PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo= di bawah;thesis
= pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah
berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya
sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada
perbedaan makna di
dalamnya. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban
sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila
semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam
upaya pembuktian hipotesis, peneliti
dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau
eksperimen.
Hipotesis yang telah teruji kebenarannya
disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat
saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya
bahwa (karena langit mendung, maka…) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila
ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar.
Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun
hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru. Ketika
berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah
anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara
sejumlah fakta ada hubungan
tertentu Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah
hipotesis di dalam penelitian, salah satu diantaranya yaitu Penelitian sosial.
Proses
pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran,
yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan
hipotesis ilmiah,
yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
B. Kegunaan
Hipotesis
Kegunaan hipotesis secara garis besar adalah:
1. Memberikan
batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan
peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang
begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai
alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai
panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu, kualitas manfaat dari hipotesis
tersebut akan sangat tergantung pada:
1. Pengamatan
yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2.
Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.
3.
Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
4.
Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh
peneliti.
Kegunaan hipotesis antara
lain:
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang
gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2.
Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan
yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
3.
Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4.
Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan
kesimpulan penyelidikan
C. Jenis-Jenis
Hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang
digunakan dalam penelitian antara lain :
1)
Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan
Hipotesis
jenis ini merupakan hipotesis tentang hubungan analitis yakni secara analisis
menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat lainnya. Hipotesis
tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan adanya hubungan
antara dua variabel atau lebih. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian korelasional
atau regresi. Hipotesis tentang perbedaan adalah pernyataan yang
menyatakan adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu karena adanya pengaruh
yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian komparatif.
2)
Hipotesis kerja vs hipotesis
nol
Hipotesis
kerja adalah pernyataan rekaan yang hasil pengujiannya diterima, sedangkan
hipotesis nol adalah penyataan rekaan yang hasil pengujiannya ditolak. Dalam
rangka pengolahan data hipotesis ini disebut hipotesis stastistik. Jadi dalam
sebuah penelitian dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif, terdapat
dua macam hipotesis, yaitu :
ü Hipotesis
penelitian yang diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Misalnya, terdapat
hubungan atau perbedaan anatara variabel x dengan variabel y. hipotesis
tersebut dilambangkan dengan ‘Ha” atau “H1” apabila terdapat
hubungan dan “H0” apabila tidak terdapat hubungan atau perbedaan.
ü Hipotesis
statistik adalah hipotesis yang dilambangkan dengan rumus-rumus statistik.
Misalnya, terdapat hubungan antara variabel x dengan variabel y, untuk “H0”
dilambangkan dengan Py = 0 dan “Ha” / “H1”
dilambangkan dengan Py > 0. Sedangkan apabila hipotesis
penelitiannya “terdapat perbedaan variabel x dengan variabel y, maka hipotesis
statistiknya untuk “H0” dilambangkan dengan M = 0 dan untuk “Ha”
/ “H1” dilambangkan dengan M ≠ 0.
3)
Hipotesis ideal vs common sense (akal sehat)
Hipotesis common sense biasanya menyatakan
hubungan kegiatan terapan. Misalnya, hubungan antara tenga kerja dengan luas
garapan, hubungan antara tenaga kerja dengan jumlah siswa ddalam satu kelas.
Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan
hipotesis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan yang logis
antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Misalnya, kita mempunyai
keseragaman empiris dan hubungan antar sekolah; sekolah yang berlokasi di
tengah-tengah pemukiman penduduk, sekolah yang berlokasi di tengah-tengah pusat
perbelanjaan, sekolah yang berlokasi di tengah-tengah lingkungan industri,
sekolah yang berlokasi di tengah-tengah perkantoran dan sebagainya. Contoh,
hubungan anatar prestasi belajar siswa dengan sekolah yang berlokasi di pusat
perbelanjaan, hubungan motivbasi belajart siswa dengan sekolah yang di
tengah-tengah pemukiman penduduk.
Saran untuk memperoleh hipotesis:
1)
Hipotesis induktif
Dalam prosedur induktif, penelitian
merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang
diamati
2)
Hipotesis deduktif
Dalam hipotesis ini,peneliti
dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu teori yang ada dibidang yang
menarik minatnya,setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari teori
ini.
D. Ciri-Ciri dan Karakteristik Hipotesis
Ciri-ciri dan Karakteristik hipotesis yang baik:
1)
Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis
merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau
searah dengan tujuan penelitian.
2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang
diharapkan ada di antara variabel-variabel Hipotesis
harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu
hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel
dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3) Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai fenomena yang
diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas
menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi
suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang
mempunyai makna.
4) Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan
preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam
pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5) Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan)
yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan
untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian
untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik
metode observasi,
pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6) Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat
spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik
yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan
eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X
berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif
atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi,
hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.
Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam
pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara
variabel yang akan dihipotesiskan.
7) Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan
antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang
diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit
8)
Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan
yang sudah ada.
9)
Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan
seringkas mungkin.
E. Tahap-Tahap
Pembentukan Hipotesis Secara Umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai
berikut:
1) Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah
ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan
atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar
penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.
Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk
perumusan masalah.
2)
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis). Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak
dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan
dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang
dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3) Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara
jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4) Formulasi hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui
ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini.
Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta.
Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat
penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika
Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan
seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5)
Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa
dengan keadaan yang dapat diobservasi
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).
Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha
itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa yang
sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6)
Aplikasi/penerapan. apabila hipotesa itu benar dan dapat
diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti
cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan
fakta.
F. Menggali dan Merumuskan Hipotesis
Dalam menggali hipotesis, peneliti harus:
1) Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang
ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada
hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2) Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan
tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama
lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3) Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu
keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan
bidang yang bersangkutan.
Good dan scates
memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis :
1)
Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam
tentang ilmu
2)
Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang
suatu wawasan
3)
Imajinasi dan angan-angan
4)
Materi bacaan dan literatur
5)
Pengetahuan kebiasaan atau kegiatan dalam daerah
yang sedang diselidiki.
6)
Data yang tersedia
7)
kesamaan.
Sebagai kesimpulan ,
maka beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan sebagai
berikut :
1)
Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan
padat serta spesifik
2)
Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat
deklaraif dan berbentuk pernyataan.
3)
Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antara
dua atau lebih variabel yang dapat diukur.
4)
Hendaknya dapat diuji
5)
Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori.
G. Menguji
Hipotesis
Sesudah hipotesis dirumuskan , hipotesis
tersebut kemudian diuji secara empiris dan tes logika.
Untuk menguji suatu
hipotesis ,peneliti harus:
1)
Menarik kesimpulan tentang
konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis tersebut
benar.
2)
Memilih metode-metode penelitian yang mungkin
pengamatan , eksperimental, atau prosedur lain yang diperlakukan untuk
menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak.
3) Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data
yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh
data atau tidak.
4) Data atau fakta dan kerangka pengujian hipotesis harus
ditetapkan dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data
5)
Pengetahuan yang luas tentang kerangka teori,
penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik dan teknik-teknik
pengujian. Cara pengujian hipotesis tergantung pada metode desain penelitian
yang digunakan
BAGI YANG INGIN MEMBACA ARTIKEL INI, SILAHKAN BLOK SEMUA KATA-KATA DI ATAS TERLEBIH DAHULU BERHUBUNG KARENA BEBERAPA KATA TAK TERBACA..
BalasHapusTERIMA KASIH