Senin, 30 April 2012

MENULIS SEBAGAI PROSES KREATIF

Oleh :
FRILA REZKYANI
Marlina

Pengertian menulis sebenarnya sangat beragam tergantung dari sisi mana seseorang mendefinisikannya. Akan tetapi pengertian menulis sesungguhnya tepat jika memuat beberapa unsur, diantaranya adalah melewati proses berpikir atau menggunakan pikirannya untuk menulis. Jadi menulis itu dapat juga dimaknakan sebagai penyampaian ide dan pikiran melalui media tulisan.
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berfikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Pelukis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, serta obsesi yang akan dilukiskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteria yang dapat diikuti, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian, imajinasi, dan kekreatifan penulis dalam mengungkapkan gagasan.
Tulisan yang baik dapat diibaratkan sebagai makanan yang bergizi, enak dimakan dan menyehatkan. Oleh karena itu, seorang penulis di tuntut kreatif dalam merumuskan masalah, merencanakan dan mengembangkan tulisan, dan mengakhiri tulisan. Untuk itu, diperlukan penguasaan serta kemampuan bahasa tulis sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, menulis terdiri atas  empat tahap.
Tahap pertama dalam proses kreatif adalah persiapan atau prapenulisan yaitu ketika seseorang merencanakan, menyiapkan diri, mengumpulkan dan mencari informasi, merumuskan masalah, menentukan arah dan fokus tulisan, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang akan dihadapi, berdiskusi, membaca, mengamati, melakukan survei, dan lain-lain. Semua ini akan memperkaya masukan kognitif untuk diproses pada tahap selanjutnya.
Tahap kedua inkubasi – ketika seseorang membroses informasi yang telah dimiliki sedemikian rupa, sehingga mengantarkan pada ditemukannya pemecahan masalah, jalan keluar/solusi yang dicarinya. Proses inkubasi ini seringkali terjadi secara tidak sengaja atau tidak disadari dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar, yang pada dasarnya melibatkan perluasan pikiran. Selain itu, proses inkubasi dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahu
Tahap ketiga, iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi yaitu gagasan datang seakan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan atau jalan keluarnya. Iluminasi tidak mengenal waktu dan tempat.
Tahap keempat, verivikasi/evaluasi yaitu apa yang dituliskan sebagai hasil tahap eleminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan focus laporan/tulisan diinginkan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dikembangkan, disempurnakan, dan lain-lain. Jadi, dalam tahap keempat ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu sesuai atau tidak dengan realita soaial, budaya, nilai-nilai, norma-norma, serta aturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang bersangkutan. Disinilah seorang penulis dituntut kepiawaian, kecerdasan, ketelitian, dan kekreatifannya dalam menulis.
Tahap kelima, publikasi yaitu tahap dimana penulis mempublikasikan  tulisannya kepada pembaca.
Pada dasarnya pengertian dan hakikat menulis dapat dilihat pada tiga aspek, yakni:
1.      menulis sebagai proses berpikir,
  1. menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas,
  2. dan menulis sebagai proses berhubungan erat dengan membaca.
Menulis Sebagai Proses Berpikir.
Menulis sebagai suatu proses menuangkan gagasan atau pikiran dalam bentuk tertulis. Menulis sebagai proses berpikir berarti bahwa sebelum dan atau saat-setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir. Proses berpikir menurut Moore dkk.(dalam Khalik, 1999:28) memiliki sejumlah esensi: mengingat, menghubungkan, memprediksikan, mengorganisasikan, membay’angkan, memonitor, mereviu, mengevaluasi, dan menerapkan. Jadi Pengertian dan hakikat menulis sesungguhnya memuat tentang suatu proses berpikir , gagasan yang dituangkan dalam kalimat/paragraf dapat dianalisis kelogisannya.
Menulis dan proses berpikir berkaitan erat dalam menghasilkan suatu karangan yang baik. Dan karangan yang baik merupakan manifestasi dari keterlibatan proses berpikir. Dengan demikian, proses berpikir sangat menentukan lahirnya suatu karangan yang berkualitas. Syafi’ie (1988:43) mengemukakan bahwa salah satu substansi retorika menulis adalah penalaran yang baik. Hal itu berarti bahwa penulis harus mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional. Tanpa melibatkan proses berpikir rasional, kritis, dan kreatif akan sulit menghasilkan karangan yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Pappas (1994:215) mengemukakan bahwa menulis sebagai proses berpikir merupakan aktivitas yang bersifat aktif, konstruktif, dan penuangan makna. Pada saat menulis siswa dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya berdasarkan skemata, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan kesungguhan mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis, dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar tulisan dapat terpahami pembaca dengan baik.
Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas. Menulis sebagai proses berpikir yang menghasilkan kreativitas berupa karangan, baik karangan ilmiah maupun karangan sastra. Karangan sebagai bukti kreativitas diperoleh melalui serangkaian aktivitas menulis. Rangkaian aktivitas menulis adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Tompkins (1994:126), yakni pramenulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi.
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian tahapan dikaitkan dengan pembelajaran, berarti kesempatan bagi siswa untuk memperoleh bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan tersebut siswa dapat mengetahui keterbatasannya secara jelas dan sekaligus berupaya meningkatkan kemampuannya secara bertahap dan berkesinambungan.
Menulis sebagai proses berpikir berkaitan erat dengan membaca.
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal itu dapat dilihat dari
(1)    segi sebelum menulis diperlukan berbagai pengetahuan awal dan informasi yang berkaitan dengan topik yang digaraf. Untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan tersebut membaca merupakan sarana yang paling tepat,
(2)    dilihat dari segi saat-setelah menulis, membaca merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dengan kegiatan menulis pada tahap perbaikan, penyuntingan. Penulis pada dasarnya adalah pembaca berulang-ulang terhadap tulisannya. Burns dkk. (1996:383) mengemukakan bahwa membaca dan menulis saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Menulis Sebagai Proses Berpikir Meliputi Serangkaian Aktivitas.
Menulis sebagai proses berpikir yang menghasilkan kreativitas berupa karangan, baik karangan ilmiah maupun karangan sastra. Karangan sebagai bukti kreativitas diperoleh melalui serangkaian aktivitas menulis. Rangkaian aktivitas menulis adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Tompkins (1994:126), yakni pramenulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi.
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian tahapan dikaitkan dengan pembelajaran, berarti kesempatan bagi siswa untuk memperoleh bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan tersebut siswa dapat mengetahui keterbatasannya secara jelas dan sekaligus berupaya meningkatkan kemampuannya secara bertahap dan berkesinambungan.
      
Menulis Sebagai Proses Berpikir Berkaitan Erat Dengan Membaca.
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal itu dapat dilihat dari
1.      segi sebelum menulis diperlukan berbagai pengetahuan awal dan informasi yang berkaitan dengan topik yang digaraf. Untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan tersebut membaca merupakan sarana yang paling tepat,
2.      segi setelah menulis, membaca merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dengan kegiatan menulis pada tahap perbaikan, penyuntingan. Penulis pada dasarnya adalah pembaca berulang-ulang terhadap tulisannya. Burns dkk. (1996:383) mengemukakan bahwa membaca dan menulis saling mendukung satu dengan yang lainnya.

                Menulis Kreatif
Menulis kreatif adalah menulis berdasarkan ide sendiri. Menulis kreatif berasal dari apa yang diketahui dan apa yang disukai oleh penulis. Biasanya tulisan kreatif menampilkan suatu topik permasalahan yang dibahas dengan disertai gagasan atau pendapat dari penulis. Topik menulis kreatif bisa didapatkan dari peristiwa sehari-hari. Yang lebih menyenangkan adalah menulis pengalaman pribadi. Atau kita bisa mengemukakan topik yang biasa terjadi di masyarakat.
Menulis kreatif bisa diartikan sebagai menulis yang jujur atau menulis berdasarkan fakta. Karena sifatnya demikian, maka sangat lucu jika ada orang yang menulis hal yang tidak diketahuinya. Akan sangat susah bagi dia untuk menyampaikan kata-kata, karena ia tidak memahami persoalan sebenarnya yang akan ditulis. Menulis kreatif itu berasal dari perenungan diri, berdasarkan analisa dan memerlukan tanggung jawab. Sedang plagiator sama sekali tidak punya rasa tanggung jawab terhadap artikel yang diterbitkannya.
Cara menulis kreatif yang baik adalah dengan menggunakan gaya bahasa sendiri atau tidak menjiplak gaya bahasa orang lain. Untuk menuliskan kata per kata, pilihlah kata-kata yang efektif. Hindari bahasa yang bertele-tele. Dengan cara ini pembaca tidak akan merasa bosan dan mereka akan tetap fokus pada artikel yang dibacanya hingga mereka selesai membaca. Gaya bahasa sendiri harus ditampilkan dalam diri setiap penulis, karena gaya bahasa sendiri akan mencerminkan siapa sebenarnya anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar