MATERI
Berbagai Ragam Bahasa
Oleh:
Reski Andika Saing (1111040028)
Aryawati Dewi Aras (1111040058)
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam
bahasa terdiri dari 2 kata yaitu ragam dan bahasa. Dari kata ragam yang
berarti variasi atau bermacam-macam. Dan
bahasa yang berarti alat penutur atau sarana untuk berkomunikasi antara yang
satu dengan yang lain. Sehingga dapat diartikan bahwa ragam bahasa adalah
variasi pemakaian bahasa yang dapat digolongkan berdasarkan beberapa faktor
seperti waktu, tempat, topik pembicaraan, media atau cara pengungkapan, hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestasi tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di
dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana
resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam
bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ragam
bahasa atau variasi bahasa muncul karena faktor-faktor di bawah ini :
1. Faktor waktu
Contoh : Bahasa Melayu pada
saat masa Sriwijaya dengan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.
2.
Faktor tempat
Contoh : Bahasa Melayu
dialek Jakarta dengan Bahasa Melayu dialek Nangroe Aceh Darussalam.
3. Faktor sosiokultural
Contoh
: Pemakaian Bahasa Indonesia
dikalangan awam dan kalangan terpelajar.
Ada
tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan mengenai ragam bahasa, yaitu :
(1) media yang digunakan, (2) latar belakang penutur, dan (3) pokok persoalan
yang dibicarakan.
Bahasa
Indonesia yang sangat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam latar
belakang penuturnya, akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya
bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan serta
lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa pada intinya dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulisan.
B. Jenis –
Jenis Ragam Bahasa
Ragam bahasa
memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda.
Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang
dibicarakan serta keperluan para pemakainya.
Dendi
Sugono (seorang pakar bahasa), membagi ragam bahasa berdasarkan cara
berkomunikasi yaitu: (1) ragam lisan, dan (2) ragam tulisan, berdasarkan cara
pandang penutur yaitu: (1) ragam dialeg, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi,
dan (4) ragam takresmi, dan berdasarkan topik pembicaraan yaitu: (1) ragam
politik, (2) ragam hukum, (3) ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan
sebagainya.
Ketiga
pembagian menurut Dendi Sugono tersebut adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Cara
Berkomunikasi
Berdasarkan
cara berkomunikasi, ragam bahasa terdiri dari Ragam Lisan dan Ragam Tulisan.
Ragam bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan
susunan kalimat), dan kosa kata. Sedangkan ragam tulis mencakup ejaan, aspek
tata bahasa, dan kosa kata (Sugono 1999:5).
Perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis diantaranya:
ü Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman
berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak
mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
ü Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi,
ruang dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak demikian.
ü Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan
panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca,
huruf besar, dan huruf miring.
a. Ragam
Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh
pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada
saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antar
teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya (lihat Felicia (2001 :
8).
1.
Penggunaan bentuk kata
Berikut
beberapa contoh penggunaan bentuk
kata ragam lisan.
ü Nia
sedang baca surat kabar.
ü Ari
mau nulis surat.
ü Tapi
kau tak boleh nolak lamaran itu.
ü Mereka tinggal di Menteng.
ü Jalan
layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
ü Saya
akan tanyakan soal itu.
2.
Penggunaan kosa kata
Berikut beberapa
contoh penggunaan kosa kata ragam lisan.
ü Ariani bilang kalau kita harus
belajar.
ü Kita harus bikin karya tulis.
ü Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu
3.
Penggunaan struktur
kalimat
Berikut beberapa
contoh penggunaan struktur kalimat
ü Rencana ini saya sudah sampaikan
kepada Direktur.
ü Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
b.
Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau
yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun
nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran,
teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam
tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
1.
Penggunaan
Bentuk Kata
Berikut
beberapa contoh penggunaan bentuk
kata ragam tulis.
ü Nia
sedangmembaca surat kabar
ü Ari
mau menulis surat
ü Namun,
engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
ü Mereka
bertempat tinggal di Menteng
ü Jalan
layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
ü Akan
saya tanyakan soal itu.
2.
Penggunaan Kosa kata
Berikut beberapa contoh penggunaan kosa kata
ragam tulis.
ü Ariani
mengatakan bahwa kita harus belajar
ü Kita
harus membuat karya tulis.
ü Saya
sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
3.
Penggunaan struktur kalimat
Berikut beberapa contoh penggunaan
struktur kalimat ragam tulis.
ü Rencana
ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
Jika seseorang hanya menguasai dari salah satu
ragam, lisan saja atau tulis saja, sebenarnya kemampuan berkomunikasinya belum
lengkap. Alangkah indahnya jika seseorang memiliki kemampuan berbicara,
berceramah, berdiskusi, dan dilain sisi ia mampu menulis surat, menulis
makalah, menulis, dan menulis artikel. Jadi, kegiatan berkomunikasi yang menggunakan bahas sebagai
sarananya akan terasa lengkap jika disamping komonikasi lisan juga ada
komonikasi tulis. Tabel dibawah ini akan menjelaskan tentang keunggulan dan
kelemahan antara komunikasi lisan dan tulis.[15]
Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin
dan S.Amran Tasai (1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan
ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
1. Ragam baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara
adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan
bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan
teknis), atau jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku adalah
ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari
norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Kemantapan dinamis
Mantap
artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan
bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat
mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis
artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu
orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya
disebutlangganan dan orang
yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku
bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud
ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh
pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan
formal (sekolah).
Di samping
itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak
pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang
jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku
bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,
pembakuan bahasa
adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan
kapal terbang dianjurkan
untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata
ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu
menjadi ragam baku.
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak
disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialahpramugara atau pramugari.
Dalam
berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam
baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul ragam baku tulis dan ragam
baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam
buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang
mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan
menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam
masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada
besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang
dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu
menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
2. Cara
pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa
dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan
Ragam Takresmi.
a. Ragam
Dialek
Ragam
daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan
ditempat tertentu(lihat Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut
dengan logat.logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat
Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan
/b/pada posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung,
mBayuwangi,atau realisai pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an,
gera’an. Logat daerah paling
kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang
Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat jelas; logat
indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya.
Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya
bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.[18]
b. Ragam
Terpelajar
Tingkat
pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia.
Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak
jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
seperti contoh dalam tabel berikut.
Orang tidak terpelajar
|
Orang
terpelajar
|
Pidio
Pilem
Komplek
Pajar
pitamin
|
video
film
kompleks
fajar
vitamin
|
c. Ragam
Resmi dan Tak Resmi
Kedua
ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam
resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan,
peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
a. Menggunakan unsur gramatikal secara
eksplisit dan konsisten;
b. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
c. Menggunakan kata ganti resmi;
d. Menggunakan kata baku;
e. Menggunakan EYD;
f. Menghindari unsur kedaerahan.
2. Ragam takresmi
Ragam
takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam
pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi (lihat Keraf, 1991:6). Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini
digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Ragam
bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang
digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi
bahas yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya,
makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono,
1998:12-13). Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah
bahas resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa
santai/takresmi.
3. Topik
Pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa
dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam
jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa
tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
a. Ragam
politik
Bahasa
politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan
mengatur kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu
sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan
bahasa di masyarakat.
b. Ragam
hukum
Salah satu
ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola
kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan
sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan
karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada
zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang
sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam
bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan
yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
c. Ragam
jurnalistik
Bahasa
Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran
(dunia pers = media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa
jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk
media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet).
Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena
spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam khusus
jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.
Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai
berikut.
ü Bahasanya
padat bernas
ü Selalu
berpusat pada hal yang dibicarakan
ü Banyak
sifat objektifnya daripada subjektifnya
ü Lebih
banyak unsure pikiran daripada perasaan
ü Lebih
bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi
Tujuan
utama ialah supaya pendengar/ pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang
diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun
selogis-logisnya. Sedangkan kata-katanya terpilih sesuai dengan hal yang
diberitakan dan golongan yang dituju.
Bahasa
jurnalistik ditujukan kepada
umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan
pengetahuan. Selain itu, harus pula mudah dan lekas dapat dipahami. Oleh karena
itu, sudah sewajarnya jika ragam jurnalistik harus ringkas dalam penuturan,
padat isinya, dan sederhana bentuknya.
Bahasa dalam karya sastra yang baik, juga sangat mudah dipahami
bahkan sangat enak dibaca. Yang benar, karya jurnalistik ada yang mudah
dipahami (enak dibaca) dan ada pula yang sulit dipahami. Karya sastra pun
demikian. Tulisan Pramudya, Rendra, Putu Wijaya dan Arswendo, sangat mudah
dipahami dan enak dibaca. Sementara ada beberapa sasterawan yang karyanya
memang sulit dibaca dan dipahami.
d. Ragam
sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau
karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang
beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan
yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa
sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan
pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir,
peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan
efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam
ragam sastra ini digunakan sebagai bahan
kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan
dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama,
tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi,
posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi
efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan
umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastrabanyak mengunakan kalimat
yang tidak efektif. Pengambaran yang sejelas-jelasnya
melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar
tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan
cara pandang penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri (1) kedaerahan, (2)
pendidikan, dan (3) Sikap penutur (TBBI,
1988:3) sehingga di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam
menurut daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur.
Ragam menurut daerah akan muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya
berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan beralih jika para
pelakunya multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi menjadi
resmi.
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada
situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan antar pelaku.
Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan
salah satu ragam yang digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, takresmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang
dibahas diatas sering memiliki kesamaan
satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan ragam dialek,
dan ragam takresmi, sedangkan ragam tulis (formal) cenderung
sama dengan ragam resmi dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar
tentu mirip dengan ragam ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh ragan-ragam
tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi
kejelasan ragam ilmu itu sendiri. Kecuali ragam ilmu, contoh ragam yang berdasarkan topik pembicaraan tidak diberikan
disini.
Ragam hukum, bisnis, sastra, dan lain-lain,
umumnya sarat dengan istilah khusus sesuai dengan topiknya masing-masing.
Ragam
|
Contoh
|
a.Lisan
b.Tulis
c.Dialek
d.Terpelajar
e.Resmi
f.Takresmi
|
Sudah
saya baca buku itu.
Saya
sudah membaca buku itu.
Gue
udah baca itu buku.
Saya
sudah membaca buku itu
Saya
sudah membaca buku itu
Sudah
saya baca buku itu.
|
Ragam
|
|
Nonilmu
(nonilmiah)
|
Ilmu
(ilmiah)
|
- Ayan bukan penyakit menular.
- Polisi bertugas menanyai tersangka.
- Setiap
agen akan mendapatkan potongan.
- Jalan cerita sinetron itu membosankan.
|
- Epilepsi bukan penyakit menular.
- Polisi bertugas menginterogasi tersangka.
- Setiap
agen akan mendapatkan rabat.
- Alur cerita sinetron itu membosankan
|
DOWNLOAD FILE KLIK DISINI
mkasih gan ,,, postingan Berbagai Ragam Bahasa , yang bagus dan bermanfaat ini layaknya di share ajja ,, nih saya bantu ngeshare ,, ,, jgn lupa kunbal nya pulsagratisandroidku.blogspot.com terimakasih skali lagi gan , maju terus blog nya ,,, !
BalasHapus