MATERI
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
OLEH :
SYAMSINAR
AWALIAH (1111040009)
NURFITASARI (1111040008)
Bahasa Indonesia
sebagaimana bahasa pada umumnya,
digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks ini akan menentukan ragam Bahasa
Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan Bahasa Indonesia
dalam orasi politik, misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang
lain yang menggunakannya untuk menyampaikan khotbah Jum’at atau bahan kuliah. Mahasiswa
disadarkan bahwa dalam dunia akademik/ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang
digunakan adalah ragam ilmiah, yang memiliki ciri khas: cendekia, lugas dan jelas,
menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif,
ringkas dan padat, dan konsisten. Mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran
yang mendukung tumbuhnya pemahaman mereka terhadap pengertian Bahasa Indonesia
ragam ilmiah.
Bahasa Indonesia ragam
ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang digunakan dalam menulis karya
ilmiah. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai kegiatan yang bersifat
resmi, ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam bahasa
Indonesia baku.
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut
jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa
Indonesia harus memenuh isyarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.
Bahasa
Indonesia ilmiah merupakan bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Mengapa
misalkan bahasa Indonesia ini digunakan dalam karya ilmiah. Hal itu dikarenakan
bahwa :
Karya ilmiah
memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya
ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai
kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan
karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan
hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang
kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan
hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas
menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Meski sama-sama baku, tetapi ada perbedaan
dalam penggunaan bahasa Indonesia baku untuk kegiatan kenegaran dengan untuk kegiatan
ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan bahasa Indonesia yang baku harus sesuai
dengan sifat keilmuan yang meliputi: benar, logis cermat dan sistematis. Selain
itu, menurut Nazar (2004: 8), penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan ilmiah,
baik apakah itu dalam bentuk tulis maupun lisan, yang juga harus diperhatikan adalah
kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide. Ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya salah tafsir dalam kegiatan ilmiah.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk
dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988:
15-16).
1.
Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau
menyajikan aplikasi hokum alam pada situasi spesifik.
2.
Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan
tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan
ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
3.
Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan
secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
4.
Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman
dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5.
Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan
pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6.
Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya
ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan
yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta,
tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
7.
Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya
timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka
karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hokum alam yang diterapkan pada
situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan
sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1.
Cendekia
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia.
Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil
berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama
sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku
kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan
untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan
beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang
mewadahinya.
Perhatikan contoh kalimat cendekia di bawah ini!
(1)
Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan
terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat
yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia.
(2)
Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi
pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat
yang masuk ke Indonesia.
Contoh kalimat
(2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak
terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan
dan keseksamaan penggunaan kata. Karena itu, bentukan kata yang dipilih harus
disesuaikan dengan muatan isi pesan yang akan disampaikan.
(3)
(4)
pemaparan
paparan
pembuatan
buatan
pembahasan
bahasan
pemerian
perian
Kata-kata pada contoh
(3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil.
Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu
dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses,
kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu
mengacu pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4).
(5)
Karena sulit, maka pengambilan
data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang
paling rumit.
(6)
Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.
Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu
kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan
bersifat idiomatis. Pilihan kata maka dan
bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir.
Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh(6).
(7)
Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas .
Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum
jelas .
Paparannya sudah diuraikan, namun belum
jelas.
(8)
Mulai sejak penentuan masalah penelitian itu tidak jelas arahnya.
Mulaipenentuan masalah, penelitian
itu tidak jelas arahnya.
Sejak penentuan masalah, penelitian
itu tidak jelas arahnya.
Kerancuan pilihan kata dalam artikel
ilmiah perlu dihindari. Kerancuan pilihan kata pada umumnya
terjadi karena dua struktur kalimat yang digabung menjadi satu.
Untuk membetulkannya perlu dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun
dan namun serta mulai
dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada
struktur asal sebagaimana contoh (8).
(9)
Peneliti terdiri
orang-orang yang mewakili lembaga.
Hubungan
rumusan masalah dengan simpulan tidak
cocok.
(10) Peneliti terdiri atas orang·orang yang mewakili lembaga.
Hubungan
rumusan masalah dan simpulan tidak
cocok.
Kata-kata yang
barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada
contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh (10).
2. Lugas dan Jelas
Sifat
lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah
secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung
sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia
yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi
kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah
dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan
yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan
muncul pada kalimat yang sangat panjang.
Perhatikan
contoh kalimat lugas di
bawah ini!
(1)
Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena
getahnya oleh ulah sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang tidak
bisa dikatakan ringan.
(2)
Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering
terkena akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang
berat.
Kalimat
(1) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena
getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan itu tidak
mampu mengungkapkan gagasan secara lugas.Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena
akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (2).
Perhatikan
contoh kalimat jelas berikut!
(3)
Penanaman moral di sekolah sebenarnya
merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui
mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling
strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah,
PSPB, dan Kesenian.
(4)
Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan
kelanjutan dari penanaman moral di rumah. Penanaman moral di
Sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila
yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut
tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah,
PSPB, dan Kesenian.
Contoh
(3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan
antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (4),
kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas.
Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat
kalimat panjang.Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam
menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.
Untuk
membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat
khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan
tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah
kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam
sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah
kalimat.Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah
kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (3) berisi
gagasan yang tidak dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (3)
perlu dipecah sebagaimana tertera pada kalimat (4).
(5)
Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan
untuk segenap lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi,
termasuk di dalamnya teknologi mutakhir.
(6)
Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan
untuk seganap lapisan masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi,
termasuk di dalamnya teknologi mutakhir.
Contoh
(5) berikut merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan
pada contoh (5) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (6).
3.
Menghindari Kalimat Fragmentaris
Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga
menghindari penggunaan kalimat fragmentaris.Kalimat fragmentaris adalah kalimat
yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan
penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan
gagasan yang diungkapkan.
Perhatikan contoh kalimat fragmentaris di bawah ini!
4.
Bertolak dari
Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan
orientasi gagasan.
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada
gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang
digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis
sebagai pelaku perlu dihindari.
Perhatikan contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!
(1)
Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
(2)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan
membina anak berbakat sangat penting.
Contoh
kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata
penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (2) berorientasi
pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari
hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi
pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu
dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam
kalimat perlu dihindari.
Perhatikan
contoh kalimat di
bawah ini!
(3)
Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat
penting dalam pananaman moral Pancasila.
(4)
Perlu diketahui bahwa pandidikan di lingkungan
keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila.
Contoh
(3) merupakan penyempurnaan dari contoh (4) yang berorientasi pada pelaku bukan
penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak boleh
digunakan dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan
dapat digunakan sebagaimana contoh berikut.
(5)
Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh
pada mutu proses balajar mengajar adalah sistem penilaian.
(6)
Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat.
5.
Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan
ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan
kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa
Indonesia. Kalimat formal
dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan
predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi,
dan tampilan esei formal.
Perhatikan
contoh di bawah ini!
(1)
Kata Formal (2) Kata Informal
Berkata Bilang
Membuat Bikin
Membuat Bikin
Hanya Cuma
Memberi Kasi
Bagi Buat
Daripada Ketimbang
Artikel ilmiah termasuk kategori
paparan yang bersifat teknis. Kosa kata yang digunakan cenderung mengarah pada
kosa kata ilmiah teknis. Kosa kata ilmiah teknis digunakan pada kalangan
khusus, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum. Untuk itu, dalam memilih
kosa kata dalam menulis artikel ilmiah, perlu kecermatan agar tidak mengarah
pada kata ilmiah populer. Contoh berikut ini menunjukkan perbedaan kedua jenis
kosa kata tersebut.
(3)
Kata Ilmiah Teknis (4) Kata Ilmiah Populer
Anarki Kekacauan
Antipati Rasa
benci
Antisipasi Perhitungan
ke depan
Argumen Bukti
Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga
tampak pada bentukan kata. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang
lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Bentukan kata yang tidak formal pada umumnya terjadi karena pemberian imbuhan
yang tidak lengkap, proses pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena
proses pembentukannya mengikuti bahasa lain sebagaimana contoh berikut.
(5) Bentukan Kata Bernada Formal (6) Bentukan Kata Bernada Informal
Membaca Baca
Menulis Nulis
Tertabrak Ketabrak
Mencuci Nyuci
Mendapat Dapat
Terbentuk Kebentur
Menulis Nulis
Tertabrak Ketabrak
Mencuci Nyuci
Mendapat Dapat
Terbentuk Kebentur
Keformalan kalimat dalam artikei
ilmiah ditandai oleh :
1.
Kelengkapan unsur wajib (subjek dan predikat),
2.
Ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas,
3.
Kebernalaran isi, dan
4.
Tampilan esai formal. Sebuah kalimat dalam artikel
ilmiah satidak-tidaknya memiliki subjek dan predikat.
Perhatikan contoh di bawah
ini!
(7)
Menurut Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga
belum dimulai tahun 2000.
(8)
Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga belum
dimulai. tahun 2000.
Contoh
(7) tidak jelas subjeknya. Siapa yang menyatakan bahwa milenium ketiga
belum dimulai tahun 2000 ? Tentu jawabannya bukan menurut Valendika, tetapi Valendika
sebagaimana tertuang dalam contoh (8).
Ciri
kedua penulisan kalimat dalam artikel ilmiah adalah ketepatan
panggunaan kata fungsi atau kata tugas. Setiap kata tugas memiliki fungsi
yang berbeda. Oleh sebab itu, ketapatan pamakaian kata tugas dalam
menulis artikel ilmiah perlu mendapat perhatian. Kata tugas pada contoh (9)
berikut digunakan secara tidak tepat, sedangkan kata tugas pada contoh
(10) digunakan secara tepat.
(9)
Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian pada masyarakat.
Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital buat patani.
Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital buat patani.
(10) Setiap perguruan tinggi wajib
melaksanakan pengabdian kepada
masyarakat.
Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital bagi petani.
Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital bagi petani.
Ciri
ketiga penulisan kalimat artikel ilmiah adalah kebernalaran isi. Isi
kalimat dapat diterima nalar (akal) sehat.Sebuah kalimat dapat dikatakan
memiliki kebernalaran isi apabila gagasan yang disampaikan dapat dinalarkan
(dapat ditarima akal sehat) dan hubungan antargagasan dalam kalimat dapat
diterima akal sahat (Supamo, dkk, 1998).
Perhatikan gagasan yang disampaikan
pada contoh berikut !
(11) Berbagai temuan baru berhasil diungkap
dalam penelitian ini.
(12) Penelitian ini berhasil mengungkap
berbagai temuan baru
lsi
kalimat (11) tidak bisa diterima akal. Siapa yang barhasil dalam kalimat itu ? Menurut kalimat itu, yang berhasil
adalah berbagai temuan baru itu tidak
masuk akal.Berbagai temuan baru tentu
tidak bisa berhasil.Yang mungkin barhasil adalah penelitian ini sebagaimana
contoh (12).
Perhatikan hubungan antargagasan
dalam kalimat berikut!
(13) Kedudukan pengajaran berbicara tidak
sama dengan pokok bahasan lain, yaitu seperti membaca, kosa kata, struktur,
pragmatik, maupun apresiasi bahasa dan sastra Indonesia.
(14) Kedudukan pengajaran berbicara tidak
sama dengan kedudukan pengajaran yang lain: membaca, kosa kata, struktur,
pragmatik, dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia.
Contoh
(14) telah mampu mengungkapkan penataran dengan benar, berbeda dengan
contoh (13). Hubungan penidaksamaan pengajaran berbicara dan pokok bahasan lain
tidak selaras. Penidaksamaan seharusnya dilakukan antara pengajaran dengan pengajaran,
bukan dengan yang lain.
Ciri
ketiga kalimat artikel ilmiah adalah tampilan esai formal. Cara itu menuntut
pengungkapan gagasan dilakukan secara utuh dalam bentuk kalimat.Rincian gagasan
atau potongan gagasan dalam kalimat diintegrasikan secara langsung dalam
kalimat. Kalimat (15) berikut bukan merupakan tampilan esai formal,
sedangkan kalimaf (16) merupakan kalimat yang bertampilan esai formal yang
dianjurkan digunakan dalam artikel ilmiah.
(15)
Jenis dongeng berdasarkan isinya:
-
Fable
-
Legenda
-
Mite
-
Sage
(16) Dongeng berdasarkan isinya dapat
dibedakan atas empat kategori, yakni:
-
Fable
-
Legenda
-
Mite
-
Sage
6.
Objektif
Bahasa
ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan
kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif.
Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan
sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat
subjektif tidak digunakan.
Perhatikan
contoh kalimat objektif berikut ini !
(1)
Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak.
Dari
paparan tersebut kiranya dapat
disimpulkan sebagai berikut.
(2)
Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan
oraug tua dalam pembemtukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Hadirnya kata betapa dan kiranya
pada contoh (1) menimbulkan sifat
subjektif. Berbeda dengan contoh (2) yang tidak mengandung unsur
subjektif.
(3)
Abstrak artikel harus
ditulis dalam sebuah paragraf.
Penelitian
pasti diawali adanya masalah.
(4)
Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph.
Penelitian
diawali adanya masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap
ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat (3) berikut perlu
dihindari karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat
yang tidak subjektif tampak pada contoh (4).
7.
Ringkas dan Padat
Sifat ringkas dan padat direalisasikan
dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan
bahasa yang hemat.
Ciri padat
merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap
sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri
kepadatan sudah terpenuhi.Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis
ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Perhatikan contoh kalimat ringkas
dan padat berikut ini !
(1)
Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga
negara Indonesia.
(2)
Nilai etis sebagaimana
tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara
Indonesia.
Contoh
(1) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh
(2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada
paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat
(2) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
(3)
Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Jadi, tidak
ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan.Artinya, pelaksanaan proyek itu
sudah benar.Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar.
(4)
Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar.
Keringkasan dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya
ditandai dengan tidak adanya kata-kata yang berlebihan, tetapi juga
ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam
artikel ilmiah. Contoh (3) dan (4) berikut dapat memperjelas
keringkasan dan kepadatan bahasa tulis ilmiah. Hadirnya kalimat yang
dicetak miring pada contoh (3) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan
demikian, kalimat itu perlu dibuang sebagaimana contoh (4).
8.
Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa
tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda
baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu
semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk
digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan
objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah
terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya
digunakan singkatan SMP tersebut.
Perhatikan contoh kalimat konsisten
berikut ini !
(1)
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai
lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
(2)
Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,
telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan
semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi
muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah
peneabutan embargo persenjataan.
Contoh
(2) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh
yang konsisten adalah contoh (1).
DOWNLOAD FILE KLIK DISINI
DOWNLOAD FILE KLIK DISINI
untuk lebih lengkapnya ceknih
BalasHapushttps://febsdaily.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-fungsi-dan-sejarah-bahasa.html
untuk lebih lengkapnya ceknih
BalasHapushttps://febsdaily.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-fungsi-dan-sejarah-bahasa.html
untuk lebih lengkapnya ceknih
BalasHapushttps://febsdaily.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-fungsi-dan-sejarah-bahasa.html