Selasa, 03 April 2012

Berbagai Ragam Bahasa


MATERI
Berbagai Ragam Bahasa

Oleh:
Reski Andika Saing (1111040028)
Aryawati Dewi Aras (1111040058)


A.   Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa terdiri dari 2 kata yaitu ragam dan bahasa. Dari kata ragam yang berarti  variasi atau bermacam-macam. Dan bahasa yang berarti alat penutur atau sarana untuk berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain. Sehingga dapat diartikan bahwa ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa yang dapat digolongkan berdasarkan beberapa faktor seperti waktu, tempat, topik pembicaraan, media atau cara pengungkapan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestasi tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ragam bahasa atau variasi bahasa muncul karena faktor-faktor di bawah ini :
1.    Faktor waktu
Contoh :  Bahasa Melayu pada saat masa Sriwijaya dengan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.
2.    Faktor tempat
Contoh :     Bahasa Melayu dialek Jakarta dengan Bahasa Melayu dialek Nangroe Aceh Darussalam.
3.    Faktor sosiokultural
Contoh :     Pemakaian Bahasa Indonesia dikalangan awam dan kalangan terpelajar.
Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan mengenai ragam bahasa, yaitu : (1) media yang digunakan, (2) latar belakang penutur, dan (3) pokok persoalan yang dibicarakan.
Bahasa Indonesia yang sangat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam latar belakang penuturnya, akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa pada intinya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulisan.

B.     Jenis – Jenis Ragam Bahasa
Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan serta keperluan para pemakainya.
Dendi Sugono (seorang pakar bahasa), membagi ragam bahasa berdasarkan cara berkomunikasi yaitu: (1) ragam lisan, dan (2) ragam tulisan, berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) ragam dialeg, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam takresmi, dan berdasarkan topik pembicaraan yaitu: (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
Ketiga pembagian menurut Dendi Sugono tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Berdasarkan Cara Berkomunikasi
Berdasarkan cara berkomunikasi, ragam bahasa terdiri dari Ragam Lisan dan Ragam Tulisan.
Ragam bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan susunan kalimat), dan kosa kata. Sedangkan ragam tulis mencakup ejaan, aspek tata bahasa, dan kosa kata (Sugono 1999:5).
Perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis diantaranya:
ü  Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
ü  Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak demikian.
ü  Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
a. Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya (lihat Felicia (2001 : 8).
1.       Penggunaan bentuk kata
Berikut beberapa contoh penggunaan bentuk kata ragam lisan.
ü  Nia sedang baca surat kabar.
ü  Ari mau nulis surat.
ü  Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
ü  Mereka tinggal di Menteng.
ü  Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
ü  Saya akan tanyakan soal itu.
2.       Penggunaan kosa kata
Berikut beberapa contoh penggunaan kosa kata ragam lisan.
ü  Ariani bilang kalau kita harus belajar.
ü  Kita harus bikin karya tulis.
ü  Saya sudah kasih  tahu mereka tentang hal itu
3.       Penggunaan struktur kalimat
Berikut beberapa contoh penggunaan struktur kalimat
ü  Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
ü  Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

b.      Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
1.        Penggunaan Bentuk Kata
Berikut beberapa contoh penggunaan bentuk kata ragam tulis.
ü  Nia sedangmembaca surat kabar
ü  Ari mau menulis surat
ü  Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
ü  Mereka bertempat tinggal di Menteng
ü  Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
ü  Akan saya tanyakan soal itu.
2.       Penggunaan Kosa kata
Berikut beberapa contoh penggunaan kosa kata ragam tulis.
ü  Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
ü  Kita harus membuat karya tulis.
ü  Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
3.       Penggunaan struktur kalimat
Berikut beberapa contoh penggunaan struktur kalimat ragam tulis.
ü  Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
ü  “asah terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur daerah istimewa aceh.
Jika seseorang hanya menguasai dari salah satu ragam, lisan saja atau tulis saja, sebenarnya kemampuan berkomunikasinya belum lengkap. Alangkah indahnya jika seseorang memiliki kemampuan berbicara, berceramah, berdiskusi, dan dilain sisi ia mampu menulis surat, menulis makalah, menulis, dan menulis artikel. Jadi, kegiatan berkomunikasi yang menggunakan bahas sebagai sarananya akan terasa lengkap jika disamping komonikasi lisan juga ada komonikasi tulis. Tabel dibawah ini akan menjelaskan tentang keunggulan dan kelemahan antara komunikasi lisan dan tulis.[15]
Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai (1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
1.       Ragam baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebutlangganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku.
 Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialahpramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.

2. Cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.
a. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan ditempat tertentu(lihat Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat.logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.[18]
b. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, seperti contoh dalam tabel berikut.
Orang tidak  terpelajar
Orang terpelajar
 Pidio
 Pilem
 Komplek
 Pajar
 pitamin
 video
 film
 kompleks
 fajar
 vitamin
c. Ragam Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
a. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
b. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
c. Menggunakan kata ganti resmi;
d. Menggunakan kata baku;
e. Menggunakan EYD;
f. Menghindari unsur kedaerahan.
2. Ragam takresmi
Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi (lihat Keraf, 1991:6). Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-13). Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa santai/takresmi.
3. Topik Pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
a.        Ragam politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
b.       Ragam hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
c.        Ragam jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.

Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.
ü  Bahasanya padat bernas
ü  Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
ü  Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya
ü  Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan
ü  Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi

Tujuan utama ialah supaya pendengar/ pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya. Sedangkan kata-katanya terpilih sesuai dengan hal yang diberitakan dan golongan yang dituju.
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan. Selain itu, harus pula mudah dan lekas dapat dipahami. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika ragam jurnalistik harus ringkas dalam penuturan, padat isinya, dan sederhana bentuknya.
Bahasa dalam karya sastra yang baik, juga sangat mudah dipahami bahkan sangat enak dibaca. Yang benar, karya jurnalistik ada yang mudah dipahami (enak dibaca) dan ada pula yang sulit dipahami. Karya sastra pun demikian. Tulisan Pramudya, Rendra, Putu Wijaya dan Arswendo, sangat mudah dipahami dan enak dibaca. Sementara ada beberapa sasterawan yang karyanya memang sulit dibaca dan dipahami.

d.       Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastrabanyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri (1) kedaerahan, (2) pendidikan, dan (3) Sikap penutur (TBBI, 1988:3) sehingga di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah akan muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi menjadi resmi.
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, takresmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam takresmi, sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh ragan-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri. Kecuali ragam ilmu, contoh ragam yang berdasarkan topik pembicaraan tidak diberikan disini.
Ragam hukum, bisnis, sastra, dan lain-lain, umumnya sarat dengan istilah khusus sesuai dengan topiknya masing-masing.
Ragam
Contoh
a.Lisan
b.Tulis
c.Dialek
d.Terpelajar
e.Resmi
f.Takresmi
Sudah saya baca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
Gue udah baca itu buku.
Saya sudah membaca buku itu
Saya sudah membaca buku itu
Sudah saya baca buku itu.

Ragam
Nonilmu (nonilmiah)
Ilmu (ilmiah)
- Ayan bukan penyakit menular.
- Polisi bertugas menanyai tersangka.
- Setiap agen akan mendapatkan potongan.
- Jalan cerita sinetron itu membosankan.
- Epilepsi bukan penyakit menular.
- Polisi bertugas menginterogasi tersangka.
- Setiap agen akan mendapatkan rabat.
- Alur cerita sinetron itu membosankan



DOWNLOAD FILE KLIK DISINI

1 komentar:

  1. mkasih gan ,,, postingan Berbagai Ragam Bahasa , yang bagus dan bermanfaat ini layaknya di share ajja ,, nih saya bantu ngeshare ,, ,, jgn lupa kunbal nya pulsagratisandroidku.blogspot.com terimakasih skali lagi gan , maju terus blog nya ,,, !

    BalasHapus