TATA PILIHAN
KATA
Oleh:
RAHMADANI
(1111040048)
NUR
FADILLAH AMIR (1111040007)
A. Diksi
Bahasa sering disebut
penanda atau eksistensi budaya dari masyarakat yang bersangkutan. Bahasa juga
sering disebut cerminan masyarakat. Masyarakat yang maju budayanya pasti
juga berkembang baik entitas bahasanya. Jadi, selain penanda keberadan
bagi budaya ,bahasa juga merupakan cermin bagi masyarakat. Itulah sebabnya,
sering pula ditegaskan bahwa bahasa hampir pasti menunjukan bangsanya. Pada
bangsa yang maju, bahasanya juga maju, tertata, dan bermartabat. Namun yang
akan saya bahas kali ini adalah diksi atau tata pilihan kata.
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan.
Diksi dalam arti aslinya, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan
dengan enunsiasi kata atau seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat
didengar dan dipahami. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi,
daripada pemilihan kata dan gaya. Analisis diksi secara literal
menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi,
contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik
menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan
dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki
dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi atau pilihan kata
merupakan hal yang penting dalam
penulisan karya ilmiah karena pilihan kata yang digunakan akan menentukan
kejelasan informasi yang disampaikan.
Jika pilihan kata yang digunakan tidak tepat, maka akan menyebabkan
ketidakefektifan bahasa yang digunakan dan terganggunya kejelasan informasi, serta
dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap informasi yang disampaikan. Untuk
itu, agar dapat memilih kata secara tepat, penulis perlu memahami kriteria
pemilihan kata bahasa indonesia, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.
1.
Ketepatan
Ketepatan
dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat
pula oleh pembaca. Dalam hal
ini,
penulis dituntut untuk untuk memahami setiap peranti-peranti dalam diksi.
2.
Kecermatan
Kecermatan
dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar
diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Agar dapat memilih kata secara
cermat, penulis dituntut untuk mampu memahami ekonomi bahasa dan menghindari
penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan kemubaziran, serta kata-kata yang
berlebihan atau yang berbunga-bunga.
3.
Keserasian
Keserasian dalam
pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata
yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian kata itu dapat
berupa konteks kebahasaan dan dapat pula berupa konteks nonkebahasaan.
Dalam dewasa ini kita
dituntut untuk menggunakan diksi yang baik agar mengetahui pentingnya
penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga ketika kita
berbahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan bisa memilih kata yang benar dan
baik. Diksi memiliki alat atau perangkat yang biasa disebut peranti.
Peranti-peranti diksi meliputi sebagai berikut:
1.
Peranti Kata Berkonotasi dan Berdenotasi
Kata
berkonotasi dapat diartikan sebagai makna tidak sebenarnya pada kata atau
kelompok kata. Oleh karena itu, makna konotasi sering disebut juga dengan
istilah makna kias. Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan sebagai makna
yang diberikan pada kata atau kelompok kata sebagai perbandingan agar apa yang
dimaksudkan menjadi jelas dan menarik.
Adapun makna denotasi adalah
makna sebenarnya yang terdapat pada kata tersebut. Atau secara singkat makna
denotasi diartikan sebagai makna dasar kata yang terdapat dalam kamus (KBBI).
2.
Peranti Kata Bersinonomi dan Berantonimi
Kata bersinonim adalah
kata-kata yang memiliki kesamaan arti secara struktural atau leksikal dalam
berbagai urutan kata-kata sehingga memiliki daya tukar (substitusi). Adapun antonim adalah kata-kata yang memiliki
pertalian makna berlawanan atau oposisi. Dalam
linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukan bentuk-bentuk kebahasaan itu
memiliki relasi antar makna yang wujud logisnya berbeda atau bertentangan
antara satu dengan lainnya.
3.
Peranti Kata Bernilai Rasa
Diksi
atau pemilihan kata juga mengajarkan untuk senantiasa menggunakan kata-kata
yang bernilai rasa dengan cermat. Memang sering ada kontroversi antara
kata-kata bernilai rasa dengan kata baku.
Bila laras bahasanya adalah laras ilmiah, maka preferensi Anda haruslah pada
kata-kata baku tersebut. Sebaliknya
jika dalam laras pemakaian bahasa lebih santai, seperti dalam surat-menyurat
personal, maka pertimbangan nilai rasa boleh masuk di dalamnya.
4.
Peranti Kata Konkret dan Abstrak
Kata-kata
konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat dipilih, didengar,
dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata konkret akan dapat lebih efektif jika
dipakai dalam deskripsi sebab kata-kata demikian itu akan dapat merangsang
pancaindera. Lazimnya, kata-kata konkret dalam ilmu bahasa merupakan kata yang
bukan kata jadian atau kata bentukan. Contoh kata konkret antara lain meja, rumah, wangi, suara, cantik, dan
lain sebagainya.
Kata
abstrak menunjuk pada konsep atau gagasan. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk
mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit. Jika kata-kata konkret lazim
digunakan untuk membuat deskripsi, beberapa juga untuk narasi, maka kata-kata
abstrak lazim digunakan untuk membuat persuasi atau argumentasi. Contoh kata konkret, antara lain keinginan,
angan-angan, perdamaian, kebahagiaan, dan lain-lain.
5.
Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata
Kata
umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal. Kata-kata umum merupakan kata-kata yang
perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus unntuk
mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk
mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah. Kata-kata
umum demikian ini lebih tepat digunakan untuk argumentasi atau persuasi, karena
dalam pemakaian yang disebutkan terakhir itu akan dibuka
kemungkinan-kaemungkinan penafsiran yang lebih luas, lebih umum, dan lebih komprehensif.
Dalam
banyak hal, kata-kata khusus merupakan kebalikan dari kata-kata umum. Kata khusus ialah kata yang
sempit atau terbatas ruang lingkupnya. Kata-kata khusus cenderung digunakan
dalam konteks-konteks terbatas, dalam kepentingan-kepentingan yang perlu
pemerincian, dan perlu ketepatan dan keakuratan konsep. Makin khusus sebuah
kata, maka makin jelaslah maknanya. Contoh:
Umum : Darta menggendong adiknya sambil membawa
buku dan sepatu.
Khusus : Darta menggendong adiknya sambil
mengapit buku dan sepatu.
Umum : Bel berbunyi panjang tanda
pelajaran habis.
Khusus : Bel berdering panjang tanda
pelajaran habis.
6.
Peranti Kelugasan Kata
Kata-kata
yang lugas adalah kata-kata yang sekaligus juga ringkas, tidak merupakan frasa
panjang, tidak mendayu-dayu, dan sama sekali tidak berbelit-belit. Ketika konteks pemakain kebahasaan
hanya untuk menyatakan kebasa-basian dan kesantunan, sudah tentu pemakaian bentuk-bentuk
kebahasaa yang lugas itu tidak tepat.
7.
Peranti Penyempitan dan Perluasan Makna Kata
Sebuah
kata dapat dikatakan mengalami penyempitan makna kata apabila di dalam kurun
waktu tertentu maknanya bergeser dari semula yang luas ke makna yang sempit
atau sangat terbatas. Sebagai imbangan dari penyempitan makna kata adalah
perluasan makna kata. Sebuah makna kebahasaan dikatakan akan meluas jika dalam
kurun waktu tertentu maknanya akan bergeser dari yang semula sempit k emakna yang yang lebih luas.
Contoh perluasan makna kata :
makna lama makna
baru
bapak : orang tua
laki-laki laki-laki yang lebih tua
atau punya kedudukan
Saudara : anak yang sekandung
semua orang yang sama
umur atau derajat.
Contoh penyempitan makna kata:
makna lama
makna baru
sarjana :
cendikiawan
lulusan perguruan tinggi
pendeta : orang
yang berilmu guru Kristen
madrasah :
sekolah sekolah
agama Islam
8.
Peranti Keaktifan dan Kepasifan Kata
Yang
dimaksud dengan kata aktif adalah kata-kata yang banyak digunakan oleh tokoh
masyarakat sehingga kata yang semula tidak pernah digunakan menjadi banyak
digunakan dalam pemakaian kebahasaan. Adapun kata pasif yang dimaksud adalah kebalikan dari kata aktif.
9.
Peranti Ameliorasi dan Penyorasi
Peninggian
makna (ameliorasi) ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih hormat atau halus ataupun baik nilainya
daripada makna lama. Adapun penurunan makna (peyorasi) ialah perubahan makna
yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah atau kurang baik ataupun
kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.
10.
Peranti Pesenyawaan Kata
Bentuk
idiomatis atau bentuk bersenyawa, sesuai dengan namanya, tidak dapat dipisahkan
oleh siapa pun juga. Dikatakan
sebagai bentuk senyawa karena bentuk demikian itu sudah sangat erat hubungan
antara satu dan yang lainnya. Jadi, di dalam konstruksi idiomatis, kata yang
satu dan yang lainnya itu berhubungan erat, lekat, dan tidak dapat dipisahkan oleh alasan apa pun juga. Contohnya tulang-belulang,
ramah-tamah, dan lain-lain.
11.
Peranti Kebakuan dan Ketidakbakuan Kata
Bentuk baku
hadir karena adanya pembakuan bentuk-bentuk kebahasaan. Pembakuan bahasa demikian itu pada gilirannya akan menjadikan
bahasa Indonesia semakin bermartabat. Bahasa yang bermartabat lazimnya akan
banyak digunakan oleh masyarakat, baik masyarakat dalam pengertian domestik
maupun masyarakat dalam pengertian Internasional.
B. Teknik Diksi
Diksi akan
efektif jika kita selalu mengiringi setiap pemilihan kata dengan tiga pertanyaan,
yaitu (1) apakah kata yang telah dipilih tersebut telah jelas? , (2)
apakah kata tersebut telah sesuai?, dan (3) apakah ia menarik?
Inilah tiga kata kunci sebagai kriteria memilih kata: jelas, sesuai, dan
menarik. Jelas di sini artinya sejauh mana kata tersebut sanggup
menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca seperti yang dipikirkan
penulis. Sesuai artinya sejauh mana kata tersebut dapat diterima oleh
pembaca dengan situasi atau suasana hatinya. Menarik, sejauh mana kata itu mampu menggerakkan pembaca secara
emosional menyentuh seleranya.
Teknik diksi telah berumur ribuan
tahun dan terus berkembang sampai hari ini agar kita dapat memilih kata-kata
yang memiliki efek dinamis dari sekian banyak kosa kata untuk dipakai dalam
tulisan. Bila kita sudah menemukan satu kata, sebenarnya telah berbaris
berpuluh-puluh alternatif di belakangnya untuk mengungkapkan gagasan yang sama.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kata-kata yang banyak itu tidak semerta-merta
bermuculan ketika kita memerlukannya. Kata-kata itu bersembunyi, malu untuk
keluar. Di sinilah perlunya penguasaan teknik diksi itu.
Langkah pertama dalam teknik diksi
adalah mengekplorasi semua makna yang terkandung dalam satu kata yang kita
pilih, baik makna leksikal maupun gramatikal, baik makna denotasi maupun
konotasi, baik yang baru maupun yang sudah klise. Untuk keperluan ini, tidak
ada sarana yang paling tepat selain kamus yang punya otoritas. Kamus yang punya
otoritas dalam Bahasa Indonesia adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Dalam pemilihan kata, kita perlu
memberikan perhatian khusus terhadap istilah polisemi dan homonimi. Polisemi merupakan kata yang
memiliki banyak makna, sedangkan homonimi merupakan kata-kata yang mirip
ejaannya tapi merupakan kata yang sama sekali berbeda. Dengan mengekplorasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita akan
mengatahui semua makna yang terkandung, baik polisemi maupun homonimi. Semua
makna kata polisemi dalam KBBI ditempatkan dalam satu lema yang sama, tapi kata
yang homonimi ditempatkan pada lema yang berbeda.
Hati-hati menggunakan kata beruang
karena dapat berarti mempunyai uang, mempunyai ruang, atau binatang
kutub. Kata buku bisa berarti kitab dan bisa berarti batas
antara dua ruas. Demikian juga kata yang ejaannya mirip walaupun tidak
persis sama, jangan sampai salah pakai seperti preposisi dan
proposisi, bahwa dan bawah, karton dan kartun. Dengan
memahami semua makna yang memungkinkan tersebut, kita akan dapat memutuskan
untuk terus menggunakan kata yang sudah kita pilih atau akan menggantinya dengan
kata lain yang lebih tepat yaitu jelas, sesuai, dan menarik. Untuk tulisan
ilmiah, misalnya, kita akan menghindari kata-kata yang mengandung makna
konotatif. Sebaliknya, tulisan fiksi, kita cendrung memilih kata tersebut untuk
melukiskan emosi dan melahirkan imajinasi. Untuk tulisan yang ditujukan kepada
pembaca umum, kita akan menghindari jargon ilmiah dan menggantinya dengan kata
yang bersinggungan langsung dengan pengetahuan dan pengalaman calon pembaca.
Dari hasil ekplorasi makna, kitapun
akan tahu makna yang sudah mengalami perubahan dari masa ke masa. Kata selalu
mempunyai sejarahnya sehingga maknanya bisa berubah dari waktu ke waktu, baik
menyempit, meluas, atau samasekali punah atau beralih ke makna lain. Suatu
makna yang populer di suatu masa, pada masa yang lain telah menjadi klise. Kata
seperti rembulan, mentari, bagaikan lebah beriring, seindah bintang kejora sudah
merupakan kata-kata klise yang tidak sedap lagi dibaca.
Setelah ekplorasi makna suatu kata,
baik yang polisemi maupun yang homonimi, langkah berikutnya adalah memeriksa
kata-kata lain yang berkerabat dengan kata yang kita pilih; sinonim, antonim,
hiponim dan derivatifnya. Setiap kata tersebut selalu berpeluang untuk
digunakan untuk menggantikan kata yang sudah dipilih.
Sinonim adalah kata-kata lain yang
serupa atau mendekati makna suatu kata. Kata cantik bersinonim dengan
kata ayu, jelita, manis, dll. Kata itu berantonimkan kata-kata buruk,
jelek, dll. Kata cantik berhiponim dengan indah,
paras muka, dll. Kata cantik berderivatif dengan kecantikan, tercantik,
dll. Cantik pun berhubungan dengan kerabat dengan berhias,
bersolek, make-up, kosmetik, dll.
Anda suatu ketika telah memilih kata
pembantu. Dengan ekplorasi kata yang berkerabat dengannya, Anda akan
menemukan kata pelayan, babu, jongos, hamba, sahaya, abdi, membantu,
bantuan, perbantuan, dll. Anda dapat memilih salah satu yang memberikan
efek khusus pada gagasan yang akan disampaikan.
Untuk keperluan ini semua, kita
memerlukan satu tesaurus di tangan. Tesaurus yang baik tentulah tesaurus yang
mendaftarkan semua kata, sebanyak-banyaknya yang berkerabat dengan satu kata.
Sayang sekali tesaurus yang seperti itu belum ada. Sekarang sudah ada Tesaurus
Bahasa Indonesia. Walaupun tesaurus yang tersedia sekarang ini masih belum
menuliskan kata-kata secara lengkap, namun sudah cukup memadai untuk sekedar
membantu kita menemukan kata-kata yang berkerabat dengan kata-kata yang kita
pilih.
Batapapun di tangan Anda sudah ada
kamus dan tesaurus, tanpa pertanyaan yang terus menerus diajukan tentang
kejelasan, kesesuaian, dan kemenarikan suatu kata, pemilihan kata tetap tidak
efektif. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan menggiring Anda memilih satu kata
yang terbaik.
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya
yang menyatakan bahwa dalam memilih kata, kita perlu memperhatikan apakah kata
tersebut jelas, sesuai, dan menarik, maka berikut pemaparan lengkap mengenai
ketiga hal tersebut;
1.
Jelas
Kata yang dipilih harus jelas bagi
pembaca. Kejelasan akan memastikan ketepatan imajinasai pada pembaca dengan penulis.
Bila tidak jelas, pembaca akan membayangkan suatu yang lain yang berbeda dengan
yang dimaksud oleh penulis. Untuk mencapai kejelasan tersebut, pedoman berikut
ini dapat dipergunakan.
Kata yang konkrit lebih jelas
dibandingkan dengan yang abstrak. Jika kita menemukan dua kata, yang satu
mempunyai makna yang konkrit dan dan satu lagi abstrak, maka gunakanlah yang
konkrit. Kata yang konkrit menghasilkan imajinasi yang lebih tepat daripada
yang abstrak. Kalau tidak ditemukan padanan kata yang konkrit, kita dapat
menambahkan suatu deskripsi panjang lebar atas kata yang abstrak tadi sehingga
lebih konkrit maknanya.
Ada kata yang dipakai luas dan umum
dan ada kata yang dipakai dalam kelompok-kelompok khusus tertentu. Hindari
kata-kata yang hanya dikenali di kelompok khusus untuk pembaca umum. Kata-kata
yang digunakan di dunia akademis, mungkin tidak dikenali oleh pelanggan majalah
wanita. Kata khusus tepat dipakai jika tulisan kita memang ditujukan pembaca
khusus. Contohnya kata percobaan lebih bersifat umum daripada eksperimen.
Tapi, di kelompok tertentu, kata eksperimen lebih tepat dari percobaan.
Contoh lain, kata herder
lebih spesifik daripada kata anjing. Kata anjing lebih spesifik
daripada binatang. Penggunaan kata herder mempunyai efek yang
lebih jelas dibandingkan dengan penggunaan kata binatang, misalnya.
Namun tetap berhati-hati karena karena kata yang sangat spesifik yang hanya
dikenal di lingkungan tertentu mungkin tidak dikenal oleh pembaca target.
Misalnya, seorang penulis yang menyebutkan jenis spesies virus tertentu,
seperti H5N1. Kata itu termasuk kata yang sangat sepesifik, tetapi
mungkin tidak dikenali oleh pembaca tertentu kecuali penulis menambahkan
penjelasan tambahan.
Pembaca akan memberikan respons
penginderaan ketika membaca kata-kata yang bersentuhan dengan penginderaan.
Kata jenis ini disebut kata indria. Penggunaan kata-kata jenis ini akan
memberikan efek psikologis yang tajam. Kata-kata ini memberikan imajinasi yang
sangat dalam. Gunakan kata indria tersebut sedapat mungkin untuk mendeskripsikan
sesuatu. Kata-kata indria memiliki daya imajinasi yang sangat kuat yang mudah
ditangkap oleh otak pengindraan pembaca.
2.
Sesuai
Jika kita melihat konteks kata
secara situasi dan kondisi pembaca, ada kata yang sesuai dan yang tidak sesuai
walaupun makna leksikal kata itu tepat. Kata aku dan saya sama
makna leksikalnya. Tapi, kata aku kurang sesuai untuk tulisan yang
bersifat formal. Kata buang air kecil lebih sesuai untuk situasi
tertentu dibandingkan dengan kata kencing. Jika Anda mengatakan sekelompok
orang dengan kata bodoh dan terbelakang mereka mungkin akan marah. Tapi
bila Anda tulis kurang memahami dan belum berkemajuan, mereka akan
senyum-senyum saja.
Ada beberapa tips untuk mendapatkan
kata yang sesuai dalam teknik diksi. Pertama, kenali benar target pembaca anda.
Apakah mereka masyakat umum ataukah mereka kelompok tertentu, seperti kelompok
ilmuwan, wartawan, pebisnis, dll. Setiap kelompok memiliki kecendrungan
penggunaan kata-kata tertentu dan ketabuan kepada kata-kata tertentu. Lebih
parah lagi, satu kata yang sama dapat memiliki makna yang berdeda di kelompok
yang berbeda.
Kedua, kenali benar jenis dan tulisan anda. Jika tulisan anda merupakan
tulisan serius, ilmiah dan bersifat akademis, tentu anda tidak akan menggunakan
kata-kata slang atau istilah percakapan lainnya. Sebaliknya bila tulisan
anda bersifat populer dan menghibur, anda sebaiknya tidak menggunakan istilah
ilmiah. Bila tulisan anda bertujuan untuk mengintimidasi emosi pembaca,
kata-kata yang lebih sesuai tentulah kata-kata yang penuh emosional dan
mempunyai efek indria.
3.
Menarik
Kata yang menarik adalah kata yang
memberikan efek psikologis pada pembaca. Salah satu kata yang menarik adalah
kata-kata yang singkat. Kalau ada dua kata yang memiliki makna yang sama,
pembaca lebih senang dengan yang lebih singkat. Yang termasuk kata yang menarik
adalah kata yang menunjukkan tindakan. Kata-kata jenis ini memberi tenaga.
Pembaca lebih senang dengan dia melukai tangan dari pada dia membuat
luka di tangan. Kata yang menarik adalah kata yang berona, berirama, atau
kata-kata yang membuat seseorang menggerakkan aktif indranya.
Orang akan lebih tertarik membaca
tulisan yang mengandung kata-kata yang menyentuh langsung pengalaman dan
pengetahuannya dibandingkan dengan kata-kata yang tidak pernah dialaminya
walaupun ia tahu makna kata itu. Orang juga menyukai kata-kata yang penuh perumpamaan,
metafora, dan personifikasi. Tulisan yang enak dibaca biasanya mengandung
banyak unsur-unsur tersebut. Untuk tulisan yang nonfiksi sekalipun akan enak
dibaca bila dibumbui kata-kata yang penuh dengan perumpamaan, metafora, dan
personifikasi asalkan tidak berlebih-lebihan.
Jadi, kalau kata yang jelas akan
mantap memasuki nalar pembaca, maka kata-kata yang sesuai akan memenuhi
cita-rasa pembaca sedangkan kata yang menarik akan memasuki ruang seleranya. Dua
buku yang tidak boleh lepas selama anda menulis adalah kamus dan tesaurus.
Dengan kamus, Anda menemukan makna. Dengan tesaurus anda menemukan padanan kata
yang berkerabat. Semakin sering Anda menggunakan satu kata dalam tulisan,
semakin aktif kata tersebut dalam kosa kata Anda. Namun untuk memperkaya kosa
kata, Anda harus membiasakan diri untuk terus membaca karya-karya yang kaya
dengan kosa kata yang beraneka ragam. Andapun lama kelamaan akan menyerap
kata-kata itu ke dalam kosa kata Anda
DOWNLOAD KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar