Minggu, 01 April 2012

Tata Pilihan Kata


TATA PILIHAN KATA


Oleh:
RAHMADANI (1111040048)
NUR FADILLAH AMIR (1111040007)

A.      Diksi
Bahasa sering disebut penanda atau eksistensi budaya dari masyarakat yang bersangkutan. Bahasa juga sering disebut cerminan masyarakat. Masyarakat  yang maju budayanya pasti juga berkembang baik entitas bahasanya. Jadi, selain penanda  keberadan bagi budaya ,bahasa juga merupakan cermin bagi masyarakat. Itulah sebabnya, sering pula ditegaskan bahwa bahasa hampir pasti menunjukan bangsanya. Pada bangsa yang maju, bahasanya juga maju, tertata, dan bermartabat. Namun yang akan saya bahas kali ini adalah diksi atau tata pilihan kata.
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Diksi dalam arti aslinya, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata atau seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi atau pilihan kata merupakan hal yang  penting dalam penulisan karya ilmiah karena pilihan kata yang digunakan akan menentukan kejelasan informasi  yang disampaikan. Jika pilihan kata yang digunakan tidak tepat, maka akan menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan dan terganggunya kejelasan informasi, serta dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap informasi yang disampaikan. Untuk itu, agar dapat memilih kata secara tepat, penulis perlu memahami kriteria pemilihan kata bahasa indonesia, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.


1.             Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca. Dalam hal ini, penulis dituntut untuk untuk memahami setiap peranti-peranti dalam diksi.
2.             Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Agar dapat memilih kata secara cermat, penulis dituntut untuk mampu memahami ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan kemubaziran, serta kata-kata yang berlebihan atau yang berbunga-bunga.
3.             Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian kata itu dapat berupa konteks kebahasaan dan dapat pula berupa konteks nonkebahasaan.
Dalam dewasa ini kita dituntut untuk menggunakan diksi yang baik agar mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga ketika kita berbahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan bisa memilih kata yang benar dan baik. Diksi memiliki alat atau perangkat yang biasa disebut peranti. Peranti-peranti diksi meliputi sebagai berikut:
1.             Peranti Kata Berkonotasi dan Berdenotasi
Kata berkonotasi dapat diartikan sebagai makna tidak sebenarnya pada kata atau kelompok kata. Oleh karena itu, makna konotasi sering disebut juga dengan istilah makna kias. Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata atau kelompok kata sebagai perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan menarik.
Adapun makna denotasi adalah makna sebenarnya yang terdapat pada kata tersebut. Atau secara singkat makna denotasi diartikan sebagai makna dasar kata yang terdapat dalam kamus (KBBI).
2.             Peranti Kata Bersinonomi dan Berantonimi
Kata bersinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan arti secara struktural atau leksikal dalam berbagai urutan kata-kata sehingga memiliki daya tukar (substitusi). Adapun antonim adalah kata-kata yang memiliki pertalian makna berlawanan atau oposisi. Dalam linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukan bentuk-bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antar makna yang wujud logisnya berbeda atau bertentangan antara satu dengan lainnya.
3.             Peranti Kata Bernilai Rasa
Diksi  atau pemilihan kata juga mengajarkan untuk senantiasa menggunakan kata-kata yang bernilai rasa dengan cermat. Memang sering ada kontroversi antara kata-kata bernilai rasa dengan kata baku. Bila laras bahasanya adalah laras ilmiah, maka preferensi Anda haruslah pada kata-kata baku tersebut. Sebaliknya jika dalam laras pemakaian bahasa lebih santai, seperti dalam surat-menyurat personal, maka pertimbangan nilai rasa boleh masuk di dalamnya.
4.             Peranti Kata Konkret dan Abstrak
Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata konkret akan dapat lebih efektif jika dipakai dalam deskripsi sebab kata-kata demikian itu akan dapat merangsang pancaindera. Lazimnya, kata-kata konkret dalam ilmu bahasa merupakan kata yang bukan kata jadian atau kata bentukan. Contoh kata konkret antara lain meja, rumah, wangi, suara, cantik, dan lain sebagainya.
Kata abstrak menunjuk pada konsep atau gagasan.  Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit. Jika kata-kata konkret lazim digunakan untuk membuat deskripsi, beberapa juga untuk narasi, maka kata-kata abstrak lazim digunakan untuk membuat persuasi atau argumentasi. Contoh kata konkret, antara lain keinginan, angan-angan, perdamaian, kebahagiaan, dan lain-lain.

5.             Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata
Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal. Kata-kata umum merupakan kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus unntuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah. Kata-kata umum demikian ini lebih tepat digunakan untuk argumentasi atau persuasi, karena dalam pemakaian yang disebutkan terakhir itu akan dibuka kemungkinan-kaemungkinan penafsiran yang lebih luas, lebih umum, dan lebih komprehensif.
Dalam banyak hal, kata-kata khusus merupakan kebalikan dari kata-kata umum. Kata khusus ialah kata yang sempit atau terbatas ruang lingkupnya. Kata-kata khusus cenderung digunakan dalam konteks-konteks terbatas, dalam kepentingan-kepentingan yang perlu pemerincian, dan perlu ketepatan dan keakuratan konsep. Makin khusus sebuah kata, maka makin jelaslah maknanya. Contoh:
Umum    : Darta menggendong adiknya sambil membawa buku dan sepatu.
Khusus   : Darta menggendong adiknya sambil mengapit buku dan sepatu.
Umum    : Bel berbunyi panjang tanda pelajaran habis.
Khusus   : Bel berdering panjang tanda pelajaran habis.
6.             Peranti Kelugasan Kata
Kata-kata yang lugas adalah kata-kata yang sekaligus juga ringkas, tidak merupakan frasa panjang, tidak mendayu-dayu, dan sama sekali tidak berbelit-belit. Ketika konteks pemakain kebahasaan hanya untuk menyatakan kebasa-basian dan kesantunan, sudah tentu pemakaian bentuk-bentuk kebahasaa yang lugas itu tidak tepat.
7.             Peranti Penyempitan dan Perluasan Makna Kata
Sebuah kata dapat dikatakan mengalami penyempitan makna kata apabila di dalam kurun waktu tertentu maknanya bergeser dari semula yang luas ke makna yang sempit atau sangat terbatas. Sebagai imbangan dari penyempitan makna kata adalah perluasan makna kata. Sebuah makna kebahasaan dikatakan akan meluas jika dalam kurun waktu tertentu maknanya akan bergeser dari yang semula sempit k emakna yang yang lebih luas.
Contoh perluasan makna kata :
makna lama                                   makna baru
bapak          : orang tua laki-laki               laki-laki yang lebih tua
                                                                 atau punya kedudukan
Saudara      : anak yang sekandung          semua orang yang sama  
                                                                 umur atau derajat.
Contoh penyempitan makna kata:
makna lama                                   makna baru
sarjana        : cendikiawan                        lulusan perguruan tinggi
pendeta       : orang yang berilmu            guru Kristen
madrasah    : sekolah                               sekolah agama Islam
8.             Peranti Keaktifan dan Kepasifan Kata
Yang dimaksud dengan kata aktif adalah kata-kata yang banyak digunakan oleh tokoh masyarakat sehingga kata yang semula tidak pernah digunakan menjadi banyak digunakan dalam pemakaian kebahasaan. Adapun kata pasif yang dimaksud adalah kebalikan dari kata aktif.
9.             Peranti Ameliorasi dan Penyorasi
Peninggian makna (ameliorasi) ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih hormat atau halus ataupun baik nilainya daripada makna lama. Adapun penurunan makna (peyorasi) ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah atau kurang baik ataupun kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.
10.         Peranti Pesenyawaan Kata
Bentuk idiomatis atau bentuk bersenyawa, sesuai dengan namanya, tidak dapat dipisahkan oleh siapa pun juga. Dikatakan sebagai bentuk senyawa karena bentuk demikian itu sudah sangat erat hubungan antara satu dan yang lainnya. Jadi, di dalam konstruksi idiomatis, kata yang satu dan yang lainnya itu berhubungan erat, lekat, dan tidak dapat dipisahkan oleh alasan apa pun juga. Contohnya tulang-belulang, ramah-tamah, dan lain-lain.
11.         Peranti Kebakuan dan Ketidakbakuan Kata
Bentuk baku hadir karena adanya pembakuan bentuk-bentuk kebahasaan. Pembakuan bahasa demikian itu pada gilirannya akan menjadikan bahasa Indonesia semakin bermartabat. Bahasa yang bermartabat lazimnya akan banyak digunakan oleh masyarakat, baik masyarakat dalam pengertian domestik maupun masyarakat dalam pengertian Internasional.
B.      Teknik Diksi
Diksi akan efektif jika kita selalu mengiringi setiap pemilihan kata dengan tiga pertanyaan, yaitu (1) apakah kata yang telah dipilih tersebut telah jelas? , (2) apakah kata tersebut telah sesuai?, dan (3) apakah ia menarik? Inilah tiga kata kunci sebagai kriteria memilih kata: jelas, sesuai, dan menarik. Jelas di sini artinya sejauh mana kata tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Sesuai artinya sejauh mana kata tersebut dapat diterima oleh pembaca dengan situasi atau suasana hatinya. Menarik, sejauh mana kata itu mampu menggerakkan pembaca secara emosional menyentuh seleranya.
Teknik diksi telah berumur ribuan tahun dan terus berkembang sampai hari ini agar kita dapat memilih kata-kata yang memiliki efek dinamis dari sekian banyak kosa kata untuk dipakai dalam tulisan. Bila kita sudah menemukan satu kata, sebenarnya telah berbaris berpuluh-puluh alternatif di belakangnya untuk mengungkapkan gagasan yang sama. Yang menjadi masalah ialah bahwa kata-kata yang banyak itu tidak semerta-merta bermuculan ketika kita memerlukannya. Kata-kata itu bersembunyi, malu untuk keluar. Di sinilah perlunya penguasaan teknik diksi itu.
Langkah pertama dalam teknik diksi adalah mengekplorasi semua makna yang terkandung dalam satu kata yang kita pilih, baik makna leksikal maupun gramatikal, baik makna denotasi maupun konotasi, baik yang baru maupun yang sudah klise. Untuk keperluan ini, tidak ada sarana yang paling tepat selain kamus yang punya otoritas. Kamus yang punya otoritas dalam Bahasa Indonesia adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Dalam pemilihan kata, kita perlu memberikan perhatian khusus terhadap istilah polisemi dan homonimi. Polisemi merupakan kata yang memiliki banyak makna, sedangkan homonimi merupakan kata-kata yang mirip ejaannya tapi merupakan kata yang sama sekali berbeda. Dengan mengekplorasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita akan mengatahui semua makna yang terkandung, baik polisemi maupun homonimi. Semua makna kata polisemi dalam KBBI ditempatkan dalam satu lema yang sama, tapi kata yang homonimi ditempatkan pada lema yang berbeda.
Hati-hati menggunakan kata beruang karena dapat berarti mempunyai uang, mempunyai ruang, atau binatang kutub. Kata buku bisa berarti kitab dan bisa berarti batas antara dua ruas. Demikian juga kata yang ejaannya mirip walaupun tidak persis sama, jangan sampai salah pakai seperti preposisi dan proposisi, bahwa dan bawah, karton dan kartun. Dengan memahami semua makna yang memungkinkan tersebut, kita akan dapat memutuskan untuk terus menggunakan kata yang sudah kita pilih atau akan menggantinya dengan kata lain yang lebih tepat yaitu jelas, sesuai, dan menarik. Untuk tulisan ilmiah, misalnya, kita akan menghindari kata-kata yang mengandung makna konotatif. Sebaliknya, tulisan fiksi, kita cendrung memilih kata tersebut untuk melukiskan emosi dan melahirkan imajinasi. Untuk tulisan yang ditujukan kepada pembaca umum, kita akan menghindari jargon ilmiah dan menggantinya dengan kata yang bersinggungan langsung dengan pengetahuan dan pengalaman calon pembaca.
Dari hasil ekplorasi makna, kitapun akan tahu makna yang sudah mengalami perubahan dari masa ke masa. Kata selalu mempunyai sejarahnya sehingga maknanya bisa berubah dari waktu ke waktu, baik menyempit, meluas, atau samasekali punah atau beralih ke makna lain. Suatu makna yang populer di suatu masa, pada masa yang lain telah menjadi klise. Kata seperti rembulan, mentari, bagaikan lebah beriring, seindah bintang kejora sudah merupakan kata-kata klise yang tidak sedap lagi dibaca.
Setelah ekplorasi makna suatu kata, baik yang polisemi maupun yang homonimi, langkah berikutnya adalah memeriksa kata-kata lain yang berkerabat dengan kata yang kita pilih; sinonim, antonim, hiponim dan derivatifnya. Setiap kata tersebut selalu berpeluang untuk digunakan untuk menggantikan kata yang sudah dipilih.
Sinonim adalah kata-kata lain yang serupa atau mendekati makna suatu kata. Kata cantik bersinonim dengan kata ayu, jelita, manis, dll. Kata itu berantonimkan kata-kata buruk, jelek, dll. Kata cantik berhiponim dengan indah, paras muka, dll. Kata cantik berderivatif dengan kecantikan, tercantik, dll. Cantik pun berhubungan dengan kerabat dengan berhias, bersolek, make-up, kosmetik, dll.
Anda suatu ketika telah memilih kata pembantu. Dengan ekplorasi kata yang berkerabat dengannya, Anda akan menemukan kata pelayan, babu, jongos, hamba, sahaya, abdi, membantu, bantuan, perbantuan, dll. Anda dapat memilih salah satu yang memberikan efek khusus pada gagasan yang akan disampaikan.
Untuk keperluan ini semua, kita memerlukan satu tesaurus di tangan. Tesaurus yang baik tentulah tesaurus yang mendaftarkan semua kata, sebanyak-banyaknya yang berkerabat dengan satu kata. Sayang sekali tesaurus yang seperti itu belum ada. Sekarang sudah ada Tesaurus Bahasa Indonesia. Walaupun tesaurus yang tersedia sekarang ini masih belum menuliskan kata-kata secara lengkap, namun sudah cukup memadai untuk sekedar membantu kita menemukan kata-kata yang berkerabat dengan kata-kata yang kita pilih.
Batapapun di tangan Anda sudah ada kamus dan tesaurus, tanpa pertanyaan yang terus menerus diajukan tentang kejelasan, kesesuaian, dan kemenarikan suatu kata, pemilihan kata tetap tidak efektif. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan menggiring Anda memilih satu kata yang terbaik.
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa dalam memilih kata, kita perlu memperhatikan apakah kata tersebut jelas, sesuai, dan menarik, maka berikut pemaparan lengkap mengenai ketiga hal tersebut;
1.           Jelas
Kata yang dipilih harus jelas bagi pembaca. Kejelasan akan memastikan ketepatan imajinasai pada pembaca dengan penulis. Bila tidak jelas, pembaca akan membayangkan suatu yang lain yang berbeda dengan yang dimaksud oleh penulis. Untuk mencapai kejelasan tersebut, pedoman berikut ini dapat dipergunakan.
Kata yang konkrit lebih jelas dibandingkan dengan yang abstrak. Jika kita menemukan dua kata, yang satu mempunyai makna yang konkrit dan dan satu lagi abstrak, maka gunakanlah yang konkrit. Kata yang konkrit menghasilkan imajinasi yang lebih tepat daripada yang abstrak. Kalau tidak ditemukan padanan kata yang konkrit, kita dapat menambahkan suatu deskripsi panjang lebar atas kata yang abstrak tadi sehingga lebih konkrit maknanya.
Ada kata yang dipakai luas dan umum dan ada kata yang dipakai dalam kelompok-kelompok khusus tertentu. Hindari kata-kata yang hanya dikenali di kelompok khusus untuk pembaca umum. Kata-kata yang digunakan di dunia akademis, mungkin tidak dikenali oleh pelanggan majalah wanita. Kata khusus tepat dipakai jika tulisan kita memang ditujukan pembaca khusus. Contohnya kata percobaan lebih bersifat umum daripada eksperimen. Tapi, di kelompok tertentu, kata eksperimen lebih tepat dari percobaan.
Contoh lain, kata herder lebih spesifik daripada kata anjing. Kata anjing lebih spesifik daripada binatang. Penggunaan kata herder mempunyai efek yang lebih jelas dibandingkan dengan penggunaan kata binatang, misalnya. Namun tetap berhati-hati karena karena kata yang sangat spesifik yang hanya dikenal di lingkungan tertentu mungkin tidak dikenal oleh pembaca target. Misalnya, seorang penulis yang menyebutkan jenis spesies virus tertentu, seperti H5N1. Kata itu termasuk kata yang sangat sepesifik, tetapi mungkin tidak dikenali oleh pembaca tertentu kecuali penulis menambahkan penjelasan tambahan.
Pembaca akan memberikan respons penginderaan ketika membaca kata-kata yang bersentuhan dengan penginderaan. Kata jenis ini disebut kata indria. Penggunaan kata-kata jenis ini akan memberikan efek psikologis yang tajam. Kata-kata ini memberikan imajinasi yang sangat dalam. Gunakan kata indria tersebut sedapat mungkin untuk mendeskripsikan sesuatu. Kata-kata indria memiliki daya imajinasi yang sangat kuat yang mudah ditangkap oleh otak pengindraan pembaca.
2.           Sesuai
Jika kita melihat konteks kata secara situasi dan kondisi pembaca, ada kata yang sesuai dan yang tidak sesuai walaupun makna leksikal kata itu tepat. Kata aku dan saya sama makna leksikalnya. Tapi, kata aku kurang sesuai untuk tulisan yang bersifat formal. Kata buang air kecil lebih sesuai untuk situasi tertentu dibandingkan dengan kata kencing. Jika Anda mengatakan sekelompok orang dengan kata bodoh dan terbelakang mereka mungkin akan marah. Tapi bila Anda tulis kurang memahami dan belum berkemajuan, mereka akan senyum-senyum saja.
Ada beberapa tips untuk mendapatkan kata yang sesuai dalam teknik diksi. Pertama, kenali benar target pembaca anda. Apakah mereka masyakat umum ataukah mereka kelompok tertentu, seperti kelompok ilmuwan, wartawan, pebisnis, dll. Setiap kelompok memiliki kecendrungan penggunaan kata-kata tertentu dan ketabuan kepada kata-kata tertentu. Lebih parah lagi, satu kata yang sama dapat memiliki makna yang berdeda di kelompok yang berbeda.
Kedua, kenali benar jenis dan tulisan anda. Jika tulisan anda merupakan tulisan serius, ilmiah dan bersifat akademis, tentu anda tidak akan menggunakan kata-kata slang atau istilah percakapan lainnya. Sebaliknya bila tulisan anda bersifat populer dan menghibur, anda sebaiknya tidak menggunakan istilah ilmiah. Bila tulisan anda bertujuan untuk mengintimidasi emosi pembaca, kata-kata yang lebih sesuai tentulah kata-kata yang penuh emosional dan mempunyai efek indria.
3.          Menarik
Kata yang menarik adalah kata yang memberikan efek psikologis pada pembaca. Salah satu kata yang menarik adalah kata-kata yang singkat. Kalau ada dua kata yang memiliki makna yang sama, pembaca lebih senang dengan yang lebih singkat. Yang termasuk kata yang menarik adalah kata yang menunjukkan tindakan. Kata-kata jenis ini memberi tenaga. Pembaca lebih senang dengan dia melukai tangan dari pada dia membuat luka di tangan. Kata yang menarik adalah kata yang berona, berirama, atau kata-kata yang membuat seseorang menggerakkan aktif indranya.
Orang akan lebih tertarik membaca tulisan yang mengandung kata-kata yang menyentuh langsung pengalaman dan pengetahuannya dibandingkan dengan kata-kata yang tidak pernah dialaminya walaupun ia tahu makna kata itu. Orang juga menyukai kata-kata yang penuh perumpamaan, metafora, dan personifikasi. Tulisan yang enak dibaca biasanya mengandung banyak unsur-unsur tersebut. Untuk tulisan yang nonfiksi sekalipun akan enak dibaca bila dibumbui kata-kata yang penuh dengan perumpamaan, metafora, dan personifikasi asalkan tidak berlebih-lebihan.
Jadi, kalau kata yang jelas akan mantap memasuki nalar pembaca, maka kata-kata yang sesuai akan memenuhi cita-rasa pembaca sedangkan kata yang menarik akan memasuki ruang seleranya. Dua buku yang tidak boleh lepas selama anda menulis adalah kamus dan tesaurus. Dengan kamus, Anda menemukan makna. Dengan tesaurus anda menemukan padanan kata yang berkerabat. Semakin sering Anda menggunakan satu kata dalam tulisan, semakin aktif kata tersebut dalam kosa kata Anda. Namun untuk memperkaya kosa kata, Anda harus membiasakan diri untuk terus membaca karya-karya yang kaya dengan kosa kata yang beraneka ragam. Andapun lama kelamaan akan menyerap kata-kata itu ke dalam kosa kata Anda




DOWNLOAD KLIK DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar