Oleh :
FRILA
REZKYANI
Marlina
Pengertian menulis
sebenarnya sangat beragam tergantung dari sisi mana seseorang
mendefinisikannya. Akan tetapi pengertian menulis sesungguhnya tepat jika
memuat beberapa unsur, diantaranya adalah melewati proses berpikir atau
menggunakan pikirannya untuk menulis. Jadi menulis itu dapat juga dimaknakan
sebagai penyampaian ide dan pikiran melalui media tulisan.
Menulis merupakan suatu
proses kreatif yang banyak melibatkan cara berfikir divergen (menyebar)
daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan
melukis. Pelukis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan,
serta obsesi yang akan dilukiskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteria
yang dapat diikuti, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung
pada kepiawaian, imajinasi, dan kekreatifan penulis dalam mengungkapkan
gagasan.
Tulisan yang baik dapat
diibaratkan sebagai makanan yang bergizi, enak dimakan dan menyehatkan. Oleh
karena itu, seorang penulis di tuntut kreatif dalam merumuskan masalah,
merencanakan dan mengembangkan tulisan, dan mengakhiri tulisan. Untuk itu,
diperlukan penguasaan serta kemampuan bahasa tulis sesuai dengan bidang ilmu
masing-masing. Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, menulis
terdiri atas empat tahap.
Tahap pertama dalam
proses kreatif adalah persiapan atau prapenulisan yaitu ketika seseorang
merencanakan, menyiapkan diri, mengumpulkan dan mencari informasi, merumuskan
masalah, menentukan arah dan fokus tulisan, mengolah informasi, menarik
tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang akan dihadapi, berdiskusi,
membaca, mengamati, melakukan survei, dan lain-lain. Semua ini akan memperkaya
masukan kognitif untuk diproses pada tahap selanjutnya.
Tahap kedua inkubasi –
ketika seseorang membroses informasi yang telah dimiliki sedemikian rupa,
sehingga mengantarkan pada ditemukannya pemecahan masalah, jalan keluar/solusi
yang dicarinya. Proses inkubasi ini seringkali terjadi secara tidak sengaja
atau tidak disadari dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar, yang pada
dasarnya melibatkan perluasan pikiran. Selain itu, proses inkubasi dapat
berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahu
Tahap ketiga, iluminasi
adalah ketika datangnya inspirasi yaitu gagasan datang seakan tiba-tiba dan
berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini apa yang telah lama kita pikirkan
menemukan pemecahan atau jalan keluarnya. Iluminasi tidak mengenal waktu dan
tempat.
Tahap keempat,
verivikasi/evaluasi yaitu apa yang dituliskan sebagai hasil tahap eleminasi itu
diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan focus laporan/tulisan
diinginkan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan atau ada hal-hal
yang perlu ditambahkan, dikembangkan, disempurnakan, dan lain-lain. Jadi, dalam
tahap keempat ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu sesuai
atau tidak dengan realita soaial, budaya, nilai-nilai, norma-norma, serta
aturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang bersangkutan. Disinilah
seorang penulis dituntut kepiawaian, kecerdasan, ketelitian, dan kekreatifannya
dalam menulis.
Tahap kelima, publikasi
yaitu tahap dimana penulis mempublikasikan
tulisannya kepada pembaca.
Pada
dasarnya pengertian dan hakikat menulis dapat dilihat pada tiga aspek, yakni:
1. menulis sebagai proses berpikir,
- menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas,
- dan menulis sebagai proses berhubungan erat dengan membaca.
Menulis
Sebagai Proses Berpikir.
Menulis sebagai suatu
proses menuangkan gagasan atau pikiran dalam bentuk tertulis. Menulis sebagai
proses berpikir berarti bahwa sebelum dan atau saat-setelah menuangkan gagasan
dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir. Proses
berpikir menurut Moore dkk.(dalam Khalik, 1999:28) memiliki sejumlah esensi:
mengingat, menghubungkan, memprediksikan, mengorganisasikan, membay’angkan, memonitor,
mereviu, mengevaluasi, dan menerapkan. Jadi Pengertian dan hakikat menulis
sesungguhnya memuat tentang suatu proses berpikir , gagasan yang dituangkan
dalam kalimat/paragraf dapat dianalisis kelogisannya.
Menulis dan proses
berpikir berkaitan erat dalam menghasilkan suatu karangan yang baik. Dan
karangan yang baik merupakan manifestasi dari keterlibatan proses berpikir.
Dengan demikian, proses berpikir sangat menentukan lahirnya suatu karangan yang
berkualitas. Syafi’ie (1988:43) mengemukakan bahwa salah satu substansi
retorika menulis adalah penalaran yang baik. Hal itu berarti bahwa penulis
harus mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional. Tanpa melibatkan proses
berpikir rasional, kritis, dan kreatif akan sulit menghasilkan karangan yang
dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Pappas (1994:215)
mengemukakan bahwa menulis sebagai proses berpikir merupakan aktivitas yang
bersifat aktif, konstruktif, dan penuangan makna. Pada saat menulis siswa
dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya berdasarkan skemata, pengetahuan,
dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan
kesungguhan mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis, dan menata ulang
gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar tulisan dapat terpahami
pembaca dengan baik.
Menulis sebagai proses
berpikir meliputi serangkaian aktivitas. Menulis sebagai proses berpikir yang
menghasilkan kreativitas berupa karangan, baik karangan ilmiah maupun karangan
sastra. Karangan sebagai bukti kreativitas diperoleh melalui serangkaian
aktivitas menulis. Rangkaian aktivitas menulis adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Tompkins (1994:126), yakni pramenulis, pengedrafan, perbaikan,
penyuntingan, dan publikasi.
Menulis sebagai proses
berpikir yang terdiri atas serangkaian tahapan dikaitkan dengan pembelajaran,
berarti kesempatan bagi siswa untuk memperoleh bimbingan dari guru secara nyata
untuk mencapai keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan tersebut
siswa dapat mengetahui keterbatasannya secara jelas dan sekaligus berupaya
meningkatkan kemampuannya secara bertahap dan berkesinambungan.
Menulis sebagai proses
berpikir berkaitan erat dengan membaca.
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal itu dapat dilihat dari
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal itu dapat dilihat dari
(1) segi
sebelum menulis diperlukan berbagai pengetahuan awal dan informasi yang
berkaitan dengan topik yang digaraf. Untuk memperoleh berbagai informasi yang
dibutuhkan tersebut membaca merupakan sarana yang paling tepat,
(2) dilihat
dari segi saat-setelah menulis, membaca merupakan kegiatan yang tak terpisahkan
dengan kegiatan menulis pada tahap perbaikan, penyuntingan. Penulis pada
dasarnya adalah pembaca berulang-ulang terhadap tulisannya. Burns dkk.
(1996:383) mengemukakan bahwa membaca dan menulis saling mendukung satu dengan
yang lainnya.
Menulis Sebagai Proses Berpikir
Meliputi Serangkaian Aktivitas.
Menulis sebagai proses berpikir yang menghasilkan
kreativitas berupa karangan, baik karangan ilmiah maupun karangan sastra.
Karangan sebagai bukti kreativitas diperoleh melalui serangkaian aktivitas
menulis. Rangkaian aktivitas menulis adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tompkins (1994:126), yakni pramenulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan,
dan publikasi.
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas
serangkaian tahapan dikaitkan dengan pembelajaran, berarti kesempatan bagi
siswa untuk memperoleh bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai
keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan tersebut siswa dapat
mengetahui keterbatasannya secara jelas dan sekaligus berupaya meningkatkan
kemampuannya secara bertahap dan berkesinambungan.
Menulis
Sebagai Proses Berpikir Berkaitan Erat Dengan Membaca.
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas
serangkaian aktivitas yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal itu
dapat dilihat dari
1. segi sebelum menulis diperlukan
berbagai pengetahuan awal dan informasi yang berkaitan
dengan topik yang digaraf. Untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan
tersebut membaca merupakan sarana yang paling tepat,
2. segi setelah menulis, membaca
merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dengan kegiatan menulis pada tahap
perbaikan, penyuntingan. Penulis pada dasarnya adalah pembaca
berulang-ulang terhadap tulisannya. Burns dkk. (1996:383) mengemukakan bahwa
membaca dan menulis saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Menulis Kreatif
Menulis kreatif adalah menulis
berdasarkan ide sendiri. Menulis kreatif berasal dari apa yang diketahui dan
apa yang disukai oleh penulis. Biasanya tulisan kreatif menampilkan suatu topik
permasalahan yang dibahas dengan disertai gagasan atau pendapat dari penulis.
Topik menulis kreatif bisa didapatkan dari peristiwa sehari-hari. Yang lebih
menyenangkan adalah menulis pengalaman pribadi. Atau kita bisa mengemukakan
topik yang biasa terjadi di masyarakat.
Menulis kreatif bisa
diartikan sebagai menulis yang jujur atau menulis berdasarkan fakta. Karena
sifatnya demikian, maka sangat lucu jika ada orang yang menulis hal yang tidak
diketahuinya. Akan sangat susah bagi dia untuk menyampaikan kata-kata, karena
ia tidak memahami persoalan sebenarnya yang akan ditulis. Menulis kreatif itu
berasal dari perenungan diri, berdasarkan analisa dan memerlukan tanggung
jawab. Sedang plagiator sama sekali tidak punya rasa tanggung jawab terhadap
artikel yang diterbitkannya.
Cara menulis kreatif yang baik adalah dengan menggunakan gaya
bahasa sendiri atau tidak menjiplak gaya bahasa orang lain. Untuk menuliskan
kata per kata, pilihlah kata-kata yang efektif. Hindari bahasa yang
bertele-tele. Dengan cara ini pembaca tidak akan merasa bosan dan mereka akan
tetap fokus pada artikel yang dibacanya hingga mereka selesai membaca. Gaya
bahasa sendiri harus ditampilkan dalam diri setiap penulis, karena gaya bahasa
sendiri akan mencerminkan siapa sebenarnya anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar