Kamis, 05 April 2012

MAKALAH PERBAIKAN KHUSNUL KHOTIMAH DAN ARIYANTY THALIB


KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA DAERAH DAN BAHASA ASING

OLEH :

ARIYANTY THALIB                       (1111040057)
KHUSNUL KHOTIMAH                 (1111040004)



A.    KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA DAERAH
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi , atau daerah yang lebih luas. Sedangkan defenisi Bahasa Daerah dalam hukum Internasional yang termuat dalam rumusan piagam eropa untuk bahasa-bahasa regional yang minoritas diartkan bahwa "bahasa-bahasa daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebu; dan berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.
Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnis di tanah air. Tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi antaretnis atau sesama suku. Perencanaan bahasa nasional tidak bisa dipisahkan dari pengolahan bahasa daerah, demikian pula sebaliknya. Itulah sebabnya di samping mengolah bahasa nasional, Politik Bahasa Nasional pun berfungsi sebagai sumber dasar dan pengarah bagi pengolahan bahasa daerah yang jumlahnya ratusan dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Hal itu sejalan dengan UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 di dalam penjelasannya, dikatakan: “Bahasa daerah itu adalah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup; bahasa daerah itu adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara”, yang fungsinya sebagaimana disimpulkan oleh peserta Seminar Politik Bahasa Nasional tahun 1975 di Jakarta, yakni:

“Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa-bahasa seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar, dan Batak berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.
“Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah” (Halim (Ed.), 1976:145—46).
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Daerah sendiri, maka Bahasa Daerah sendiri berfungsi sebagai:
1.      Sebagai lambang kebanggan daerah
2.      Lambang identitas daerah
3.      Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah
Adapun fungsi bahasa daerah dalam hubungannya dengan Bahasa Indonesia adalah:
1.      Bahasa Daerah sebagai pendukung Bahasa Nasional
Bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2) menegaskan bahwa “Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.” dan juga sesuai dengan perumusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, bahwa bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional merupakan sumber pembinaan bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia, antara lain, bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata. Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam perkembangannya.
2.      Bahasa Daerah sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar
Di daerah tertentu , bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia , kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
3.      Bahasa Daerah sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya Bahasa Indonesia
Seringkali istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum muncul di bahasa indonesia sehingga bahasa indonesia memasukkannya istilah tersebut , contohnya “ gethuk “ { penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) } karena di bahasa indonesia istilah tersebut belum ada , maka istilah “ gethuk “ juga di resmikan di bahasa indonesia sebagai istilah dari “ penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) “.
4.      Bahasa Daerah sebagai pelengkap bahasa Indonesia di dalam penyelenggaraan pemerintah pada tingkat daerah
Dalam tatanan pemerintah pada tingkat daerah , bahasa daerah menjadi penting dalam komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat yang kebanyakan masih menggunakan bahasa ibu sehingga dari pemerintah harus menguasai bahasa daerah tersebut yang kemudian bisa di jadikan pelengkap di dalam penyelenggaraan pemerintah pada tingkat daerah tersebut.
Bahasa daerah dan Bahasa Indonesia yang digunakan secara bergantian menjadikan masyarakat Indonesia menjadi dwibahasawan. Menurut Mackey dan Fishman (Chaer, 2004: 84) kedwibahasaan diartikan sebagai “...penggunaan dua bahasa oleh penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian”.
Bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional sesuai dengan perumusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, merupakan sumber pembinaan bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia, antara lain, bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata. Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam perkembangannya.
Namun dewasa ini, Bahasa daerah terancam punah. Prof Dr Arief Rahman dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang pendidikan bahasa di Universitas Negeri Jakarta, Selasa (22/5) mengungkapkan bahwa “Kondisi ini menjadi keprihatinan saya. Dalam penelitian yang saya lakukan di beberapa SMA di Jakarta, bahasa daerah tidak lagi digunakan dalam komunikasi di rumah. Orang tua tidak menganggap penting untuk menggunakan di rumah. Para pelajar lebih suka pakai bahasa gaul meski bertemu teman yang berbahasa daerah semua”
Kepunahan bahasa daerah di Indonesia dipetakan sebagai berikut : di Kalimanatan 50 bahasa daerah terancam punah dan satu sudah punah. Dari 13 bahasa di Sumatra, dua terancam punah dan satu sudah punah.Sulawesi yang memiliki 110 bahasa, 36 terancam punah dan satu sudah punah. Dari 80 bahasa daerah di Maluku, 22 terancam punah dan 11 sudah punah. Di daerah Timor, Flores, Bima, dan Sumba dari 50 bahasa yang ada sebanyak delapan terancam punah. Di daerah Papua dan Halmahera dari 271 bahasa sebanyak 56 bahasa terancam punah. Di Jawa tidak ada bahasa daerah terancam punah.
Berdasarkan berbagai kondisi di atas, perlu adanya suatu sistem yang mampu mensinergikan antara bahasa daearah sebagai bahasa ibu, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, serta bahasa Inggris sebagai bahasa internasonal.
           
B.     Kedudukan dan fungsi bahasa asing

Bahasa asing merupakan bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum dalam interaksi social. bahasa asing ini  tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah tempat yang tertentu: misalnya bahasa Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang asing di Australia. Bahasa asing juga merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan di tanah air atau  negara asal seseorang, misalnya; seorang penutur bahasa Indonesia yang tinggal di Australia boleh mengatakan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang asing untuk dirinya sendiri.
Kedudukan bahasa asing  berbeda dengan bahasa kedua. Mustafa dalam hal ini menyatakan bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari anak setelah bahasa ibunya dengan ciri bahasa tersebut digunakan dalam lingkungan masyarakat sekitar. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum dalam interaksi sosial. Kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia tersebut mengakibatkan jarang digunakannya Bahasa Inggris dalam interaksi sosial di lingkungan anak. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris karena pemerolehan bahasa asing bagi anak berbanding lurus dengan volume, frekuensi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun pada sebagian besar orang tua mendukung bahkan mengharuskan anaknya untuk mahir atau menguasai bahasa asing yang terkhusus bahasa inggris.
Dalam kedudukanya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa seperti bahasa Inggris, perancis, mandarin, belanda, jerman tidak memiliki kemampuan untuk  bersaing dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional maupun bahasa Negara atau dengan kata lain bahasa asing tidak akan pernah menjadi bahasa nasional ataupun bahasa Negara Indonesia. Walaupun pada kenyataanya sebagian bahasa asing tersebut diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan tingkat tertentu.
 Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung  memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome”  untuk “selamat datang”. Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menengah, dan atas; bahkan kalangan intelektual. Akan tetapi, kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual terletak pada sikap meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Ini semua merupakan dampak dari multilingual yang terjadi dimasyarakat.
Seperti bahasa-bahasa lainnya di dunia, bahasa Arab yang merupakan salah satu bahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi dan juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan peradabannya. Adapun fungsi bahasa asing yang lainnya ialah:
1.      Alat penghubung antar bangsa
2.      Alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern
3.      Alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional
Walaupun keberadaan bahasa asing memiliki manfaat untuk bangsa kita tetapi itu tidak dapat membuat bahasa asing menggantikan posisi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Bahasa Daerah. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 24 Maret  2012.
Anonim. 2012. Bahasa Daerah, Akan Segera Punah?. http://tsefull.blogdetik.com. Diakses pada 2 April 2012.
Anonim. 2011. Kedudukan dan Fungsi Bahasa. http://www.situsbahasa.info. Diakses pada  24 Maret 2012.
Anonim. 2009. Pudarnya Bahasa Daerah. http://www.radarlampung.co.id. Diakses pada 1 April 2012.
Syaifuddin. 2008. 169 Bahasa Daerah Terancam Punah. http://nasional.kompas.com. Diakses pada 24 Maret 2012.
Syaifuddin. 2012. Bahasa Daerah Terancam Punah Salah Kita Juga. http://syaifuddin.com. Diakses pada 26 Maret 2012.
Badan pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar. 2011. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Makassar.
Wahana keilmuan dan akhlaqul qarimah. 2009. Bahasa Indonesia, Antara Variasi dan Penggunaan. http://www.umpwr.ac.id/web/artikel/390-bahasa-indonesia-antara-variasi-dan-penggunaan.html . Diakses pada 22 Maret 2012. 

Selasa, 03 April 2012

KAIDAH TATA TULIS (EJAAN)

MATERI

KAIDAH TATA TULIS (EJAAN)


OLEH
Andi Ahrifah Buana (1111040032)
Fitri Nur Aningsih (1111040061)

TATA TULIS (EJAAN)
      A.    Penulisan Huruf
1.      Huruf Kapital : kapital seluruhnya dan kapital pada awal kata.
Huruf kapital seluruhnya digunakan untuk menuliskan :
·         Judul-judul utama
·         Judul-judul bab
·         Judul kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka.
Huruf kapital pada awal kata:
·         Huruf pertama kata pada awal kalimat
·         Huruf pertama petikan langsung
·         Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Allah Yang Mahabesar, Quran
·         Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Sultan Hasanuddin
·         Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau tempat. Contoh: Gubernur Sulawesi Selatan, Menteri Kesehatan
·         Nama bangsa, suku, bahasa, dan geografi. Contoh: bangsa Indonesia, bahasa Indonesia, suku Bugis
·         Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: Bulan Februari, Perang Dunia I
·         Unsur-unsur nama orang, negara, lembaga, organisasi, dan dokumen resmi. Contoh: Sahrukh Khan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
·         Unsur singkatan nama gelar. Contoh: S. H; Prof.
·         Kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan. Contoh: Anda, Nyonya, Bapak, Ibu
2.      Huruf miring
·         Menuliskan judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh: majalah Kulit dan Kesehatan, buku Pintar Berbahasa Inggris
·         Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Huruf pertama dalam kata ilmu adalah i
·         Menuliskan nama ilmiah, ungkapan, atau istilah asing/daerah. Contoh: Dange adalah makanan khas dari Pangkep
          B.     Penulisan Kata
1.      Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis terpisah dari unsur yang lain. Contoh : Ibu masak sayur.
2.      Imbuhan
·         Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: dicari, menulis, panggilan.
·         Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat imbuhan (awalan atau akhiran), ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahulinya. Bertanggung jawab, berpangku tangan.
·         Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat imbuhan (awalan dan akhiran sekaligus) unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh: pertanggungjawaban, ketatanegaraan.
·         Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai sebagai kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh: biofisika, agrobisnis.
3.      Bentuk ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: lari-lari, main-main.
4.      Gabungan kata
·         Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Contoh: Tanggung jawab, gotong royong, perdana menteri.
·         Gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: guru baru-datang.
·         Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai. Contoh: matahari, bagaimana, saputangan.
5.      Kata ganti –ku, kau-, -mu, -nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya. Contoh: pulpenku, bukumu, semua barang milikku dapat kauambil.
6.      Kata depan di, ke, dan dari
Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: di taman, ke rumah, dari sekolah.
7.      Kata si dan sang
Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: si penerima.
8.      Partikel
·         Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: siapakah pemilik rumah ini?, terimalah uang ini!, apatah gunanya bersedih hati.
·         Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh: Ia pun telah berlalu.
·         Partikel per ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya. Contoh: harga bahan makanan naik satu per satu.
9.      Singkatan
Bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih
·         Singkatan nama orang, gelar, jabatan, diikuti dengan tanda titik. Contoh: Prof. Dr. A. Suratman M. Sc
·         Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, dan dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak menggunakan tanda titik. Contoh: MK (Mahkamah Konstitusi)
·         Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh: sda., dsb., dll.
·         Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Contoh: Ka (Kalium), cm, kg.
10.  Akronim
Singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
·         Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: PAN (Partai Amanat Nasional.
·         Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Golkar (Golongan Karya)
·         Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: pemilu.
11.  Angka dan lambang bilangan
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor dan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, dan isi.
·         Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian. Contoh: dua belas, lima puluh.
·         Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
           C.     Pemakaian Tanda Baca
1.      Tanda Titik
·         Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
·         Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar
·         Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
·         Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu
·         Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
2.      Tanda koma
·         Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
·         Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau sedangkan
·         Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat
·         Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
·         Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya membatasi
3.      Tanda tikik koma
·         Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara
·         Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk
4.      Tanda titik dua
·         Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
·         Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
·         Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
·         Dipakai diantara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan ,serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan (daftar pusataka)
5.      Tanda hubung
·         Menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris
·         menyambung unsur-unsur kata ulang
·         menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal
·         merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an , singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan,dan nama jabatan rangkap
·         merangkaian unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
6.      Tanda pisah
·         Membatasi penyisihan kata atau yang kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat
·         Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
·         Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti’sampai ke‘ atau’sampai dengan’
7.      Tanda elipsis
·         Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
·         Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan
8.      Tanda tanya
·         Dipakai pada akhir kalimat tanya
·         Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diasingkan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya
9.      Tanda seru
·         Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat
10.  Tanda kurung
·         Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
·         Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
·         Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan
11.  Tanda kurung siku
·         Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
·         Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
12.  Tanda petik
·         Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain
·         Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
·         Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus
13.  Tanda petik tunggal
·         Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
·         Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing
14.  Tanda garis miring
·         Dipakai dalam nomor surat dan nomor pada kalimat dan penanda masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
·         Dipakai sebagai pengganti kata dan atau tiap
15.  Tanda penyingkat atau apostrof
                              Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun






DOWNLOAD KLIK DISINI

Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi Ragam Ilmiah

MATERI
Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi Ragam Ilmiah


OLEH:
Supriadi Suhartawan 
(1111040015)

Nur Lisma Linda M 

(11110400)


1.      Pengertian Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah, bahasa indonesia yang dimaksud adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penulisan maupun secara tulisan. Dalam menulis ragam ilmiah, haruslah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan dan juga aturan-atran penulisan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia) 
Bahasa Indonesia ragam ilmiah digunakan untuk memaparkan fakta, prinsip, konsep, teori atau gabungan dan keempatnya. Bahasa Indonesia juga bisa  menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun lisan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik cendikia, lugas, dan jelas, menghindari kalimat fragmatis, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
2.      Menggunakan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi Ilmiah
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah berarti dalam tujuan menulis dan presentasi kita berpedoman pada bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam hal ini kita harus memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempat haltersebut secara hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
Pada saat menulis tulisan ilmiah penulis harus menunjukkan karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah, yaitu sifat yang cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmatis, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan jelas dalam kalimat yang mewadahinya.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah yang bersifat  Lugas dan Jelas  dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
 Bahasa Indonesia ragam ilmiah yang sifatnya menghindari kalimat fragmentaris artinya bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan. Bahasa Indonesia bersifat bertolak dari gagasan artinya bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Bahasa Indonesia yang bersifat formal artinya bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan  hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.Bahasa Indonesia yang bersifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Bahasa Indonesia bersifat konsisten artinya konsisten unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditempatkan pada pilihan kata, pengembangan,kalimat, pengembangan paragraph, kecermatan dalam penggunaan ejaan, tanda baca, dan aspek-aspek mekanik lainnya.
Pengertian presentasi Ilmiah
            Secara bahasa presentasi ilmiah berasal dari kata presentasi dan ilmiah:
1.      Presentasi berasal dari bahasa Inggris yang berarti menyajikan atau memaparkan.
2.      Ilmiah berarti bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Sehingga Presentasi ilmiah menurut bahasa adalah menyajikan ata memaparkan suatu karya tulis yang bersifat ilmiah. Sedangkan secara umum presentasi ilmiah adalah hal yang besangkutan dengan situasi resmi atau formal sehingga dalam presentasi ragam ilmiah haruslah berpedoman pada kaidah bahasa Indonesia yang tepat. Presentasi ilmiah ilmiah bertjan untuk menyebarkan atau memberikan informasi kepada peserta seperti seminar, diskusi, dan lain-lain.
            Dalam upaya mengefektifkan presentasi ilmiah maka ada tata cara yang perlu dipedomani:
1.      Menarik minat dan perhatian peserta.
Untuk menarik minat dan perhatian peserta, maka seorang penyaji materi atau orang akan memaparkan satu karya ilmiah dapat menggunakan media (dapat berupa; media gambar, power point, dan media presentasi yang lainnya), menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar dengan jelas oleh seluru peserta yang berada pada sat ruangan di mana pemaparan karya ilmiah di adakan.
2.      Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas
Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas, penyaji harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat, terhadap butir-butir inti dari apa yang akan dijelaskan.
3.      Menjaga etika atau tingkah laku ketika sedang memberikan materi atau memaparkan suatu karya ilmiah.
Etika sangat perlu diperhatikan dalam memberikan atau memaparkan suatu karya ilmiah karena hal ini akan berdampak pada sukses atau tidak suksesya suatu presentasi karya ilmiah. Hal yang sangat perlu diperhatikan pada etika saat presentasi karya ilmiah yaitu jangan sampai dalam berlangsungnya diskusi atau pun pemaparan karya ilmiah terdapat kata-kata yang menyinggung peserta dalam pemaparan karya ilmiah tersebut.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa dalam melakukan presentasi ilmiah haruslah memaparkan suatu fakta, kosep, teori, dan gabungan dari keempat hal tersebut serta sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan bena atau yang dikenal sebagai bahasa Indonesia yang resmi.
Bagaimana halnya dalam presentasi ilmiah? Pada saat melakukan presentasi ilmiah presenter atau orang yang melakukan pemaparan karya ilmiah dituntut agar bahasa Indonesia lisan yang digunakan diwarnai oleh sifat-sifat ragam bahasa Indonesia ilmiah  yaitu cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
Sementara itu, beberapa fasilitasa dalam penggunaaan bahasa lisan tetap bisa dimamfaatkan misalnya adanya kesempatan untuk menuglang-ulang, menekan dengan menggunakan intonasi, jedah, dan unsure suprasegmntal lainnya.
Presentasi ragam ilmiah adalah hal yang sangat menarik untuk diikuti sehingga dapat di perkirakan pesertanya akan terdiri dari beberapa kalangan atau pun suku, sehingga di sinilah peran bahasa Indonesia yang resmi. Selain penggunaan bahasa Indonesia yang resmi, kita juga dapat dibantu dengan media yang ada seperti media visual yaitu berupa bantan LCD projector dan power point, atau pun juga media yang lebih sederhana yang berupa poster atau gambar serta mind map.
Meskipun dalam presentasi karya ilmiah, presenter dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi akan lebih baik jika bahasa yang digunakan sederhana sehingga semua kalangan yang terlibat dalam forum tersebut dapat mengerti apa yang kita sedang bicarakan,






DOWNLOAD KLIK DISINI