebut ditulis secara ilmiah?
2) Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menguji teori atau
memecahkan masalah tersebut?
3) Apakah pembahasan masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
4) Apakah masalah tersebut memang baru dan aktual?
5) Sudah adakah orang lain yang mengungkapkan pemecahan masalah tersebut?
6) Apakah masalah tersebut layak dikembangkan menjadi artikel?
Meski keputusan atas masalah memberikan suatu kesimpulan yang positif yang berarti perlu dielaborasi menjadi artikel ilmiah, tidak serta merta kegiatan penulisan artikel dapat dilakukan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan pengembangan artikel ilmiah, antara lain (a) kemampuan yang dimiliki, (b) akses untuk memperoleh informasi yang diperlukan, (c) ketersediaan dana (jika diperlukan) untuk menemukan berbagai informasi, dan ketersediaan waktu atau kesempatan.
Masalah dapat juga diambil dari hasil kajian atau hasil penelitian. Bila masalah diangkat dari sebuah hasil penelitian, permasalah yang dirumuskan dalam penelitian dapat diambil semua, atau sebagian disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman kajian. Dalam hal yang demikian, penulis artikel harus mengedit sesuai dengan keperluan. Format laporan penelitian biasanya agak berbeda dengan format artikel. Bahkan, sisi mekanik penulisan juga dapat berbeda antara laporan penelitian dan artikel. Selain itu, jumlah halaman atau panjuang artikel biasanya dibatasi sekitar 15 sampai 20 halaman bergantung pada jurnalnya. Penulis artikel mesti bersedia menyesuaiakan dengan aturan yang berlaku yang biasa disebut gaya selingkung. Biasanya, aturan yang bersifat selingkung tersebut disajikan pada setiapterbitan atau edisi jurnal.

B.  Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah dpapat diangkat dari hasil penelitian, dapat pula berupa hasil kajian kritis atas suatu bidang keilmuan. Berikut disajikan garis besar artikel yang biasa dimuat dalam jurnal.
Bagian pertama, judul. Biasanya yang pertama dibaca orang adalah judul. Rasa ketertarikan orang terhadap sebuah artikel biasanya sangat ditentukan pada saat membaca judul. Oleh karena itu, judul sebaiknya diusahakan singkat, padat, menarik, profokatif, jelas, dan mencerminkan permasalahan atau tujuan yang akan dibahas. Judul sebaiknya tidak terlalu pendek, atau tidak terlalu panjang, biasanya antara 8 s.d. 12 kata. Judul yang terlalu pendek cenderung sangat umum, sedangkan yang terlalu panjang sangat spesifik. Judul hendaknya benar-benar menggambarkan atau memayungi isi artikel. Di bawah judul dituliskan nama penulis artikel, biasanya tanpa sebutan gelar, dan diikuti nama lembaga asal penulis.
Bagian kedua, abstrak. Abstrak merupakan intisari artikel yang akan dikemukakan. Abstrak harus singkat, padat, dan harus telah mencerminkan isi artikel. Oleh karena itu, dengan membaca abstrak saja pun, orang sudah dapat memiliki pemahaman isi artikel. Abstrak artikel dari hasil penelitian biasanya terdiri atas tiga paragraph (meski ada pula yang hanya satu paragraph). Paragraf pertama berisi tujuan, kedua berisi cara penelitian, dan ketiga berisi hasil atau kesimpulan. Abstrak artikel ilmiah nonhasil penelitian jumlah paragraf tidak dipersoalkan, yang penting berisi intisari artikel. Panjang abstrak artikel berkisar antara 100 – 150 kata, ada pula yang membatasi maksimum 200 kata. Bahasa dalam penulisan abstrak bergantung pada ketentuan selingkung jurnal atau majalahnya. Abstrak ada yang ditulis dalam dua bahasa, ada pula yang dalam satu bahasa sesuai dengan bahasa naskah/artikel, ada pula yang dalam bahasa yang berbeda dengan bahasa naskah/artikel. Di bagian bawah abstrak, tuliskan kata kunci. Kata kunci merupakan istilah penting yang terkait dengan artikel, tersebut harus terdapat dalam abstrak.
Bagian ketiga, pendahuluan. Pendahuluan seringkali dijadikan subjudul pertama artikel ilmiah (dengan berbagai variasi bergantung pada gaya selingkung jurnal atau majalahnya). Pada bagian ini permasalahan diperkenalkan pada pembaca sebaikbaiknya, dari latar belakang, identifikasi, pembatasan, perumusan, tujuan, dan manfaat penulisan. Bagian pendahuluan ini akan berfungsi secara baik bila pembaca tidak menjadi penerima yang pasif, tetapi mereka akan menjadi bergairah dalam mencari informasi baru. Khusus artikel yang diangkat dari hasil penelitian pada bagian ini disajikan landasan teori yang digunakannya secara singkat saja. Uraian teori tidak perlu panjang lebar seperti dalam laporan penelitiannya, tetapi cukup disajikan yang substansial dan jika perlu disajikan rasionalnya. Ada pula jurnal yang menjadikan bagian teori ini menjadi bab tersendiri, dengan judul kajian teori atau landasan teori atau judul yang lainnya sesuai dengan subtansi teori yang digunakan.
Bagian keempat, cara penelitian. Bagian ini khusus diperlukan untuk artikel dari hasil penelitian. Pada jurnal tertentu, bagian ini disatukan pada bagian pendahuluan sehingga tidak menjadi bab tersendiri. Pada bagian ini dijelaskan secara singkat prosedur penelitian yang telah dilakukannya. Hal-hal yang perlu disajikan pada bagian ini antara lain subjek penelitian, sumber data, informan, responden atau istilah lainnya; populasi dan sampel, cara penyampelan, besaran sampel dan lain-lain; cara pemerolehan data, instrumen, keabsahan, keandalan; dan teknik analisis yang digunakan.
Bagian kelima, isi atau “batang tubuh”. Bagian ini berisi uraian atau pembahasan terkait dengan masalah yang dimunculkan dalam pendahuluan. Bagian ini dapat terdiri atas beberapa subjudul. Nama subjudul biasanya terkait dengan butir-butir masalah yang diangkat, yang kadang-kadang tergambarkan pula pada judul artikel. Yang diuraikan pada bagian ini biasanya yang termasuk ke dalam D-nya judul artikel, yaitu bagian yang diterangkan atau inti judul. Selanjutnya, bagian D ini dapat diuraikan berdasarkan aspek yang dipandang perlu untuk diungkapkan, yang perlu disampaikan pada pembaca. Aspek yang dimaksud dapat meliputi konsep, ciri-ciri, kategori atau jenis, fungsi, prosedur, konteks, dan sebagainya. Bila artikel diangkat dari hasil penelitian ada yang hanya menuliskan “Hasil penelitian dan Pembahasan”. Bagian keenam, penutup. Bagian ini merupakan subjudul yang “penamaannya” bervariasi. Misalnya, penutup, simpulan, kesimpulan, simpulan dan saran, kesimpulan dan saran. Semua itu bergantung pada gaya selingkung pula. Secara substansial bagian ini berisi simpulan, yang dapat diikuti atau dilengkapi dengan saran. Saran yang disampaikan harus relevan dengan masalah yang disajikan dalam artikel. Bila berupa artikel dari hasil penelitian, saran harus sesuai dengan temuan penelitian.

C. Membaca tulisan/artikel ilmiah
Membaca tulisan/artikel ilmiah berbeda dengan membaca jenis tulisan lain karena jenis informasinya yang berbeda. Tulisan ilmiah biasanya berisi informasi yang merupakan hasil penelitian. Ini berbeda dengan jenis tulisan lain yang informasinya bisa berupa pendapat dan kesan pribadi yang belum dibuktikan melalui penelitian dan prosedur ilmiah. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan/artikel ilmiah.
1. Menggali tesis/ pernyataan masalah
Tulisan/artikel ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum tentang masalah yang dibahas. Sebuah tesis biasanya diungkapkan   dengan sebuah kalimat  dan menilai apakah penulisannya berhasil atau tidak dalam membahas atau memecahkan masalah yang diajukan.
2. Meringkas butir-butir penting setiap artikel
Meringkas butir-butir penting setiap artikel yang kit abaca perlu dilakukan karena ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataan yang kita buat. Dengan adanya  ringkasan, kita juga tidak perlu lagi membaca artikel secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi dari artikel yang bersangkutan.
3.  Menyetir konsep-konsep penting ( pandangan ahli, hasil penelitian,dan teori)
        Menyetir konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk mendukung butir-butir penting pada tesis tulisan kita. Dengan memahmi konsep-konsep penting dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga dapat lebih memahami konsep-konsep yang akan kita kembangkan dalam tulisan  kita.
4. Menentukan bagian yang akan dikutip
        Mengutip pendapat orang lain merupakan kegiatan yang sering kita lakukan dalam menulis. Dalam mengutip bagian dari sebuah tulisan ilmiah,kita juga perlu memperhatikan relevansi bagian tersebut dengan tulisan kita. Butiran-butir yang di anggap tidak relevan tidak perlu di kutip.
5. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang di kutip
             Dalam mengutip bagian dari sebuah artikel, kita perlu menyadari implikasinya,   apakah kutipan itu mendukung gagasan yang akan kita kembangkan dalam tulisan atau sebaliknya?
6. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip
             Dalam mengutip pernyataan yang ada sebuah artikel, kita perlu secara jelas meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui, atau tidak menyetujiu pernyataan yang kita kutip?
Tujuan Membaca Kritis
Tujuan dilakukannya membaca kritis antara lain:
1. Memahami maksud penulis.
2. Memahami organisasi dasar tulisan dan menilai penyajian penulis.
3. Menerapkan prinsip-prinsip kritis dalam suatu bacaan.
4. Meningkatkan minat dan keterampilan membacanya.
5. Mengetahui prinsi-prinsip pemilihan bahan dengan memanfaatkan penerbitan buku-buku ilmiah .

MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS


MATERI
MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS

Oleh:
Fachriatun Nurania (1111040054)
Lia Angriani (1111040063)

a.      Pengantar

Untuk menunjang pengembangan daya nalarnya, mahasiswa biasanya dilibatkan dalam praktek menulis ilmiah, yang harus didukung dengan referensi yang memadai. Untuk hal ini, mereka wajib membaca bahan-bahan rujukan secara kritis. Para mahasiswa peserta dilibatkan dalam kegiatan yang mendukung berkembangnya pemahaman tentang membaca kritis, kemudian dilibatkan dalam praktek membaca kritis tulisan atau artikel ilmiah, tulisan atau artikel populer, dan buku ilmiah, serta bahan-bahan yang tersaji dalam internet. Produk dari praktek membaca kritis ini adalah rangkuman bahan yang dibaca dan komentar krisis mahasiswa terhadap gagasan dan konsep dalam bacaan terkait, kutipan-kutipan yang relevan.
Membaca merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis. Dengan banyak membaca, kita akan mempunyai banyak informasi dan pengetahuan ysng tidak kita dapat dari pengalaman sehari-hari. Denagan banyak membaca, kita juga akan banyak mendapat gagasan yang berguna untuk tulisan kita. Tulisan yang baik memberikan pengetahuan bagi pembacanya. Oleh karena itu, kalau kita ingin menghasilkan tulisan yang baik, kita perlu banyak membaca. Tidak mengherankan bahwa penulis yang baik umumnya banyak membaca.
Selain itu, membaca juga adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata maupun bahasa tulisan. Suatu proses dimana kelompok kata yang merupakan suatu  kesatuan akan  terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata secara undividual akan dapat diketahui maknanya. Dalam membaca dikenal jenis membaca telaah isi yang memiliki pengertian yaitu  membaca dengan cara meneliti bahan yang tersedia dengan tidak mengesampingkan ketelitian, pemahaman, serta kekritisan dalam berfikir. Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang sebagai pelajar yang dituntut untuk menambah wawasan dan  mengambangkan ilmu. Oleh sebab itu, belajar ini tentu akan sangat bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil pembacaan  kita yang cermat. Berdasarkan hal itulah hakikat membaca kritis ini merupakan kegiatan belajar yang penting dan wajib dikuasai oleh pelajar siawa maupun mahasiswa. Melalui kegiatan belajar ini, kita sebagai pelajar dibekali dengan kompetensi yang berkenaan dengan kemampuan untuk menerapkan metode membaca kritis untuk menulis. Untuk menguasai kompetensi tersebut, kita wajib menjelaskan bagaimana sebenarnya membaca kritis.
b.      Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis tetapi membaca kritis berusaha memahami makna tersirat dari sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis. Membaca kritis berlaku untuk tulisan non-fiksi di mana penulis berusaha untuk membuat pernyataan. Membaca kritis adalah membaca aktif. Membaca kritis melibatkan, mempertanyakan dan mengevaluasi apa yang penulis katakan, dan membentuk pendapat Anda sendiri tentang apa yang penulis katakan di dalam tulisannya.
Menurut cf.Harris et. Al. (1983); smith (1986); Albert dalam tarigan (1988:89) pada dasarnya, saat seseorang membaca kritis (critical reading) dia melakukan kegiatan membaca dengan bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukaningin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis adalah kemampuan memahami makna tersirat sebuah bacaan. Untuk itu, diperlukan kemampuan berfikir dan bersikap kritis. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis. Dengan membaca kritis, pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya dan dia pun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya.
Sedangkan menurut Soedarso membaca kritis adalah membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekadar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama- sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan arti. Membaca secara kritis berarti kita harus membaca secara analisis dan dengan penilaian. Membaca harus merupakan interaksi antara penulis dan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk pengertian baru.
Berdasarkan uraian di atas, dalam membaca kritis tidak hanya sekadar memahami isi bacaan tetapi melibatkan emosi pembaca, sehingga pembaca mampu menganalis dan memberikan penilaian. Dalam penerapan peningkatan membaca mahasiswa maupun siswa-siswa diharapkan tidak hanya sekadar memahami isi bacaan tetapi juga mampu menganalisis dan memberikan penilaian. Yang lebih penting dalam kegiatan membaca adalah menangkap pesan atau ide pokok bacaan dengan baik.
Rubin secara jelas menyatakan bahwa keterampilan membaca kritis termasuk ke dalam keterampilan tingkat tinggi sebab tidak hanya menyepakati apa yang ada dalam teks dan terampil menginterpretasi saja tetapi lebih pada tingkat mengevaluasi. Roe dan Ross sepaham dengan pernyataan Rubin tentang membaca kritis beliau menyatakan bahwa: ...that a critical reading skills is a process of querying and evaluating the text which surpasses the skill of interpreting the text literally. Consequently, critical readers have some characteristics that they understand how to ask, analyze, and evaluate. They try to find a cause ofproblem; they are capable of differing between facts and opinions.
Roe dan Ross berpendapat bahwa keterampilan membaca kritis adalah proses penelitian dan evaluasi teks yang tidak hanya sekadar menginterpretasi teks tertulis. Konsekuensi pembaca kritis mempunyai beberapa karakteristik, pembaca mampu memahami dengan bertanya, menganalisis, dan mengevaluasi. Pembaca kritis mencoba memecahkan masalah; juga mampu membedakan antara fakta dan opini-opini.
Kegiatan membaca kritis untuk menulis pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan. Dengan demikian, kegiatan membaca kritis untuk menulis harus dikaitkan dengan informasi seperti apa yang kita masukkan dalam tulisan kita, apakah informasi umum, khusus, atau informasi yang terperinci. Jenis tulisan yang kita baca berisi informasi yang berbeda. Informasi yang kita dapatkan dari tulisan populer, misalnya, berbeda dengan  informasi yang kita dapatkan dari tulisan ilmiah.
Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja kebenaran informasi yang didapatkan. Kita selalu bersikap skeptis, bertanya terus menerus dan berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi tersebut. Pengujian itu bisa dilakukan dengan mencari informasi pada sumber-sumber yang lain. Oleh karena itu, membaca kritis memerluka ketekunan dan kesabaran.
c.       Tujuan Membaca Kritis
Menurut Agustina (2008:124) membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca secara analisis dan dengan penilaian. Dalam membaca kritis pembaca harus terbuka terhadap gagasan orang lain. Pembaca harus mengikuti pikiran penulis secara tepat, akurat dan kritis. Akurat artinya dalam hubungan relevansi, membedakan yang relevan dan yang tidak relevan atau tidak benar. Kritis berarti menerima pikiran penulis dengan dasar yang baik, logis, benar atau menurut realitas. Karena dalam membaca kritis membaca akan menganailis, membandingkan dan menilai.
Selain itu, tujuan membaca kritis adalah sebagai berikut:
1.      Mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional melalui keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang analisis yang dapat diandalkan.
2.      Menemukan keseluruhan makna bacaan yang dibaca, baik makna baris-baris bacaan, makna antarbaris maupun makna di balik baris.




d.      Manfaat Membaca Kritis
Selain tujuan membaca kritis, adapun manfaat membaca kritis adalah sebagai berikut:
1.      Pemahaman yang mendalam dan keterlibatan yang padu sebagai hasil usaha menganalisis sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan.
2.      Kemampuan mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubungan yang ada di dalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu dengan bacaan lain atau dengan pengalaman membaca Anda.
3.      Kepercayaan terhadap diri sendiri yang mantap untuk memberikan dukungan terhadap berbagai pendapat tentang isi bacaan.

e.       Langkah-Langkah Membaca Kritis
Berikut merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk membaca kritis menurut cf. Nurhadi (1987:145-181), yaitu :
1. Mengingat dan mengenali bahan bacaan,
2. Menginterpretasi makna tersirat.
3. Mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan,
4. Menganalisis isi bacaan.
5. Menilai isi bacaan,
6. Meng-create bacaan atau mencipta bacaan.
Keenam sikap kritis tersebut sejalan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan krathwhol (2001:268).
Berkaitan dengan langkah-langkah membaca kritis Soedarso menyatakan bahwa proses membaca kritis dapat dilakukan dengan: mengerti isi bacaan, menguji sumber penulis, ada interaksi antara penulis dan pembaca, dan menerima atau menolak serta mengerti isi bacaan berarti mengenali fakta- faktanya dan menginterpretasikan apa yang dibaca, artinya mengerti benar ide pokoknya, mengetahui fakta dan detail pentingnya, dan dapat membuat kesimpulan serta interpretasi dari ide-ide itu. Menguji sumber penulis maksudnya apakah dapat dipercaya? Cukup akuratkah? Apakah kompeten di bidangnya?
f.       Cara Membaca Kritis
Dalam membaca kritis dikenal tiga cara, yaitu :
1)             Membaca baris, adalah  membaca baris demi baris untuk dapat memahami arti kata-kata setiap baris;
2)             Membaca di antara baris, mempunyai pengertian menganalisis maksud penulis yang sebenarnya;
3)             Membaca diluar baris, bertujuan mengevaluasi dan memahami hal-hal yang perlu diaplikasikan dalam membaca kritis, pembaca akan dapat melakukan kegiatan membaca dalam waktu singkat, namun memperolehi nformasi yang lengkap dan benar setelah membaca.
Di samping itu, keberhasilan dalam membaca kritis sangat perlu berlatih dan berlatih terus, sehingga pembaca akan dapat memperoleh informasi yang benar, baik yang tersurat maupun  tersirat dalam  wacana yang dibacanya. Kesimpulan  sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara membaca dan menulis. Pengalaman  membaca yang dimiliki seseorang dapat menentukan kekuatan orang tersebut dalam  menulis. Ilmu pengetahuan biasanya didapat dari hasil membaca, sementara menulis dapat digunakan sebagai media untuk mengekspresikan  ilmu pengetahuan kita dalam  bentuk tulisan. Oleh karena itu, sebaiknya dibiasakan menuangkan kembali apa yang pernah kita baca dalam bentuk tulisan.
g.      Kegiatan Dalam Membaca Kritis
Sebelumnya, untuk dapat melakukan  kegiatan membaca kritis, ada beberapa persyaratan pokok yang perlu dipenuhi, yakni:
1.      Pengetahuan  tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bacaan; 
2.      Sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa;
3.      Penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian  ilmiah.

Selanjutnya, adapun kegiatan dalam membaca kritis adalah sebagai berikut:
1.      Membaca Dengan Berpikir
Membaca hendaknya memikirkan persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang ditampilkan dalam bacaan serta memikirkan maksud dan tujuan penulis mengemukakan fakta-fakta tersebut. Tujuan pembaca dengan cara berpikir ini supaya pembaca dapat menentukan dan menemukan batasan-batasan dari persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang dikemukakan oleh pengarang.
2.       Membaca Dengan Menganalisis
Analisis merupakan kunci membaca kritis. Dengan menganalisis pembaca dapat mengetahui apakah fakta-fakta yang dikemukakan pengarang sungguh di sokong oleh detail-detail yang diberikannya atau tidak. Pembaca selanjutnya dengan cara itu akan mudah untuk memisah-misahkan mana detail-detail yang penting, dan mana yamg tidak penting.
3.      Membaca Dengan Penilaian
Tugas pembaca kritis adalah menilai fakta atau pernyataan yang dapat menyokong gagasan atau ide pokok yang dikemukakan. Pembaca harus dapat menentukan apakah fakta yang dibacanya ada hubungannya satu dengan yang.  Pembaca akhirnya menentukan penilaian terhadap fakta-fakta yang disajikan oleh penulis.
Beberapa fungsi penting dalam kegiatan membaca kritis, yaitu:
a)      Kegiatan  membaca  kritis memunculkan pemahaman yang mendalam dan keterlibatan yang  padu sebagai hasil usaha menganalisis sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan.
b)      Kegiatan membaca kritis dapat merangsang  kemampuan mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubungan yang ada di dalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu dengan bacaan lain atau dengan pengalaman pembaca yang telah didapatkan.
c)      Selain itu, kegiatan  membaca kritis juga dapat meningkatan kepercayaan terhadap diri sendiri yang  mantap untuk  memberikan dukungan  terhadap berbagai pendapat tentang  isi bacaan.

h.      Bahan-Bahan Membaca Kritis
Bahan-bahan yang dibaca secara kritis meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Esai
2.      Biografi dan autografi
3.      Drama
4.      Kesimpulan-kesimpulan yang berbeda dalam lapangan sejarah, ekonomi, hukum dan politik
5.      Peristiwa-peristiwa yang dijumpai dalam koran, majalah, propaganda dan lain-lain.

i.        Teknik Membaca Kritis

Menurut sudarso (1988:72) ada empat teknik yang dapat digunakan dalam membaca kritis.
1.      Mengerti Isi Bacaan
Mengenali fakta dan menginterprestasikan apa-apa saja yang dibaca dengan kata lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta penting dan dapat membuat kesimpulan serta menginterprestasikan ide-ide tersebut. Fakta berguna untuk menambah informasi sedangkan ide bermanfaat untuk menambah pemahaman. Mendapat informasi bertujuan sekedar mengetahui sesuatu itu fakta sebaliknya pemahaman bertujuan mengetahui segalanya tentang fakta.
2.      Menguji Sumber Penulis
Apakah penulis dapat dipercaya?. Kita harus mencari tahu kebenarannya misalnya mengetahui di bidang apa penulis itu berkompeten, dalam hal ini termasuk uji pandangan, tujuan dan asumsi penulis yang terdapat dalam tulisannya untuk membedakan apakah tulisan itu fakta atau opini.
3.      Interaksi Antara Penulis Dengan Pembaca
Pembaca tidak hanya mengetahu maksud penulis tetapi juga membandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-penulis lain. Pembaca juga perlu menilai dan membandingkan isi bacaan dengan pengetahuan yang ada padanya
4.    Terbuka Terhadap Gagasan Penulis
Pembaca hendaknya menghargai pendapat yang dikemukakan oleh penulis kemudian pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya. Akhirnya penulis mempertimbangkan dan mengujinya alasannya dengan alasan yang logis dan interprestasi yang berdasar.

j.        Syarat Pokok dalam Membaca Kritis

Ada beberapa persyaratan pokok menurut cf. Nurhadi (1988), dan Harjasujana dkk. (1988) yang perlu dipenuhi untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis yaitu :
1. Pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bacaan.
2. Sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa.
3. Penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah.

k.      Ragam Membaca Kritis

Ada berbagai ragam membaca kritis bergantung pada jenis informasi seperti apa yang kita inginkan :
1.      Membaca Cepat Atau sekilas Untuk Mencari Topik
Kadang-kadang kita membaca bukan untuk mencari informasi yang rinci. Kita hanya ingin mengetahui secara umum apa yang dibicarakan dalam tulisan apa yang kita baca. Dalam hal ini, kita tidak perlu memfokuskan perhatian pada bagian-bagian tertentu. Kita bisa membaca tulisan dengan cepat atau secara sekilas dari awal sampai akhir. Dari kegiatan membaca cepat ini kita mendapatkan ide tentang topik tulisan yang kita baca.
2.      Membaca Cepat Untuk Informasi Khusus
Membaca cepat juga bisa dilakukan kalau kita menginginkan informasi khusus dari sebuah tulisan. Perhatian kita hanya tertuju pada bagian-bagian yang kita inginkan. Bagian-bagain yang mengandung informasi yang tidak kita inginkan tidak mendapat perhatian kita.
3.      Membaca Teliti Untuk Informasi Rinci
Kita mungkin juga ingi mendapatka informasi rinci tentang suatu hal. Dalam hal ini, kegiatan membaca difokuskan pada bagian yang mengandung informasi yang ingin kita ketahui secara rinci. Begitu kita sampai pada bagian tersebut, kita membacanya dengan teliti sampai kita benar-benar memahami informasi yang ingin kita dapatkan. Bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan tidak perlu dibaca lebih lanjut.