Tata
Pembentukan Kata
Isnada
Nasrullah (1111040014)
Sirning
Putri Kendran (1111040069)
Tata
Pembentukan Kata
Ada
banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk
memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih
dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Secara ortografis ada empat macam
kata yang harus diperhatikan penulisannya, yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata
ulang, dan kata gabung atau gabungan kata.
A. Kata
Dasar
Kata dasar (akar kata), yaitu kata
yang paling sederhana yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses
morofologi lainnya, ditulis sebagai satu kesatuan, dapat dikelompokkan sebagai
bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar.
Contoh : datang,
pergi, pohon, tumbang.
a.
Kita semua anak Indonesia.
- Ayah
pergi ke Jakarta.
- Mereka
datang dari Timor Timur.
- Pohon
kelapa itu tumbang.
- Kami
datang dari desa.
B. Kata Berimbuhan
Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode
pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar
membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat
kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar,
ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata
dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.
afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila
ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada
satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan
konfiks.
prefiks
(awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk
kata baru dengan arti yang berbeda.
sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata
dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan
(bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks
melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
Jenis
imbuhan
Jenis
imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
- Imbuhan sederhana; hanya terdiri
dari salah satu awalan atau akhiran.
a.
Awalan:
me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-,
dan se-
- Akhiran:
-kan, -an, -i, -lah, dan -nya
- Imbuhan
gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
- ber-an
dan ber-i
- di-kan
dan di-i
- diper-kan
dan diper-i
- ke-an
dan ke-i
- me-kan
dan me-i
- memper-kan
dan memper-i
- pe-an
dan pe-i
- per-an
dan per-i
- se-nya
- ter-kan
dan ter-i
- Imbuhan spesifik; digunakan untuk
kata-kata tertentu (serapan asing).
ber-
: menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung
arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan
atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti
mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-"
adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang
mengalami perbuatan dalam kalimat itu.
me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba
yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat
adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering
kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu.
Pembentukan dengan awalan me-
memiliki aturan sebagai berikut:
1.
tetap, jika huruf pertama kata
dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan
→ memakan.
2.
me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul,
me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
3.
me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup
→ meniup.
4.
me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis, me- +
gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5.
me- → menge-, jika kata dasar hanya
satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik,
me- + klik → mengeklik.
6.
me- → meny-, jika huruf pertama adalah s. Contoh: me-
+ sapu → menyapu.
di- : Prefiks "di-" menunjukkan
tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam
kalimat itu, dan bukan pelaku.
pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan
orang atau agen yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini
juga bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang
tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat,
maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik
kata dasarnya.
ter- : Penambahan afiks ini menimbulkan
dua kemungkinan.
(1) Jika menambahkan
ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat
atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar,
paling tinggi, paling baru, paling murah)
(2) Jika menambahkan
ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang menyatakan
aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini
juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi
secara tiba-tiba atau tidak disengaja.
se-: menambah prefiks ini dapat
menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap sebagai pengganti
“satu” dalam situasi tertentu.
1. untuk menyatakan
satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam
Bahasa Inggris)
2. untuk menyatakan
seluruh atau segenap
3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau
kemiripan (seperti)
4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama
atau menyatakan sesuatu yang berhubungan
dengan waktu
-an :
menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat
menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya.
-i
: menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan
sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan
perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak
mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut.
-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan
kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses
pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian
lain dalam kalimat.
-kah : menambah sufiks ini menunjukkan
bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan
sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam
kalimat. Sufiks ini jarang digunakan.
-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan,
tetapi secara singkat dapat dikatakan
bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan
ekspresi.
-nya
: Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit
dan kurang umum dan tidak dibahas di sini.
contoh: biasanya dan rupanya.
ke-an : Konfiks ini adalah untuk:
1. membentuk nomina yang menyatakan hasil
perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang
berhubungan dengan kata dasar
2. membentuk
nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
3. membentuk
adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
4. membentuk
verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan
pe-an,
peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu
dari keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan
proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat.
per-an
: menambah konfiks ini akan
menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan
prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada
suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam
kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks
“ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik.
se
- nya : Konfiks ini seringkali muncul
bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk
adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh
perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).
Akhiran –wan/-man/-wati
Akhiran
–wan ditambahkan pada kata-kata benda yang berakhir dengan vokal a
seperti pada gunawan, bangsawan, hartawan, negarawan, sastrawan dan
sebagainya. Untuk kata-kata yang terakhir dengan vocal I atau u dulu digunakan
akhiran –man seperti pada seniman, budiman, dan Hanuman.
Sekarang varian –man sudah tidak produktif lagi, akhiran –wan
digunakan juga untuk kata benda yang tidak berakhir dengan vokal a, contohnya rokhaniwan,
bahariwan, ilmuwan. Kadang ada kecenderungan untuk menambahkan vokal a
pada kata yang berakhir dengan vokal i, misalnya industriawan.
Pembentukan Kata dengan
Unsur Lain
1.
eks
Contoh: ekspacar = mantan pacar ekspegawai = bekas/mantan
pegawai
ekspetinju = mantan petinju eksnarapidana = bekas narapidana
ekspetinju = mantan petinju eksnarapidana = bekas narapidana
2.
Ekstra
Contoh : ekstrakurikuler, ekstramarital, ekstraparlementer.
3.
Intra
Contoh: Intrakalimat, intraorganisasi, intrauniversiter.
4.
Super
Contoh: supersibuk, superstar, supernatural, dan
supercepat.
5.
Semi
Contoh: semifinal, semiresmi, dan semipermanen.
6.
Adi
Contoh: adikarya, adimarga, aditokoh, dan adidaya.
7.
Nara
Contoh: narapidana
8.
Swa
Contoh: swadaya, swakelola, swakarya.
9.
Pasca
Contoh: Pascasarjana, pascapanen, pascareformasi.
10. Purna
Contoh: purnabakti, purnawirawan, purnajual, dan
purnatugas.
C. Kata
Gabung
Kata gabung atau
gabungan kata adalah bentuk yang terdiri dari dua buah kata atau lebih. Aturan
penulisannya adalah sebagi berikut:
Kata-kata yang membentuk gabungan kata ditulis terpisah satu
dengan lainnya.
Contoh:
Contoh:
a. kantor pos
b. luar negeri
c. tata bahasa
d. kereta api ekspres
e. buku pelajaran bahasa Indonesia
Gabungan kata
yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis serangkai menjadi satu.
Contoh:
Contoh:
a. matahari
b. hulubalang
c. apabila
d. barangkali
e. daripada
f.
bumiputera
g. bilamana
Kalau sebuah
gabungan kata sekaligus diberi awalan dan akhiran maka harus ditulis serangkai
sebagai sebuah kata.
Contoh:
a. melipatgandakan
b. perkeratapian
c. ketidakadilan
d. dimejahijaukan
e. pembumihangusan
Kalau salah satu
unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur pertama) tidak dapat berdiri
sendiri serangkai sebagai sebuah kata. Contoh:
a.
antarkota
- mahasiswa
- prakata
- nonbaku
- internasional
- multinasional
- semipermanen
- saptakrida
- dwiwarna
- caturtunggal
- purnawirawan
Tetapi bentuk-bentuk (kata) yang
hanya muncul dalam pertuturan dengan satu-satunya kata lain yang menjadi
pasangannya, tetap ditulis terpisah dari kata pasangannya itu. Misalnya
kata-kata pora, renta, kerontong, bugar, dan belia pada gabungan kata.
Contoh:
Contoh:
a.
pesta pora
- tua
renta
- kering
kerontang
- sebar
bugar
- muda
belia
Untuk menghindarkan salah baca dan salah pengertian, maka di
antara unsur-unsur gabungan kata itu boleh diberi garis penghubung. Contoh: buku
sejarah-baru dengan arti, ’yang baru adalah sejarahnya’ dan buku sejarah baru dengan
arti, ’yang baru adalah bukunya’
Kata Gabung Serapan
Kata
gabung serapan adalah kata gabung yang berasal dari bahasa asing. Penulisan
kata gabung dirangkai. Contoh kata gabung.
1. pra-
(prasejarah, prasangka, praduga, dll.)
2. adi-
(adikarya, adikuasa, dll.)
3. eka-
(ekatransitif, ekajaya, dll.
4. antar-
(antarprovinsi, antarkota, antarnegara, dll.)
5. non-
(nonblok, nonformal, nonmigas,dll)
6. in-
(informal, dll.)
7. dwi-
(dwitransitif, dll.)
8. panca-
(pancasila, dll.)
9. tri-
(tritunggal, dll.)
10. sapta-
(saptaprasetya, dll.)
D. Kata
Ulang
Kata ulang adalah kata yang terjadi karena
proses reduplikasi atau pengulangan kata.
1. Jenis-jenis
Kata Ulang
a. Dwilingga
(kata ulang murni atau kata ulang utuh), yaitu pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh: Ibu-ibu dan rumah-rumah.
Contoh: Ibu-ibu dan rumah-rumah.
b. Dwipurwa
(kata ulang sebagian), yaitu bentuk pengulangan suku pertama kata dasarnya,
biasanya disertai variasi e pepet.
Contoh:
Lelaki dan tetangga.
c. Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata
ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata
ulang.
Contoh: Gerak-gerik dan sayur-mayur.
d. Kata ulang berimbuhan atau kata
ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan:
awalan, sisipan, atau akhiran.
Contoh: berjalan-jalan dan
tanam-tanaman.
e. Kata ulang semu, yaitu kata yang
hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak
memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya
dengan kata ulang tersebut.
Contoh: hati-hati dan tiba-tiba.
2. Makna
Kata Ulang
a. Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku
itu telah kusimpan dalam lemari.
b. Bermacam-macam. Contoh:
pohon-pohonan, buah-buahan.
c. Menyerupai. Contoh: kuda-kuda,
anak-anakan, langit-langit.
d. Melemahkan (agak). Contoh:
kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-sakitan.
e. Intensitas (kualitas, kuantitas,
atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
f.
Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman,
tikam-menikam.
g. Kolektif (pada kata bilangan).
Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
h. Dalam keadaan. Contoh:
mentah-mentah, hidup-hidup.
i.
Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
j.
Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
k. Tindakan untuk bersenang-senang.
Contoh: makan-makan.
DOWNLOAD DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar