Selasa, 10 April 2012

Tata Pembentukan Kata


Tata Pembentukan Kata

Isnada Nasrullah (1111040014)
Sirning Putri Kendran (1111040069)


Tata Pembentukan Kata
            Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Secara ortografis ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisannya, yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau gabungan kata.
A.     Kata Dasar
Kata dasar (akar kata), yaitu kata yang paling sederhana yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses morofologi lainnya, ditulis sebagai satu kesatuan, dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar.
Contoh : datang, pergi, pohon, tumbang.
a.        Kita semua anak Indonesia.
  1. Ayah pergi ke Jakarta.
  2. Mereka datang dari Timor Timur.
  3. Pohon kelapa itu tumbang.
  4. Kami datang dari desa.
B.     Kata Berimbuhan
      Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.
      afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.
      prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
      sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
      konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
      Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
  1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
a.       Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
    1. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
  1. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
    1. ber-an dan ber-i
    2. di-kan dan di-i
    3. diper-kan dan diper-i
    4. ke-an dan ke-i
    5. me-kan dan me-i
    6. memper-kan dan memper-i
    7. pe-an dan pe-i
    8. per-an dan per-i
    9. se-nya
    10. ter-kan dan ter-i
  2. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
    1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
    2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu.
me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu.
            Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1.      tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh            → meluluh, me- + makan → memakan.
2.      me-mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p, atau v. Contoh: me- +   baca → membaca, me- + pukul → memukul, me- + vonis → memvonis, me- +   fasilitas + i → memfasilitasi.
3.      me-men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t. Contoh: me- +     datang → mendatang, me- + tiup → meniup.
4.      me-meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k, g, h. Contoh: me-         + kikis → mengikis, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5.      me-menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom →         mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6.      me-meny-, jika huruf pertama adalah s. Contoh: me- + sapu → menyapu.
di- : Prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku.
pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya.
ter- : Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.
(1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah)
(2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak disengaja.
se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu.
1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam Bahasa Inggris)
2. untuk menyatakan seluruh atau segenap
3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan (seperti)
4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu yang    berhubungan dengan waktu
-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil     suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan   sebagainya.
-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan,           pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk            memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat                    yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut.
-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab,             proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk        memindahkan perbuatan verba ke bagian lain dalam kalimat.
-kah :  menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan            dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat.      Sufiks ini jarang digunakan.
-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara    singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi.
-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di             sini.  contoh: biasanya  dan rupanya.
ke-an : Konfiks ini adalah untuk:
1.       membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar
2.      membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
3.      membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
4.      membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan
pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. 
per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik.
se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).
Akhiran –wan/-man/-wati
Akhiran –wan ditambahkan pada kata-kata benda yang berakhir dengan vokal a seperti pada gunawan, bangsawan, hartawan, negarawan, sastrawan dan sebagainya. Untuk kata-kata yang terakhir dengan vocal I atau u dulu digunakan akhiran –man seperti pada seniman, budiman, dan Hanuman. Sekarang varian –man sudah tidak produktif lagi, akhiran –wan digunakan juga untuk kata benda yang tidak berakhir dengan vokal a, contohnya rokhaniwan, bahariwan, ilmuwan. Kadang ada kecenderungan untuk menambahkan vokal a pada kata yang berakhir dengan vokal i, misalnya industriawan.
Pembentukan Kata dengan Unsur Lain
1.      eks
Contoh: ekspacar = mantan pacar ekspegawai = bekas/mantan pegawai
ekspetinju = mantan petinju eksnarapidana = bekas narapidana
2.      Ekstra
Contoh : ekstrakurikuler, ekstramarital, ekstraparlementer.
3.      Intra
Contoh: Intrakalimat, intraorganisasi, intrauniversiter.
4.      Super
Contoh: supersibuk, superstar, supernatural, dan supercepat.
5.      Semi
Contoh: semifinal, semiresmi, dan semipermanen.
6.      Adi
Contoh: adikarya, adimarga, aditokoh, dan adidaya.
7.      Nara
Contoh: narapidana
8.      Swa
Contoh: swadaya, swakelola, swakarya.
9.      Pasca
Contoh: Pascasarjana, pascapanen, pascareformasi.
10.  Purna
Contoh: purnabakti, purnawirawan, purnajual, dan purnatugas.
C.     Kata Gabung
      Kata gabung atau gabungan kata adalah bentuk yang terdiri dari dua buah kata atau lebih. Aturan penulisannya adalah sebagi berikut:
Kata-kata yang membentuk gabungan kata ditulis terpisah satu dengan lainnya.
Contoh:
a.       kantor pos
b.      luar negeri
c.       tata bahasa
d.      kereta api ekspres
e.       buku pelajaran bahasa Indonesia
      Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis serangkai menjadi satu.
Contoh:
a.       matahari
b.      hulubalang
c.       apabila
d.      barangkali
e.       daripada
f.        bumiputera
g.       bilamana
      Kalau sebuah gabungan kata sekaligus diberi awalan dan akhiran maka harus ditulis serangkai sebagai sebuah kata.
Contoh:
a.       melipatgandakan
b.      perkeratapian
c.       ketidakadilan
d.      dimejahijaukan
e.       pembumihangusan
      Kalau salah satu unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur pertama) tidak dapat berdiri sendiri serangkai sebagai sebuah kata. Contoh:
a.        antarkota
  1. mahasiswa
  2. prakata
  3. nonbaku
  4. internasional
  5. multinasional
  6. semipermanen
  7. saptakrida
  8. dwiwarna
  9. caturtunggal
  10. purnawirawan
            Tetapi bentuk-bentuk (kata) yang hanya muncul dalam pertuturan dengan satu-satunya kata lain yang menjadi pasangannya, tetap ditulis terpisah dari kata pasangannya itu. Misalnya kata-kata pora, renta, kerontong, bugar, dan belia pada gabungan kata.
Contoh:
a.        pesta pora
  1. tua renta
  2. kering kerontang
  3. sebar bugar
  4. muda belia
Untuk menghindarkan salah baca dan salah pengertian, maka di antara unsur-unsur gabungan kata itu boleh diberi garis penghubung. Contoh: buku sejarah-baru dengan arti, ’yang baru adalah sejarahnya’ dan buku sejarah baru dengan arti, ’yang baru adalah bukunya’
Kata Gabung Serapan
            Kata gabung serapan adalah kata gabung yang berasal dari bahasa asing. Penulisan kata gabung dirangkai. Contoh kata gabung.
1.      pra- (prasejarah, prasangka, praduga, dll.)
2.      adi- (adikarya, adikuasa, dll.)
3.      eka- (ekatransitif, ekajaya, dll.
4.      antar- (antarprovinsi, antarkota, antarnegara, dll.)
5.      non- (nonblok, nonformal, nonmigas,dll)
6.      in- (informal, dll.)
7.      dwi- (dwitransitif, dll.)
8.      panca- (pancasila, dll.)
9.      tri- (tritunggal, dll.)
10.  sapta- (saptaprasetya, dll.)
D.     Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata.
1.      Jenis-jenis Kata Ulang
a.       Dwilingga (kata ulang murni atau kata ulang utuh), yaitu pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh: Ibu-ibu dan rumah-rumah.
b.      Dwipurwa (kata ulang sebagian), yaitu bentuk pengulangan suku pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.
Contoh: Lelaki dan tetangga.
c.       Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.
Contoh: Gerak-gerik dan sayur-mayur.
d.      Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran.
Contoh: berjalan-jalan dan tanam-tanaman.
e.       Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut.
Contoh: hati-hati dan tiba-tiba.
2.      Makna Kata Ulang
a.       Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
b.      Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
c.       Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit.
d.      Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-sakitan.
e.       Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
f.        Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
g.       Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
h.       Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
i.         Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
j.        Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
k.      Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan.

  
 Sumber:



DOWNLOAD DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar